Mereka menyebut indra, mitra, waruna, agni dan dia yang bercahaya yaitu garutman yang bersayap elok, Yang Maha Esa itu oleh orang-orang bijaksana menyebutnya dengan banyak nama seperti Agni, Yama dan Matariswan.
Yajur Weda XXXII. 1.
"Tad eva agnis tad vayus tad u candramah tad eva surya tad Brahma ta apah casa praja patih"
Artinya:
Agni hanyalah itu, Aditya hanyalah itu, Wayu hanyalah itu, apah adalah itu, prajapatih adalah itu. Apabila kita memperhatikan dengan saksama sloka-sloka tadi tampaklah dengan jelas pertama Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan banyak nama. Berbagai gelar diberikan kepadanya, kemudian pada sloka kedua tampak seakan-akan dalam ajaran Hindu atau dalam Weda yang dipuja adalah kekuatan alam. Tampak juga bahwa nama yang banyak itu sesungguhnya adalah tunggal sebagai dinyatakan Agni adalah itu, Aditya adalah itu, Wayu adalah itu, dan seterusnya, yang menunjukkan bahwa nama Agni, Aditya, Wayu dan sebagainya pada hakikatnya adalah itu yang tunggal
Reg Weda III. 55. 1
"Maha dewanam asuratwam ekam"
Artinya:
"Tuhan yang Maha Esa adalah Maha Besar dari segala yang ada."
Selain itu, agama Hindu memiliki banyak dewa dan dewi yang disembah sebagai manifestasi dari Brahman. Setiap dewa atau dewi dipandang sebagai aspek yang berbeda dari makhluk tertinggi yang tak terbatas ini. Hal ini membuat umat Hindu percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini suci dan patut dihormati. Konsep Tuhan Hindu juga terkait dengan konsep karma dan reinkarnasi, di mana tindakan manusia mempengaruhi kehidupan masa depan mereka. Pada akhirnya, tujuan akhir agama Hindu adalah untuk mencapai moksha, atau pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian, dan bergabung dengan Brahman yang tak terbatas. Untuk mencapai pembebasan ini, agama Hindu sangat menekankan praktik spiritual, termasuk meditasi, doa, puja (ritual ibadah) dan yoga. Selain itu, agama Hindu juga mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang penting seperti ahimsa (tanpa kekerasan), karma positif, cinta kasih dan pengabdian. Secara umum, konsep ketuhanan dalam agama Hindu sangat luas dan kompleks dan terus menjadi bahan perdebatan dan penelitian di kalangan masyarakat Hindu dan akademisi.
Nirguna Brahman juga disebut Para Brahman atau Brahman tertinggi yang bebas dari segala perilaku atau tindakan. Saguna Brahman adalah Brahman yang dipengaruhi Maya, juga disebut Para Brahman atau Sada Siva. Dalam hal ini dikenal banyak nama dewa, seperti Brahma sebagai aspek penciptaan (utphatti), Visnu sebagai aspek pelestarian (sthiti). ) dan Siwa atau Rudra aspek peleburan (Pralina). Ia menjadi objek pemujaan yang ditempatkan di Padmasana saat orang-orang memujanya. Itu adalah sumber dari semua yang ada, ada di mana-mana dan mencakup segalanya.Â
Saguna Brahman adalah Brahman yang dipengaruhi Maya, juga disebut Para Brahman atau Sada Siva. Dalam hal ini dikenal banyak nama dewa, seperti Brahma sebagai aspek penciptaan (utphatti), Visnu sebagai aspek pelestarian (sthiti). ) dan Siwa atau Rudra aspek peleburan (Pralina). Ia menjadi objek pemujaan yang ditempatkan di Padmasana saat orang-orang memujanya. Itu adalah sumber dari semua yang ada, ada di mana-mana dan mencakup segalanya. Masih dalam aspek ketuhanan, tetapi dinyatakan lebih rendah dari Saguna Brahman, disebut Atman, Brahman dikendalikan oleh pengaruh Maya. Jadi lupakan kebenaran sampai Anda terhanyut ke dalam lingkaran kelahiran berulang. Setelah Atman mencapai kesadaran Brahman, ia dapat kembali menyatu menjadi Brahman.
Kesimpulannya adalah Brahmavidya adalah ilmu tentang Tuhan dalam agama Hindu, memahami Tuhan itu penting dan perlu karena mengenal Tuhan dengan baik dan benar dapat mengantarkan pada jalan kesempurnaan menuju Moksha. Pada dasarnya Veda mengajarkan bahwa Tuhan adalah Tuhan, tetapi Tuhan dikenal dengan banyak nama dewa. Upanishad mengajarkan tentang dua aspek Tuhan yaitu Nirguna Brahman dan Saguna Brahman. Nirguna Brahman juga disebut Para Brahman atau Brahman tertinggi yang bebas dari segala perilaku atau tindakan. Itu di luar jangkauan pikiran manusia dan karena itu disebut Brahman transendental.