Diantara kesepuluh judul lagu daerah Banjar dalam list track diatas, mungkin masyarakat Indonesia hanya mengenal lagu Ampar-Ampar Pisang dan Paris Barantai saja.
Hal ini bisa dimaklumi, karena sejak tahun 1960-an, lagu Paris Barantai sudah direkam dalam piringan hitam di perusahaan rekaman Lokananta di Solo oleh Orkes Melayu Rindang Banua, dimana Alm. Anang Ardiansyah menjadi salah satu personilnya, sedang Ampar-ampar Pisang direkam oleh Orkes Melayu Taboneo dan setelahnya, kedua lagu itu semakin populer sejak diputar Radio Republik Indonesia (RRI) di seluruh Tanah Air.
Untuk materi lagu lainnya, meskipun tidak familiar bagi mayarakat Indonesia, tapi jangan kuatir! Radja telah memilihkan lagu-lagu Banjar yang easy listening dengan komposisi nada yang sederhana dan tentunya ramah di telinga masyarakat melayu secara umum. Bahkan, lagu-lagu Banjar dalam album ini, bisa dibilang kumpulan lagu-lagu terpopuler yang paling sering atau bisa dibilang lagu yang wajib di putar atau wajib dinyanyikan pada setiap event kedaerahan dan acara hajatan masyarakat Banjar.
Sedangkan dari sisi liriknya, jangan ditanya! Semuanya mempunyai makna yang dalam, karena berisi falsafah, petuah dan ungkapan-ungkapan bijak khas keluhuran budaya Banjar yang sebagian besar bersumber dari Al Quran. Jadi dijamin sangat menginspirasi (khususnya bagi yang paham bahasa Banjar  ya! He...he...he...).
Tentang Paris Barantai
Khusus untuk lagu Paris Barantai ciptaan Alm. Anang Ardiansyah yang di posisikan sebagai lagu pembuka dalam album ini, memang mempunyai  cerita yang agak unik! Kalau tidak mengerti latar belakang sejarah terciptanya lagu ini, sepertinya akan sulit untuk memahami maksud dari judul termasuk makna dari liriknya. Beruntung, lagu ini mempunyai karakter yang kuat dari sisi pemilihan serta penyusunan nadanya, sehingga dengannya seolah-olah masyarakat tidak ambil pusing dengan judul apalagi makna dari liriknya.
Berikut, beberapa keunikan lagu Paris Barantai yang akan memperkaya wawasan budaya kita,
Keunikan pertama, Sebagian besar masyarakat (termasuk di Kalimantan Selatan sendiri) tidak tahu judul dari lagu ini. Mungkin, salah satu sebabnya adalah, kata dalam kalimat judul sama sekali tida ada dalam lirik, sehingga masyarakat justeru sering menganggap judul lagu ini adalah Kotabaru, Kotabaru Gunungnya Bamega atau malah Bamega saja dan ketika mengetahui judulnya ternyata Paris Barantai, pasti akan mengerutkan dahi sambil begumam "Lho kok...?" atau "Lho arti dan maknanya apa ya!?"
Keunikan kedua, Â inspirasi terciptanya lagu ini berasal dari pertunjukan seni tradisi bagandut yang telah lama punah, yaitu sejenis tayub atau ronggeng khas Banjar yang dipentaskan secara berpasang-pasangan. Jadi bukan dari indahnya gunung Kotabaru yang tertutup mega atau awan atau dari yang lainnya. Kata Kotabaru jadi masuk dalam lirik, karena saat itu seni pertunjukan Bagandut dari Banjarmasin ini sudah bisa pentas sampai ke Kotabaru yang jaraknya mencapai 305 km atau sekitar 8 jam perjalanan darat.
Keunikan keempat, sekaligus yang terakhir, saya yakin anak-anak sekolah terutama mulai level SD di seluruh Indonesia pernah mendengar irama lagunya dan biasanya kenal sedikit lirik diawalnya....
Paris Barantai
Wayah pang sudah
Hari baganti musim
Wayah pang sudah
Kotabaru gunungnya bamega
Bamega umbak manampur disala karang
Umbak manampur disala karang
Batamu lawanlah adinda
Adinda iman didada rasa malayang
Iman didada rasa malayang