Meskipun ada penurunan prevalensi stunting, kondisi ini masih menjadi masalah besar di Indonesia. Upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat diperlukan untuk mempercepat penurunan angka stunting dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif.
Lewat Program Kosabangsa permasalahan stunting, hendak dibedah dengan Kerjasama antara perguruan tinggi dengan masyarakat yang memiliki status stunting lewat pembrdayaan masyarakat.
PROGRAM KOSABANGSA
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) meluncurkan Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) sebagai bentuk kontribusi nyata dari civitas akademika perguruan tinggi terhadap bangsa, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan negara dengan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya.Â
Program ini merupakan inisiatif pendanaan dari Ditjen Diktiristek melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), yang bertujuan untuk memperkuat kolaborasi dalam pengembangan dan penerapan IPTEKS yang dihasilkan perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah-daerah tertinggal, kawasan prioritas kemiskinan ekstrem, dan wilayah rawan bencana.
Kolaborasi menjadi elemen utama dalam Program Kosabangsa. Program ini melibatkan kerjasama antara perguruan tinggi, yang terdiri dari Perguruan Tinggi Pelaksana yang memahami karakteristik permasalahan di wilayah mitra, serta Perguruan Tinggi Pendamping yang membantu dalam pengembangan teknologi dan inovasi berdasarkan hasil riset perguruan tinggi.Â
Implementasi teknologi dan inovasi tersebut disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan masyarakat di wilayah yang menjadi lokasi pelaksanaan Program Kosabangsa.
DESA PENYARINGAN DAN PROGRAM KOSABANGSA
Penyaringan adalah desa yang berada di Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, Indonesia. Desa ini dibagi atas 13 banjar. Wilayah desa ini kebanyakan berupa tanah pertanian yang ditanami padi dan tanaman kebun (kelapa dan cokelat). Meskipun demikian, penduduk desa ini jarang yang bertani.