Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Wisata Banua] Asyiknya Menyusuri Rawa-rawa dan Memanen Ikan Segar di Banjarmasin

4 Juni 2016   02:27 Diperbarui: 4 Juni 2016   07:49 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan pengalaman, menurut Pak Ohir, untuk rawa-rawa dengan kedalaman sampai 50-70cm biasanya dihuni ikan sapat, sapat siam, emas dan papuyu/ betok dengan ukuran maksimal sebesar 3-4 jari orang dewasa. Sedangkan untuk rawa yang lebih dalam jenis ikanya bisa lebih beragam  seperti haruan (Channa striatus) /tauman (Channa micropeltes), patin (Pangasius pangasius), sapat siam (Trichogaster pectoralis) dll dengan ukuran yang biasanya relatif lebih besar.

Memanen ikan dari alat perangkap (Video : You tube/kaekaha)

Kebetulan sore ini, Pak Ohir sengaja hanya memanen ikan dari beberapa alat perangkap ikan yang ditaruh di rerimbunan koloni tanaman kangkung dengan kedalaman rawa antara 40-70cm saja. Benar saja keterangan Pak Ohir, dari perangkap yang dipasang kami memang hanya mendapatkan beberapa jenis ikan rawa dangkal seperti  ikan sapat (Trichogaster trichopterus), sapat siam (Trichogaster pectoralis), emas (Cyprinus carpio) dan papuyu/ betok (Anabas testudineus) dengan ukuran paling besar seukuran 3 jari orang dewasa, tapi jumlahnya lumayan banyak, rata-rata hampir 1kg per/perangkapnya. 

Uniknya, Pak Ohir ternyata melepaskan kembali anak-anak ikan yang ikut terperengkap alat jebakannya, dengan alasan biar tumbuh besar dulu dengan makanan alami. Wooooow.....

aimg-20160603-173603-5751cd462b7a61020c64ed77.jpg
aimg-20160603-173603-5751cd462b7a61020c64ed77.jpg
Pak Ohir mengaku, setiap sore melakukan aktifitas memanen ikan dari alat-alat perangkap yang dipasang di 15 titik lokasi yang berbeda, dengan rata-rata perolehan perharinya sekitar 3-7kg per-harinya. Ikan-ikan hasil tangkapan biasanya untuk lauk makan sehari-hari dan selebihnya dikeringkan sebagai simpanan untuk menghadapi paceklik ikan di musim kemarau yang biasanya memang minim tangkapan ikan. 

Di musim kemarau, rawa-rawa dangkal yang sekarang kami jelajahi biasanya kering kerontang, bahkan di beberapa bagian biasa dijadikan lapangan bola oleh masyarakat sekitar. sedangkan ikan-ikan yang tersisa biasanya akan mengikuti aliran air yang biasanya menuju rawa dalam.

Ikan sapat kering khas Banjar. Unik ya...? (Foto : Koleksi Pribadi)
Ikan sapat kering khas Banjar. Unik ya...? (Foto : Koleksi Pribadi)
Sudah menjadi hukum tidak tertulis, untuk ikan yang sudah masuk pada area rawa dalam, biasanya menjadi hak dari pemilik lahan dan tidak boleh dipancing atau di tangkap dengan cara apapun tanpa seijin pemilik lahan yang biasanya akan memanen ikan yang terperangkap tersebut secara beramai-ramai dalam tradisi maiwak dengan keluarga sesuai dengan kebutuhan saja, tidak sampai habis. 

Inilah salah satu kearifan lokal guna menjaga keberlangsungan hidup ekosistem rawa lebak di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum. Sehingga ketika musim penghujan, ketika rawa-rawa lebak mulai ditanami padi maka ikan-ikan akan kembali membanjiri rawa-rawa dan siap untuk di panen kembali oleh Pak Ohir dan masyarakat lainnya.

Kesahajaan alam yang telah dan selalu memberi dan menyediakan kehidupan untuk kita, seharusnya menjadi contoh bagi kita semua untuk bersikap lebih arif dan bijaksana pula dalam memanfaatkan semua yang disediakan oleh alam dengan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangannya. 

Salam hijau, salam lestari dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan! Yuk, jalan-jalan asyik ke Banjarmasin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun