Seandainya saja ada upaya nyata untuk menahan masuknya sampah ke Teluk Benoa, mungkin nasib si Bakau tidak senaas itu. Tapi apa mau dikata, kawasan hutan mangrove Teluk Benoa itu makin lama makin mirip dengan tempat pembuangan akhir sampah, baik yang disengaja maupun tidak. Lebih buruknya lagi, niatan untuk merevitalisasi kawasan itu, hingga saat ini masih dalam perdebatan panjang yang nggak ada ujungnya. Padahal, jika saja kawasan itu bener-bener direvitalisasi (dengan kata ini harusnya pengertiannya adalah dibersihkan dan dikembalikan fungsinya, bukan direklamasi alias ditimbun), mungkin nasib si Bakau tak makin buram. Kebayang lah, kalau suatu saat habitat si Bakau itu dibersihkan, lumpurnya dikeruk, sampah dicegah, mungkin kenangan berburu kepiting di Teluk Bone itu malah bisa dilakukan di kampung halaman sendiri….
Â
Rumah Jendela, 090915
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H