Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tekad Kota Banjarmasin, Membangun Infrastruktur Ramah Lingkungan, Berbasis (Budaya) Sungai

29 Juni 2016   01:56 Diperbarui: 29 Juni 2016   02:24 1995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta sebaran Kota Pusaka Banjarmsin (Grafis : tataruang,banjarmsinkota.go.id)

Banjarmasin, Kota dengan konfigurasi dan karakteristik alam Paling Unik dan Indah Di Dunia

Kota Banjarmasin telah dikenal luas dengan julukan Kota 1000 Sungai. Julukan ini merujuk pada banyaknya jumlah sungai  yang membelah daratan Kota Banjarmasin. Konfigurasi alam yang unik ini jika dilihat dari udara justeru memperlihatkan wilayah Kota Banjarmasin seperti kumpulan pulau-pulau kecil yang disatukan oleh sungai.

Banyak kalangan yang menilai bahwa keunikan konfigurasi dan karakteristik alam khas Kota Banjarmasin yang banyak dialiri sungai dengan berbagai ukuran, tidak dimiliki oleh kota manapun di dunia ini, merupakan "modal besar" bagi pembangunan jangka panjang dan apabila komitmen tata kelola dan proses eksploitasinya bisa dilakukan dengan baik dan benar, tidak menutup kemungkinan bisa memberikan peluang kepada Kota Banjarmasin untuk menjadi sebuah kota dengan tata ruang dan landscape paling unik dan indah di dunia. Hal ini pernah diutarakan oleh Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc, ketika bersama empat peneliti IPB lainnya berkunjung ke Banjarmasin dalam kaitan kerjasama antara IPB dengan Pemko Banjarmasin dalam upaya pemanfaatan sungai sebagai aset pembangunan untuk mendukung kemajuan Kota Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.

landscape sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin
landscape sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin
Fakta besarnya potensi menjadi kota paling unik dan indah di dunia ini, merupakan bahasan tematik yang paling menarik! Bila kedepan benar-benar bisa di wujudkan oleh Kota Banjarmasin, tentu akan menjadi magnet yang luar biasa untuk membangun industri pariwisata terpadu (sungai sebagai daya tarik kepariwisataan, perekonomian, dan transportasi) secara khusus di Kota Banjarmasin dan kota satelit disekitarnya, yang dikenal dengan istilah Banjar Bakula atau bahkan sebagian besar Kalimantan Selatan yang secara umum hampir memiliki karakteristik alam yang kurang lebih sama, Sehingga kedepan sangat layak kiranya pemerintah pusat menetapkan Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata berbasis ekologi sungai.

Pasar terapung, salah satu produk budaya sungai khas Banjarmasin
Pasar terapung, salah satu produk budaya sungai khas Banjarmasin
Penetapan sekaligus pilihan Kota Banjarmasin untuk mengembangkan diri menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata berbasis ekologi sungai, merupakan pilihan faktual yang sangat logis dan strategis. Selain memepertegas julukannya sebagai Kota 1000 Sungai yang sudah mendunia, secara faktual pilihan ini secara otomatis juga ikut melestarikan kearifan lokal (local genius) berupa atribut budaya sungai yang secara historis telah melekat berabad-abad lamanya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Banjar.

Elemen strategisnya, pemerintah Kota Banjarmasin secara hitung-hitungan sudah mempunyai modal besar berupa keunikan konfigurasi dan karakteristik alam seperti disebutkan Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc diatas, sehingga kedepan tanpa "dibiayai" sekalipun (ibaratnya), Kota Banjarmasin bisa berkembang dengan sendirinya menjadi sebuah kota yang maju dengan rakyat yang sejahtera, karena efek pariwisata yang maju pasti akan mendatangkan devisa yang besar bagi peningkatan perekonomian rakyat.

Fakta Pembangunan Infrastruktur Kota Banjarmasin

Secara umum, Kota Banjarmasin yang tumbuh dan berkembang di tepian Sungai Barito, salah satu sungai terlebar dan terpanjang di Indonesia ini, rata-rata ketinggian permukaan tanahnya adalah sekitar 60 cm di bawah permukaan laut. Kondisi yang tidak lazim untuk sebuah area pemukiman apalagi perkotaan ini, menyebabkan sebagian besar lahan Kota Banjarmasin didominasi lahan-lahan basah akibat pengaruh pasang surut gaya hidrodinamik sungai Barito. Hal ini juga mempengaruhi pola pembentukan lingkungan Kota Banjarmasin, baik rancang bangun arsitektur bangunan maupun perkembangan arsitektur tata ruang kota yang tidak terlepas dari keberadaan sungai sebagai elemen utama pembentuk wilayahnya. 

Masjid Sabilal Muhtadin ini dikelilingi Sungai dan kanal
Masjid Sabilal Muhtadin ini dikelilingi Sungai dan kanal
Kalau sempat berkunjung ke Kota Banjarmasin, jangan heran kalau melihat sebagian besar infrastruktur publik yang dibangun pada masa silam seperti, pelabuhan, kantor pemerintahan, pasar, Masjid, Penjara dan fasilitas publik lainnya semuanya berada di tepian sungai, khususnya Sungai Martapura yang bersama banyak anak sungai, kanal alami (akibat kekuatan hidrodinamik Sungai Barito) maupun kanal buatan di masa silam (masyarakat banjar mengenal kanal dengan 3 kategori yaitu anjir/antasan, handil/tatah dan saka) lainnya membelah Kota Banjarmasin menjadi layaknya gugusan pulau-pulau kecil.

Pasar Sudimampir di tepian Sungai Martapura
Pasar Sudimampir di tepian Sungai Martapura
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, pesatnya pola pengembangan sosial dan pembangunan fisik infrastruktur Kota Banjarmasin terlihat mengalami perubahan orientasi, dari karakter “kota sungai” menjadi “kota darat” seperti layaknya kota-kota besar di Indonesia. Secara fisik-spasial, arah pembangunan kota telah mengalami transformasi arsitektur tata ruang kota yang cenderung merubah wajah kota air atau Kota sungai, jauh menjadi serupa tatanan kota darat, terutama pada lingkungan tepian sungai dan atau kanal di Kota Banjarmasin. 

Secara riil, akibat dari perubahan orientasi pembangunan dari karakter “kota sungai” menjadi “kota darat” ini, sebagian besar bangunan ditepi sungai lebih banyak memilih untuk "memunggungi" sungai! Sehingga, sungai atau kanal kota cenderung menjadi backyard atau latar belakang saja. Kondisi ini memberi pengaruh teknis dan psikologis yang sangat penting  terhadap eksistensi dari keberadaan fisik dan fungsi teknis maupun estetis sungai atau kanal di Kota Banjarmasin

Rumah penduduk memunggungi Sungai Kerukan di Jl. Jafri Zam Zam, Banjarmasin
Rumah penduduk memunggungi Sungai Kerukan di Jl. Jafri Zam Zam, Banjarmasin
Secara teknis, bangunan ditepian sungai yang  dibangun "memunggungi" sungai biasanya berorientasi darat atau hanya mementingkan halaman depannya saja sedang halaman belakang biasanya tidak terurus lagi, sehingga masyarakat sering sembrono dengan tidak mengindahkan fungsi daya dukung teknis pengaliran air, ekosistem dan estetika lingkungan.

 Secara psikologis, karena sungai atau kanal kota cenderung menjadi backyard atau latar belakang saja maka sense of belonging atau rasa memiliki masyarakat terhadap sungai perlahan-lahan akan menurun, hal ini terjadi karena semakin rendahnya korelasi diantara keduanya. Disini, masyarakat seolah-olah terkondisikan sudah tidak memerlukan sungai lagi. Dalam kondisi seperti ini, fungsi sungai tak lebih dari tempat membuang kotoran (sampah maupun limbah rumah tangga berupa tinja yang bisa menyebarkan bakteri e-coli)

Beranda rumah menghadap sungai, tapi terlihat masih ada jamban disitu!
Beranda rumah menghadap sungai, tapi terlihat masih ada jamban disitu!
Menurut penelitian Karyadi Kusliansjah,faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan orientasi perkembangan (pembangunan) infrastruktur kota dari karakter “kota sungai” menjadi “kota darat” seperti pada umumnya kota-kota di Indonesia adalah:

1. Darat (dianggap) lebih memberi kemudahan bagi pergerakan masyarakat, hal ini ditunjang dengan semakin mudahnya memperoleh kendaraan darat daripada perahu, dan makin membaiknya kualitas jalan kota.

2. Kurangnya informasi dan pengetahuan lokal tentang orientasi kota sungai, yang diajarkan secara formal kepada masyarakat mengakibatkan arsitektur darat lebih dikenal dalam kehidupan sehari-harinya.

3. Sebagian besar konsep peraturan dan pengaturan tata ruang yang diberlakukan di Indonesia adalah pembangunan kota berbasis darat dan sayangnya konsep ini diberlakukan secara universal tanpa memperhatikan karakteristik atau tipe khusus yang dimiliki oleh masing-masing kota, sehingga menimbulkan kerancuan dan kebingungan sektoral.

4. Hal ini terjadikarena pemerintah tidak serius membuat kebijakan dalam membangun infrastruktur pelayaransecara khusus dan perairan secara umum, sehingga semakin marak pembangunan pemukimanpenduduk tanpa memperhatikan perilaku alam dan wawasan lingkungan sebagai KotaSeribu Sungai, termasuk pembangunan pertokoan, plaza, swalayan dan ruko yang terkadangmenggunakan tepian bahkan berada di atas bantaran sungai sehingga terjadi pendangkalan, penyempitan, memampan dan mematikan aliran air.

Era Baru Konsep Pembangunan Infrastruktur Kota Banjarmasin 

Berkaca pada sejarah, dengan melihat potensi sungai yang begitu besar sebagai modal pembangunan, sejak lima tahun terakhir Pemko Banjarmasin terus mencari format yang tepat untuk kembali mengeksploitasi keunikan konfigurasi dan karakteristik alam khas Kota Banjarmasin dengan mengedepankan keberadaan sungai dalam setiap progres pembangunan kota. 

Banjarmasin benar-benar bertekad menjadikan sungai sebagai elemen terpenting dalam grand design pembangunan kota. Tidak tanggung-tanggung, untuk tujuan dimaksud Pemko Banjarmasin membuka diri untuk bekerja sama dengan berbagai pihak yang berkompeten mulai dari profesional, akademisi sampai aktivis dan pemerhati lingkungan untuk memulai kembali menata kota berdasar pada tema ikonik-nya selama ini sebagai "Kota Sungai".

Selain itu, langkah strategis sebagai konsekuensi memilih mengembalikan sungai sebagai  pilar utama pembangunan, maka Pemko Banjarmasin juga tidak segan dan ragu untuk merubah Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah terlanjur ada dan ditetapkan. Progress planningnya, kedepan sungai-sungai yang membelah kota dilestarikan kembali, dengan mengembalikan fungsi teknis dan estetisnya seperti sedia kala dan untuk plot pembangunan fisik perkotaan sebisa mungkin diarahkan di wilayah non sungai. 

Jembatan gantung Tandipah, infrastruktur penting penunjang pembangunan
Jembatan gantung Tandipah, infrastruktur penting penunjang pembangunan
Akhirnya keputusan besar pemerintah Kota Banjamasin untuk bersikap ksatria dengan mengembalikan arah pembangunan kota berikut infrastruktur yang berbasis (budaya) sungai, merupakan sebuah pilihan cerdas dan relisitis. Sebagai tindak lanjut sekaligus bukti keseriusan memperhatikan sungai, Pemko Banjarmasin membentuk  lembaga pemerintahan baru setingkat kedinasan yang secara khusus mengurusi sungai yaitu Dinas Pengelolaan Sungai dan drainase

Sejak dibentuk, Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase ini, langsung bekerja ekstra keras untuk sesegera mungkin mengembalikan fungsi teknis dan estetis sungai di Banjarmasin. Berikut beberapa tahapan strategis yang telah dilakukan,

1. Inventarisasi Ulang dan Labelisasi 

Salah satu langkah riilnya adalah dengan melakukan inventarisasi ulang semua sungai yang mengalir di Kota Banjarmasin sekaligus melakukan labelisasi di tempat terbuka yang mudah diakses dengan tujuan sebagai media informasi, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, agar mengenali dan menyadari kembali keberadaan sungai-sungai disekitarnya, sehingga diharapkan akan tumbuh kembali rasa memiliki masyarakat terhadap sungai . Tak kenal maka tak sayang! Mungkin prinsip ini yang pakai oleh Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase.

Labelisasi Sungai penting untuk sosialisasi
Labelisasi Sungai penting untuk sosialisasi

2. Revitalisasi dan Normalisasi

Setelah tahapan inventarisasi dan labelisasi, langkah berikutnya adalah proses revitalisasi dan normalisasi. Tahapan ini dilakukan dengan mempertimbangkan skala prioritas yang dirumuskan berdasar skala kebutuhan. Tahapan ini merupakan  tahapan yang paling berat dan bersiko tinggi. Selain menguras banyak tenaga dan dana, tugas me-revitalisasi sungai ini banyak diantaranya yang harus bersentuhan dengan hukum dan masyarakatnya sendiri. Karena untuk merevitalisasi sungai, pemko Banjarmasin harus membebaskan sungai dari bangunan dalam bentuk apapun, sedangkan lahan di sekitar sungai umumnya terlanjur dikuasai oleh masyarakat, sebagai akibat dari kecerobohan pemerintahan masa silam yang melakukan pembiaran dan pengabaian aktifitas masyarakat di sekitar sungai.

Rambu lalulintas sungai, salah satu program revitalisasi sungai di Banjarmasin
Rambu lalulintas sungai, salah satu program revitalisasi sungai di Banjarmasin
Setelah pembebasan lahan sekitar sungai berhasil,  maka upaya normalisasi fungsi sungai mulai dilakukan dengan mengeruk sungai. Samapai saat ini sudah puluhan sungai yang telah dilakukan normalisasi fungsi dan estetisnya. Selain itu, untuk lebih memperkuat dukungan dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga eksistensi sungai, Dinas Pengelolaan Sungai dan drainase juga membentuk sebuah organisasi masyarakat bernama Melingai (Masyarakat peduli Sungai) sebagai wadah bagi semua masyarakat Kota Banjarmasin yang bersimpati dan peduli terhadap kelestarian sungai di Banjarmasin.

3. Pembangunan Fasilitas Pendukung

Sejak lima tahun terakhir, pembangunan fisik infrastruktur pendukung bagi proyeksi pemanfaatan ekologi sungai sebagai ruang terbuka hijau sekaligus wahana rekreasi, konservasi dan pendidikan bagi masyarakat Kota Banjarmasin terus digenjot secara simultan. Pada tahap awal, titik konsentrasi pembangunan fisik berupa siring berikut fasilitas taman dilakukan di tepian sungai Martapura di depan Kantor Gubernur lama di Jalan Jendral Sudirman dan di seberang sungai di jalan Piere Tendean. Khusus di jalan Pieree Tendean, di lokasi ini juga dibangun taman dan menara pandang yang bisa dimanfaatkan wisatawan untuk melihat landscape Kota Banjarmasin dari ketinggian sekitar 23 meter, selain itu di menara pandang juga menjadi sentra bagi UKM khusus oleh-oleh dan cindera mata khas Banjarmasin. Bangunan menara pandang ini melengkapi dua destinasi rumah adat Banjar yang berusia hampir seratus tahun, yaitu rumah anno 1925 dan tipe rumah banjar lainnya yang lebih kecil di sebelahnya.

Infrastruktur siring tendean, ruang rekreasi, konservasi dan pendidikan
Infrastruktur siring tendean, ruang rekreasi, konservasi dan pendidikan
Konsep Pembangunan Infrastruktur Indonesia Sentris dan Aplikasinya Di Banjarmasin

Fakta era baru pembangunan infrastruktur di Banjarmasin ini sejalan dengan tekad presiden Joko Widodo yang menggagas pola pembangunan infrastrutur Indonesia sentris yang lebih menekankan konsep pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, dengan prioritas utama pada daerah-daerah yang mempunyai potensi riil dan spesifik di sektor ekonomi, wisata dan bidang lainnya dengan tujuan untuk menggerakkan investasi, meningkatkan produktivitas dan daya saing  yang diharapkan akan memunculkan kantong-kantong ekonomi baru di daerah yang diharapkan bisa ikut berperan pemeratakan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya di luar Jawa.

Mengutip dari isi pidato pelantikan Presiden Joko Widodo tahun 2014  yang lalu, ada sebaris kalimat menggelitik yang pantas untuk diapresiasi lebih jauh. 

“Bahwa kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk” 

Khusus untuk Kalimantan Selatan, khususnya lagi untuk Kota Banjarmasin kalimat dalam pidato Presiden "Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk" diatas, sepertinya menemukan momentumnya! Tapi kalau di Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin kalimat diatas perlu ditambah "Kita telah terlalu lama memunggungi sungai!" Iya kan Pak?

Barisan rumah memunggungi sungai Kerukan, Jlan Jafri Zam-Zam, Banjarmasin
Barisan rumah memunggungi sungai Kerukan, Jlan Jafri Zam-Zam, Banjarmasin
Gagasan Presiden Joko Widodo untuk membangun Indonesia dengan konsep strategi Indonesia Sentris, jelas memberi harapan besar bagi pembangunan daerah di luar Jawa, termasuk Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin. Harapan besar Kota Banjarmasin untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi sebuah Kota Maju dan cantik sesuai dengan spesifikasinya sebagai Kota Sungai jelas semakin terbuka lebar. Seharusnya sih,  tinggal menunggu waktu untuk menjadi kenyataan!?

Kesamaan visi dan misi membangun antara pusat dan daerah (di luar Jawa) melalui strategi pembangunan  Indonesia Sentris, tentu memberikan peluang sinergi strategis yang akan memberikan dampak pembangunan yang luar biasa bagi perkembangan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat daerah di luar Jawa. Inilah yang sebenarnya kita tunggu-tunggu selama ini! 

Peta sebaran Kota Pusaka Banjarmsin (Grafis : tataruang,banjarmsinkota.go.id)
Peta sebaran Kota Pusaka Banjarmsin (Grafis : tataruang,banjarmsinkota.go.id)
Gebrakan sinergitas pemerintah pusat untuk ikut serta berperan dalam membangun Banjarmasin, diawali dengan penetapan Kota Banjarmasin sebagai salah satu kota pusaka (Kota yang mempunyai warisan budaya baik dalam bentuk benda maupun bukan benda) di Indonesia pada tahun 2015 yang lalu, bersama 10 (sepuluh) kota lain di Indonesia, seperti Kota Banda Aceh, Sawah Lunto (Sumatera Barat), Palembang (Sumatera Selatan), Semarang (Jawa Tengah), Bogor (Jawa Barat), Yogyakarta, Karangasem (Bali), Denpasar (Bali) dan Bau-bau (Pulau Buton, Sulawesi Tenggara). Khusus untuk Kota Banjarmasin ditetapkan sebagai Kota Pusaka dengan tematik utama sungai dan dinamika budaya masyarakatnya.  

Penetapan Kota Pusaka oleh pemerintah pusat dalam Program P3KP (Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka) ini, bertujuan untuk terciptanya Kota Pusaka berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi penduduknya dengan “Quality of Space” yang seimbang dan memadai dengan harapan bisa memberikan “Quality of Life” yang labih baik secara maksimal bagi masyarakat kota.

Keunikan budaya sungai Masyarakat Banjar (Video : You Tube/kaekaha)

Dengan masuknya Kota Banjarmasin sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia, diharapkan adanya kontribusi serius, nyata dan maksimal terutama dari pemerintah, baik pusat maupun daerah dalam menjaga, melestarikan dan sekaligus memberdayakan semua aset warisan budaya di Kota 1000 sungai secara baik dan benar untuk kesejahteraan dan kemaslahatan bersama. Hal ini tentunya sangat relevan dengan grand design dan tekad besar Kota Banjarmasin yang ingin menjadikan Kota Banjarmasin sebagai Kota Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata berbasis budaya sungai. 

Berikut daftar 9  kawasan Kota Pusaka Banjarmasin, 

1. Kawasan Sungai Jingah, kawasan ini memiliki bangunan pusaka seperti Masjid Jami, Makam Pangeran Antasari, Museum Wasaka, Pemukiman Tradisional dan kampung Arab.

2. Kawasan Seberang Mesjid, kawasan ini memiliki karakter dan budaya yang khas yaitu keberadaan kampung pengrajin sasirangan, bantaran sungai, kampung atau pemukiman tradisional Banjar.

3. Kawasan Pecinan, wilayah yang meliputi Jalan Pierre Tendean, Veteran  dan Kuripan dengan ciri khas khusus berupa Klenteng Sutji Nurani (The Sen Kiong).

Klenteng Suci Nurani, Banjarmasin
Klenteng Suci Nurani, Banjarmasin

4. Kawasan Kuin, kawasan ini memiliki Masjid bersejarah Sultan Suriansyah, Mesjid Kanan, Makam Sultan Suriansyah, Makam Ronggo Soerya Kasoema, Pasar Terapung, serta kampung dan Pemukiman Tradisional Banjar.

5. Kawasan Sabilal Muhtadin, kawasan komplek Masjid Raya Sabilal Muhtadin selain terdapat Masjid Raya juga terdapat lembaga pendidikan dan hutan kota Masjid Raya. 

6. Kawasan Basirih, di kawasan ini terdapat Makam Habib Basirih (Habib Al Bahasim).

7. Kawasan Banua Anyar, di kawasan ini terdapat Makam HA Muhammad Amin. 

8. Kawasan Lambung Mangkuratkawasan yang meliputi Pasar Sudimampir, Pasar Ujung Murung, Pasar Lima, Balaikota Banjarmsin, Gereja Katedral, Kelenteng Karta Raharja Po An Kiong.  

9. Kawasan Sungai Martapura , kawasan DAS dengan segala sesuatu di sekitarnya.

Gayung bersambut, untuk lebih memperkuat visi sebagai Kota Pusaka dengan tematik utama keunikan sungai dan dinamika budaya masyarakatnya, sekaligus untuk mempertajam visi ikonik internal Kota Banjarmasin sebagai Kota Air atau Kota Sungai sebagai pondasi dari misi menjadi Kota wisata berbasis sungai terindah di dunia, Pemerintah Kota Banjarmasin, melalui Peraturan Walikota Banjarmasin No. 25 Tahun 2016 tentang Pengelolaan dan Pengembangan Wisata Berbasis Sungai yang ditetapkan pada tanggal 30 Mei 2016 yang lalu, akhirnya menetapkan 35  destinasi wisata Kota Banjarmasin berbasis peta wisata susur sungai terpadu, dimana semua destinasi yang telah ditetapkan terkoneksi melalui jalur sungai atau satu paket dengan wisata susur sungai menjelajahi Kota Banjarmasin. 


Rumah Anno 1925, bagian dari aset Kota Pusaka Banjarmasin
Rumah Anno 1925, bagian dari aset Kota Pusaka Banjarmasin

Penetapan 35  destinasi wisata Kota Banjarmasin oleh Walikota Banjarmasin diatas tentu bukan harga mati, kedepan masih bisa berkembang lagi karena sejatinya masih banyak destinasi wisata Kota Banjarmasin yang layak untuk menjadi tujuan wisata unggulan. Berikut beberapa destinasi yang ditetapkan oleh Walikota Bnajarmasin, Taman Maskot Bekantan, Siring Tendean, Pasar Terapung Jalan Piere Tendean, Taman Siring Cinta Jalan Sudirman, Rumah tua anno 1925, Menara Pandang Jalan Piere Tendean, Jembatan Pasar Lama, Kampung Arab, Kampung Tajau Kuin Utara, serta makam dan masjid Sultan Suriansyah di Kuin.

Kemudian Pasar Terapung Kuin, Kampung Sasirangan Seberang Masjid, Kampung Banjar Sungai Jingah, Makam ulama Surgi Mufti Sungai Jingah, Soto Banjar Bang Amat dan Bawah Jembatan, Hutan Mangrove Sungai Andai, Keramba Ikan Banua Anyar, Sungai Lulut, Kampung Ketupat, Pasar Ikan Banjar Raya, Makam Habib Basirih.

Destinasi lainnya, Tempat Pelelangan Ikan Banjar Raya, hutan Mangrove Kuin Kecil, Pelabuhan Trisakti, pembuatan kapal tugboat, kampung air Pulau Bromo, Kelenteng Cina, Kampung beras Kelayan, serta Masjid Jami Haur Kuning Kelayan B,

Masjid Sultan Suriansyah dan dermaga sungai diseberangnya
Masjid Sultan Suriansyah dan dermaga sungai diseberangnya
Buah Manis Konsep Pembangunan Indonesia Sentris 

"Pembangunan infrastruktur adalah masalah keputusan. Kalau tidak ada keputusan, tidak akan ada kemajuan. Begitu sudah diputuskan, harus kita tuntaskan" 

Pernyataan diatas merupakan sebuah spirit membangun yang sering dituturkan oleh Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan. Spirit membangun yang menyiratkan kelugasan, ketegasan dan komitmen yang kuat ini diharapkan bisa menular kepada semua pemangku kebijakan di seluruh jajaran pemerintahan di Indonesia, khususnya dalam mengambil sikap terkait pembangunan di daerah masing-masing. Spirit ini sangat diperlukan sebagai alat bantu untuk memacu kreatifitas memunculkan berbagai inovasi yang diharapkan bisa mengurai benang kusut dan menterjemahkan wacana solusif bagi kebuntuan dan keruwetan berbagai masalah pembangunan di Indonesia. 

Harapan besar pemerataan pembangunan Indonesia, khususnya di luar Jawa semakin menemui titik terang dengan gagasan konsep strategis pembangunan Indonesia sentris, tidak hanya untuk menjahit kembali keIndonesiaan yang terlanjur compang-camping di sana-sini, tapi juga untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru ekonomi dunia. 

Dengan konsep pembangunan Indonesia Sentris, Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin khususnya, siap bertransformasi menjadi Kota maju dengan menjadikan keunikan konfigurasi dan karakteristik alam serta budaya sungai yang dimiliki sebagai modal besar menjadi Kota Wisata berbasis sungai paling cantik dan indah di dunia!  

Inilah buah manis pembangunan Indonesia sentris! Majulah Indonesiaku...

Profil video Kota Banjarmasin (Video : You Tube/Latif Dimensi)

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun