Secara psikologis, karena sungai atau kanal kota cenderung menjadi backyard atau latar belakang saja maka sense of belonging atau rasa memiliki masyarakat terhadap sungai perlahan-lahan akan menurun, hal ini terjadi karena semakin rendahnya korelasi diantara keduanya. Disini, masyarakat seolah-olah terkondisikan sudah tidak memerlukan sungai lagi. Dalam kondisi seperti ini, fungsi sungai tak lebih dari tempat membuang kotoran (sampah maupun limbah rumah tangga berupa tinja yang bisa menyebarkan bakteri e-coli)
1. Darat (dianggap) lebih memberi kemudahan bagi pergerakan masyarakat, hal ini ditunjang dengan semakin mudahnya memperoleh kendaraan darat daripada perahu, dan makin membaiknya kualitas jalan kota.
2. Kurangnya informasi dan pengetahuan lokal tentang orientasi kota sungai, yang diajarkan secara formal kepada masyarakat mengakibatkan arsitektur darat lebih dikenal dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Sebagian besar konsep peraturan dan pengaturan tata ruang yang diberlakukan di Indonesia adalah pembangunan kota berbasis darat dan sayangnya konsep ini diberlakukan secara universal tanpa memperhatikan karakteristik atau tipe khusus yang dimiliki oleh masing-masing kota, sehingga menimbulkan kerancuan dan kebingungan sektoral.
4. Hal ini terjadikarena pemerintah tidak serius membuat kebijakan dalam membangun infrastruktur pelayaransecara khusus dan perairan secara umum, sehingga semakin marak pembangunan pemukimanpenduduk tanpa memperhatikan perilaku alam dan wawasan lingkungan sebagai KotaSeribu Sungai, termasuk pembangunan pertokoan, plaza, swalayan dan ruko yang terkadangmenggunakan tepian bahkan berada di atas bantaran sungai sehingga terjadi pendangkalan, penyempitan, memampan dan mematikan aliran air.
Era Baru Konsep Pembangunan Infrastruktur Kota Banjarmasin
Berkaca pada sejarah, dengan melihat potensi sungai yang begitu besar sebagai modal pembangunan, sejak lima tahun terakhir Pemko Banjarmasin terus mencari format yang tepat untuk kembali mengeksploitasi keunikan konfigurasi dan karakteristik alam khas Kota Banjarmasin dengan mengedepankan keberadaan sungai dalam setiap progres pembangunan kota.
Banjarmasin benar-benar bertekad menjadikan sungai sebagai elemen terpenting dalam grand design pembangunan kota. Tidak tanggung-tanggung, untuk tujuan dimaksud Pemko Banjarmasin membuka diri untuk bekerja sama dengan berbagai pihak yang berkompeten mulai dari profesional, akademisi sampai aktivis dan pemerhati lingkungan untuk memulai kembali menata kota berdasar pada tema ikonik-nya selama ini sebagai "Kota Sungai".
Selain itu, langkah strategis sebagai konsekuensi memilih mengembalikan sungai sebagai pilar utama pembangunan, maka Pemko Banjarmasin juga tidak segan dan ragu untuk merubah Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah terlanjur ada dan ditetapkan. Progress planningnya, kedepan sungai-sungai yang membelah kota dilestarikan kembali, dengan mengembalikan fungsi teknis dan estetisnya seperti sedia kala dan untuk plot pembangunan fisik perkotaan sebisa mungkin diarahkan di wilayah non sungai.