Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Money

Ironi Sebatang Cokelat

14 Agustus 2015   17:36 Diperbarui: 14 Agustus 2015   17:36 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita perhatikan statistik konsumsi cokelat dunia pada 2015, kita bakal menemukan fakta bahwa 10 negara konsumen cokelat terbesar  di dunia adalah negara-negara maju: Eropa Barat dan Amerika Serikat.

Untuk tiga konsumen terbesar sejagat, di urutan pertama ada Swiss dengan konsumsi cokelat per kapita penduduknya mencapai 9 kg per tahun, disusul kemudian oleh Jerman dan Irlandia dengan konsumsi per kapita masing-masing sebesar 7,9 kg dan 7,4 kg per tahun.

Menariknya, tak satupun dari negara-negara konsumen cokelat terbesar di dunia tersebut merupakan penghasil biji kakao, bahan utama pembuatan cokelat. Lalu bagaimana dengan konsumsi cokelat di negara-negara penghasil utama biji kakao dunia?

Berapa pun angkanya yang pasti kalah jauh dengan tingkat konsumsi di negara-negara konsumen utama cokelat dunia tersebut.

Barangkali, hal tersebut erat kaitannya dengan budaya dalam mengkonsumsi cokelat. Konon, budaya mengkonsumsi dan menyeduh cokelat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian masyarakat Eropa dan Amerika. Sama seperti kebiasaan minum kopi atau teh pada masyarakat Indonesia.

Selain soal budaya, hal tersebut nampaknya juga terkait dengan fakta lain: produsen utama cokelat dunia bukanlah negara-negara penghasil utama kakao dunia, tapi negara-negara konsumen cokelat terbesar dunia itu sendiri.

Pada 2011, misalnya, tiga perusahaan yang merupakan produsen terbesar cokelat dunia adalah Barry Callebaut, Kraft/Cadbury, dan Mars.  Barry Callebaut adalah perusahaan Swiss, sementara Kraft/Cadburry dan Mars adalah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat. Pangsa ketiga perusahan tersebut mencapai lebih dari 60 persen dari total volume cokelat yang diperdagangkan di pasar global pada 2011.

Sekadar diketahui, pada saat yang sama, lebih dari 90 persen kakao dunia dihasilkan oleh negara-negara berkembang atau dunia ketiga di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Saat ini, tiga negara penghasil utama biji kakao dunia adalah Ivory Coast, Ghana, dan Indonesia. Ketiga negara tersebut menyuplai sekitar 70 persen kebutuhan kakao dunia, yang sebagian besar bakal diolah menjadi cokelat.

[caption caption="Sumber: www.cocoamexico.com"]

[/caption]

Relatif rendahnya konsumsi cokelat di negara-negara penghasil utama kakao dunia sejatinya adalah sebuah ironi. Bukti bahwa negara-negara dunia ketiga, yang kebanyakan amat bertumpu pada kekayaan sumberdaya alam, selama ini hanya mampu menjadi penghasil dan pengekspor bahan mentah. Kasta paling rendah dalam rantai produksi. Nilai tambah yang diperoleh juga nihil.

Sayangnya, untuk kasus kakao dan mungkin juga komoditas lainnya, negara kita merupakan bagian dari ironi tersebut. Faktanya, sebagian besar cokelat yang dikonsumsi oleh penduduk negeri ini adalah produk impor. Dan, boleh jadi, cokelat impor tersebut adalah hasil olahan biji kakao para petani  negeri ini yang sebelumnya kita ekspor ke Eropa dan Amerika Serikat. Jika yang terjadi memang demikian, apa bedanya kita dengan ratusan tahun yang lalu kala masih dalam genggaman Kompeni: penyuplai barang mentah di pasar global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun