Kegiatan ini diharapkan dapat mengakselerasi pencapaian IKU PT dari dosen dan mahasiswa yang berkegiatan di luar kampus, melalui implementasi MBKM khususnya program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa).
PERMASALAHAN DAN SOLUSIÂ
Permasalahan perbaikan gizi untuk kasus stunting dan gizi kurang perlu kerjasama dna koordinasi dneganberbagia sektor tidak hanya dari bidan desa, atau puskemas tetapi juga pemerintah desa. Keberadaan kader posyandu sebagai komunitas penting dalam pengelolaan kemandirian kesehatan di masyarakat.Â
Upaya dalam mengetasi hal tersebut dan berdasarkan analisis situasi yang telah dilakukan maka kelompok sasaran kegiatan ini trediri dari mitra produktif yaitu KWT ( kelompok Wanita Tani) Bali Palma Jagadhita dan mitar non produktif yaitu Kader Posyandu Desa Penyaringan.Â
Kelompok KWT ini sejak 2021 telah mengembangkan berbagai produk dari olahan kelor, namun belum ada inovasi produk yang dapat digunakan sebagai PMT untuk perbaikan gizi anak. Padahal kita ketahui bahwa kelor merupakan super food yang memiliki kandungan gizi yang baik untuk pertumbuhan dna perbaikan gizi khususnya pada bayi, balita dna anak
Kelompok Wanita Tani (KWT) Bali Palma Jagadhita sebagai mitra sasaran pertama dan mitra kerjasama, kader posyandu Desa Penyaringan sebagai mitra sasaran kedua, pemerintah Desa Penyaringan dan Mitra kerjasama DUDI Yaitu dengan PT Bali Agro Investama. Lokasi mitra yaitu terletak di Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Â Permasalahan yang dihadapi KWT.Â
Bali Palma Jagadhita memiliki mesin pengering kelor yang diberikan oleh PT. Bali Agro Investama (BAI) akan tetapi membutuhkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) untuk mesin pembuat tepung kelor, karena selama ini alat yang digunakan adalah mesin selip kopi dan produk yang dihasilkan tidak halus sehingga perlu diayak/disaring secara manual.Â
Permasalahan di Kabupaten Jembrana, Bali yaitu tingginya tingkat presentase stunting; kurangnya pengetahuan dan teknologi tentang pemanfaatan bahan lokal bergizi dalam penanganan stunting; bahan lokal bergizi (kelor) belum diversifikasi secara baik, sehingga produktifitasnya rendah; Â harga tepung kelor dipasaran yang tinggi; belum adanya inovasi dalam produktifitas kelor; belum ada pemanfaatan teknologi dalam penepungan kelor; kurangnya pengetahuan menejemen usaha dan produk belum tersertifikasi dan belum adanya kolaborasi dan integrasi dalam penyelesaian masalah.Â
Solusi permasalahan, yaitu dengan pengaplikasian hasil riset unggulan perguruan tinggi berupa pembuatan tepung kelor dan pembuatan produk sebagai upaya diversifkasi kelor, yang merupakan potensi lokal Desa Penyaringan menjadi bahan olahan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) seperti Mie LOF (Mie Kelor Mocaf) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sebagai upaya pencegahan stunting.Â