Kalau kita perhatikan statistik konsumsi cokelat dunia pada 2015, kita bakal menemukan fakta bahwa 10 negara konsumen cokelat terbesar  di dunia adalah negara-negara maju: Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Untuk tiga konsumen terbesar sejagat, di urutan pertama ada Swiss dengan konsumsi cokelat per kapita penduduknya mencapai 9 kg per tahun, disusul kemudian oleh Jerman dan Irlandia dengan konsumsi per kapita masing-masing sebesar 7,9 kg dan 7,4 kg per tahun.
Menariknya, tak satupun dari negara-negara konsumen cokelat terbesar di dunia tersebut merupakan penghasil biji kakao, bahan utama pembuatan cokelat. Lalu bagaimana dengan konsumsi cokelat di negara-negara penghasil utama biji kakao dunia?
Berapa pun angkanya yang pasti kalah jauh dengan tingkat konsumsi di negara-negara konsumen utama cokelat dunia tersebut.
Barangkali, hal tersebut erat kaitannya dengan budaya dalam mengkonsumsi cokelat. Konon, budaya mengkonsumsi dan menyeduh cokelat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian masyarakat Eropa dan Amerika. Sama seperti kebiasaan minum kopi atau teh pada masyarakat Indonesia.
Selain soal budaya, hal tersebut nampaknya juga terkait dengan fakta lain: produsen utama cokelat dunia bukanlah negara-negara penghasil utama kakao dunia, tapi negara-negara konsumen cokelat terbesar dunia itu sendiri.
Pada 2011, misalnya, tiga perusahaan yang merupakan produsen terbesar cokelat dunia adalah Barry Callebaut, Kraft/Cadbury, dan Mars. Barry Callebaut adalah perusahaan Swiss, sementara Kraft/Cadburry dan Mars adalah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat. Pangsa ketiga perusahan tersebut mencapai lebih dari 60 persen dari total volume cokelat yang diperdagangkan di pasar global pada 2011.
Sekadar diketahui, pada saat yang sama, lebih dari 90 persen kakao dunia dihasilkan oleh negara-negara berkembang atau dunia ketiga di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Saat ini, tiga negara penghasil utama biji kakao dunia adalah Ivory Coast, Ghana, dan Indonesia. Ketiga negara tersebut menyuplai sekitar 70 persen kebutuhan kakao dunia, yang sebagian besar bakal diolah menjadi cokelat.
[caption caption="Sumber: www.cocoamexico.com"]
Relatif rendahnya konsumsi cokelat di negara-negara penghasil utama kakao dunia sejatinya adalah sebuah ironi. Bukti bahwa negara-negara dunia ketiga, yang kebanyakan amat bertumpu pada kekayaan sumberdaya alam, selama ini hanya mampu menjadi penghasil dan pengekspor bahan mentah. Kasta paling rendah dalam rantai produksi. Nilai tambah yang diperoleh juga nihil.
Sayangnya, untuk kasus kakao dan mungkin juga komoditas lainnya, negara kita merupakan bagian dari ironi tersebut. Faktanya, sebagian besar cokelat yang dikonsumsi oleh penduduk negeri ini adalah produk impor. Dan, boleh jadi, cokelat impor tersebut adalah hasil olahan biji kakao para petani negeri ini yang sebelumnya kita ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Jika yang terjadi memang demikian, apa bedanya kita dengan ratusan tahun yang lalu kala masih dalam genggaman Kompeni: penyuplai barang mentah di pasar global.