Sejak dibentuk, Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase ini, langsung bekerja ekstra keras untuk sesegera mungkin mengembalikan fungsi teknis dan estetis sungai di Banjarmasin. Berikut beberapa tahapan strategis yang telah dilakukan,
1. Inventarisasi Ulang dan LabelisasiÂ
Salah satu langkah riilnya adalah dengan melakukan inventarisasi ulang semua sungai yang mengalir di Kota Banjarmasin sekaligus melakukan labelisasi di tempat terbuka yang mudah diakses dengan tujuan sebagai media informasi, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, agar mengenali dan menyadari kembali keberadaan sungai-sungai disekitarnya, sehingga diharapkan akan tumbuh kembali rasa memiliki masyarakat terhadap sungai . Tak kenal maka tak sayang! Mungkin prinsip ini yang pakai oleh Dinas Pengelolaan Sungai dan Drainase.
2. Revitalisasi dan Normalisasi
Setelah tahapan inventarisasi dan labelisasi, langkah berikutnya adalah proses revitalisasi dan normalisasi. Tahapan ini dilakukan dengan mempertimbangkan skala prioritas yang dirumuskan berdasar skala kebutuhan. Tahapan ini merupakan  tahapan yang paling berat dan bersiko tinggi. Selain menguras banyak tenaga dan dana, tugas me-revitalisasi sungai ini banyak diantaranya yang harus bersentuhan dengan hukum dan masyarakatnya sendiri. Karena untuk merevitalisasi sungai, pemko Banjarmasin harus membebaskan sungai dari bangunan dalam bentuk apapun, sedangkan lahan di sekitar sungai umumnya terlanjur dikuasai oleh masyarakat, sebagai akibat dari kecerobohan pemerintahan masa silam yang melakukan pembiaran dan pengabaian aktifitas masyarakat di sekitar sungai.
3. Pembangunan Fasilitas Pendukung
Sejak lima tahun terakhir, pembangunan fisik infrastruktur pendukung bagi proyeksi pemanfaatan ekologi sungai sebagai ruang terbuka hijau sekaligus wahana rekreasi, konservasi dan pendidikan bagi masyarakat Kota Banjarmasin terus digenjot secara simultan. Pada tahap awal, titik konsentrasi pembangunan fisik berupa siring berikut fasilitas taman dilakukan di tepian sungai Martapura di depan Kantor Gubernur lama di Jalan Jendral Sudirman dan di seberang sungai di jalan Piere Tendean. Khusus di jalan Pieree Tendean, di lokasi ini juga dibangun taman dan menara pandang yang bisa dimanfaatkan wisatawan untuk melihat landscape Kota Banjarmasin dari ketinggian sekitar 23 meter, selain itu di menara pandang juga menjadi sentra bagi UKM khusus oleh-oleh dan cindera mata khas Banjarmasin. Bangunan menara pandang ini melengkapi dua destinasi rumah adat Banjar yang berusia hampir seratus tahun, yaitu rumah anno 1925 dan tipe rumah banjar lainnya yang lebih kecil di sebelahnya.