Belakangan ini isu radikalisme dan isu sara di Indonesia hampir termuat disemua media. Seolah kemajemukan itu belakangan ini malah menjadi sumber perpecahan kita yang sudah terikat dalam Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Banyak individu memposisikan dirinya sebagai anggota kelompok yang mengeluarkan opinin mengenai tokoh yang berseberangan dengan kelompoknya. Hal ini bisa kita lihat pada kolom komentar di sebuah postingan acount yang menyoroti salah satu tokoh yang dianggap postingannya dianggap sara. Sehingga pendapat ini memiliki tendensi mengarahkan masyarakat yang awalnya netral, menaruh persepsi mereka pada satu opini yang pro ataupun kontra.Â
Salah satu tokoh Bali yang saat ini menjabat sebagai anggota DPD RI utusan provinsi Bali yaitu Bapak Arya Wedakarna. Saya menyebut beliau bapak karena beliau jauh lebih tua dari saya. Bapak Arya Wedarkana sering muncul di publik dengan sikapnya yang sedikit kontroversial yang oleh beberapa pihak sulit diterima. Lalu apakah sikap tersebut merupakan merupakan sara dan radikal. Saya disini beropini bahwa semua penganut kepercayaan yang patuh adalah radikal. Radikal terhadap kepercayaan mereka masing-masing namun yang saat ini menjadi permasalahan bagaimana kita mengungkaokan itu dan diterima atau ditolah oleh publik.
Lalu dengan sepakterjang beliau dalam bidang kepemudaan dan hindu khususnya dalam hal ini banyak sikap beliau yang menajadi pro dan kontra. Apakah itu termasuk radikal, sara atau berpendirian? Saya disini menaruh fokus pada sifat individu seorang Bapak Arya Wedakarna. Sifat sendiri merupakan karakteristik kepribadian yang stabil dari waktu ke waktu dalam situasi yang berbeda (Pervin & John, 1997).
 Sehingga dari definisi tersebut penulis mengamati setiap sesuatu yang dilakukannnya sebagai pemimpin DPD-RI ataupun kesehariannya. Beberapa video-video Tokoh yang diunggah di Youtube sering kali beberapa hal yang berulang muncul, seolah menjadi indentitas pendukung dari sifat Bapak Arya Wedakarna.Â
Kemudian selain dari definisi sifat itu sendiri, Alport mengatakan bahwa sifat bagi menjadi tiga yaitu : sifat utama (cardinal traits), sifat tengah (central traits), dan sifat sekunder (secondary traits). Kemudian Alport juga menyampaikan bahwa terkadang ketika seorang diminta untuk meenggambarkan seseorang, maka gambaran atau sifat yang menggambarkan orang lain tersebut juga berlaku untuk orang yang menggambarkan. Dalam psikologi belajar biasa disebut imitative learning.
Berdasarkan beberapa poin penting diatas penulis mengkategorikan tokoh dalam beberapa sifat atua perilaku yang berulang pada konsisi tertentu.
Kritis dan Tegasan
Arya Wedakarna merupakan sosok yang kritis dan tegas dalam menyatakan sikap terhadap suatu fenomena atau isu yang menyebar di masyarakat. Contohnya dalam fenomena Guru yang melecahkan muridnya, Bencana Gunung agung, TKI yang bermasalah di luar negeri hingga Reklamasi Teluk Benoa, beliau menyampaikan bahwa dia meyatakan sikap yang tegas dalam menolak reklamasi karena banyak hal dan faktor yang belum siap bedasarkan analisanya.Â
Sikap tegasyang beliau miliki didukung oleh pendidikan dan pengalamannya dalam organisasi sehingga beliau memiliki cappabilitiesdalam bersikap. Selain itu beliau juga memiliki tokoh idola yang juga merupakan seorang yang kaya akan ide dan buku yang menjadi inspirasi dalam menempuh dunia pendidikan hingga pernah didaulat sebgai rektor termuda oleh MURI.
Sukarnois
Arya Wedakarna juga merupakan pengagum Sukarno, beberapa hal yang sering menggambarkan dirinya mengenai sukarno itu sendiri. Selain dari gaya memimpin prinsip yang sering dikatakan beliau adalah "untuk bisa merubah dunia maka rebutlah kakuasaan, dengan berkuasa menduduki jabatan maka kau akan mampu menolong kaum mahaen" begitulah beliau sering menyampaikan pesan Soekarno. Sehingga secara tidak langsung penilaian itu juga mewakili dirinya sendiri.Â
Dan hal tersebut terbukti dari menjabatnya beliau sekarang sebagai seorang DPD-RI. Dari jabatannya tersebut banyak testimoni atau permasalahan yang dapat dibantunya dan manyarakat sendiri menyampaikan testimoninya melalui media sosial.
Selain itu Arya wedakarna juga memiliki museum Soekarno dan The Soekarno Center. Bahkan hal-hal terkait dengan tongkat komando yang juga digunakannya ketika menghadiri acara-acara hindu. Yang mana tongkat komando tersebut biasanya digunakan oleh militer namun pada era presiden Soekarno, Soekarno menggukan tongkat komando tersebut.
Hinduism
Beliau adalah orang yang sangat kuat kehinduannya. Dalam setiap acara beliau selalu menyampaikan pesan-pesan melalui agama. Selain itu ketika terjadi sesuatu hal yang keliru pada masyarakat mengenai Hindu maka beliau salah satu orang yang turut turun langsung membantu menyelesaikan masalah tersebut. Seperti teguran kepada provider telkomsel yang menggunakan gambar pura sebagai logo dalam tas yang dikeluarkan oleh provider telkomsel. Kemudian dalam foto-foto yang beredar anak kecil non Hindu yang menaiki pura di Lampung yang kemudian menjadipembahasan dalam facebook.
Nasionalis
Beliau adalah nasionalis juga yang selalu membawa pancasila dalam setiap pidato yang disampaikannya dan menyebut soekarno sebagai tokoh yang penting dalam perjalanan Indonesia.
Bahwa sifat tersebut selalu diikuti oleh alasan dan motivasi yang melatar belakangi. Sedikit gambaran diatas tersebut semoga bisa memberikan penilaian terhadap tokoh-tokoh publik di Indonesia yang terkesan sara atau radikal. Bahwa kita perlu menyadari bagaiman sikap itu bisa muncul berulang dalam keadaan yang berbeda, terlepas dari sikap tersebut bisa diterima atau tidak oleh setiap individu. (KDP/11/12/17)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H