Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bapukung, Tradisi Tua Meninabobokan Bayi Khas Suku Banjar

2 Oktober 2018   12:28 Diperbarui: 2 Oktober 2018   17:02 4943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambil mengayun bayi yang dipukung (Bapukung), biasanya para ibu juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga layaknya ibu-ibu lainnya.

Selain itu, sambil melantunkan senandung pengantar tidur, syair bahari baik berupa lagu atau pantun yang biasanya berisi doa, dzikir atau pujian shalawat Nabi bahkan bacaan ayat-ayat suci Al-Quran dengan harapan si bayi mempunyai hubungan emosional dan komunikasi verbal dengan ibunya sejak dini, sekaligus mengenal risalah dan puji-pujian kepada Allah dan RasulNya sehingga harapannya kelak bisa menjadi anak yang soleh, salihah, berbudi, patuh pada orangtua dan bersikap baik terhadap sesama.

Selain itu, masyarakat Banjar juga meyakini, jika proses mamukung ini, jika dilakukan dengan cara yang benar oleh ahlinya, maka si-bayi yang biasa tidur dalam posisi dipukung juga akan menguatkan punggung dan pinggang-nya.

Bapukung ini juga bisa dijadikan terapi bagi bayi yang tidurnya tidak tenang (tidak pulas), sebentar-sebentar bangun, bahkan pada bayi yang rewel, berontak dan susah tidurnya mungkin karena sakit, memang harus lebih hati-hati dalam proses mamukung-nya dan akan lebih baik lagi jika prosesnya langsung dilakukan oleh para ahlinya.

Ini yang terjadi dan pernah saya alami sendiri! Ketika kami sekeluarga sedang terserang flu termasuk si kecil yang terus rewel, menangis dan meronta-ronta. Kami yang dewasa mudah saja, tinggal mengkonsumsi obat flu Insha Allah semua beres!

Si Kecil!? Ternyata obatnya adalah Bapukung. Sebagai "pendatang" yang baru pertama kali melihat proses mamukung, awalnya saya sempat protes ketika melihat sendiri proses mamukung yang menurut saya agak sadis!

Tapi demi melihat anak saya yang setelah "dipukung" oleh nininya, berangsur-angsur terdiam dan mulai tertidur dalam pukungan yang diayun-ayun oleh nini-nya membuat saya berhenti protes.

Apalagi setelah melihat sendiri "keampuham" tradisi Bapukung yang mampu menjaga kualitas tidur anak saya sampai beberapa jam selanjutnya sambil ngiler! Perlahan-lahan saya dibikin takjub dengan tradisi unik yang sangat bermanfaat ini.

Mamukung Bayi diatas 1 Tahun (Foto : Habar Budaya)
Mamukung Bayi diatas 1 Tahun (Foto : Habar Budaya)
Cara sederhana mamukung bayi

Alat-alat untuk mamukung bayi relatif sederhana dan kurang lebih sama dengan alat yang dibutuhkan untuk membuat ayunan untuk bayi khas masyarakat Banjar dan Dayak, Kalimantan Selatan. Antara lain, tapih bahalai (jarik; Jawa), tali berbahan kapas yang tidak licin,

Pertama, siapkan ayunan mirip hammock dengan posisi rentang ikatan antar kedua sisinya tidak terlalu jauh, sekitar 50-60 cm, dengan cara mengikatkan tali ke langit-langit rumah yang kuat.

Dua ujung tali yang sudah diikatkan ke langit-langit rumah tadi, bagian bawahnya yang menggantung masing-masing kita ikatkan ke  kain bahalai (jarik) dengan mengatur ukurannya agar pas untuk posisi bayi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun