Mohon tunggu...
Kadek BayuDarma
Kadek BayuDarma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat Membaca

Kritik dan Saran membangun sangat kami harapkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bersyukur Atas Nikmat yang Diberikan Oleh Leluhur di Hari Suci Kuningan

20 November 2021   15:30 Diperbarui: 20 November 2021   16:48 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari kita jadikan hari kemenangan darma melawan adarma sebagai momentum saling asah, asih, asuh, menyama braya dan bukan momen mabuk-mabukan serta membuat kericuhan sebab kita sudah melewati proses kita sudah mengalahkan sifat-sifat kebinatangan jika Kala lebih unggul berarti memaknai hari galungan dan kuningan ini gagal, namun jika Majaya atau berhasil memaknai makna dari hari raya galungan dan Kuningan ini berarti dalam penerapan ajaran beragama murni sungguh-sungguh namun manusia tidak dapat lepas dari sifat awidya dalam hal ini perlu kita sadari agar momentum hari suci ini tidak hanya sekedar hari-hari biasa  Sarasamuccaya (Sloka 43) disebutkan keutamaan dharma bagi orang yang melaksanakannya yaitu:


“Kuneng sang hyang dharma, mahas midering sahana, ndatan umaku sira, tan hanenakunira, tan sapa juga si lawanikang naha-nahan, tatan pahi lawan anak ning stri lanji, ikang tankinawruhan bapanya, rupaning tan hana umaku yanak, tan hana inakunya bapa, ri wetnyan durlaba ikang wenang mulahakena dharma kalinganika.”


Artinya: "Adapun dharma itu, menyelusup dan mengelilingi seluruh yang ada, tidak ada yang mengakui, pun tidak ada yang diakuinya, serta tidak ada yang menegur atau terikat dengan sesuatu apapun, tidak ada bedanya dengan anak seorang perempuan tuna susila, yang tidak dikenal siapa bapaknya, rupa-rupanya tidak ada yang mengakui anak akan dia, pun tidak ada yang diakui bapa olehnya". Perumpamaan ini diambil karena, bagi manusia, sangat sulit untuk dapat mengetahui dan melaksanakan dharma itu. Di samping itu pula dharma sangatlah utama dan rahasia, hendaknya ia dicari dengan ketulusan hati secara terus-menerus. Darma dan adharma, merupakan kenyataan yang sangat berbeda yang selalu ada didunia, ada dalam diri kita umat manusia, tapi hendaknyalah itu diseimbangkan karena dalam kehidupan pasti ada yang baik ada yang jahat ada yang benar ada yang salah (Rwa Bhineda) . Kemenangan darma atas adharma yang telah dirayakan setiap Galungan dan Kuningan hendaknya diserap dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dharma tidaklah hanya diwacanakan tapi dilaksanakan meskipun menjalankan tak semudah mengucapkan namun setiap manusia di bekali akal dan pikiran yang membuatnya berpikir dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk, mempelajari hal yang sangat baik dan mulia memanglah sulit dibandingkan dengan mempelajari hal yang kotor dan negatif namun jika dilaksanakan secara perlahan-lahan namun pasti maka kita akan sampai pada tujuan yang ingin di gapai.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun