Contoh pelaksanaan Bhakti marga yoga dalam hari raya nyepi yaitu melakukan persembahyangan hari raya nyepi di merajan masing-masing, melalukan pecaruan untuk memberi sesajen kepada Bhuta kala, selain memberi sesajen untuk Bhuta kala mecaru juga merupakan salah satu bentuk pemujaan kepada tuhan karena Bhuta kala merupakan bagian dari tuhan juga. Selain itu setelah dilaksanakannya hari raya nyepi juga akan dilaksanakan pemelastian sebagai pelengkap dari upacaya nyepi dengan tujuan untuk membersihkan alam semesta menurut agama hindu.
Contoh Pelaksanaan Karma Marga yoga dalam hari raya nyepi dan ngembak geni yaitu dengan melakukan yadnya secara tulus Ikhlas kepada Tuhan, membantu sesama manusia terutama yang sedang mengalami musibah, melakukan kunjungan kepada keluarga saat hari raya ngembak geni untuk menjalin tali silaturahmi yang erat. Itu semua merupakan contoh nyata dari karma marga yoga yang dapat dilakukan dalam hari raya nyepi dan ngembak geni maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh pelaksanaan jnana marga yoga dalam hari raya nyepi dan ngembak geni yaitu dengan mempelajari sastra dan mantra-mantra serta lagu-lagu pujian yang akan dipersembahkan kepada tuhan saat persemahyangan hari raya nyepi sebagai wujud bakti dengan cara melalui pengetahuan sprititual.
Contoh Pelaksanaan Raja Marga Yoga dalam hari raya nyepi yaitu dengan melaksanakan catur brata penyepian. Catur brata penyepian merupakan salah satu wujud nyata dari pelaksanaan raja marga yoga, karena disana seseorang akan melakukan suatu tapa brata sebagai bentuk pendekatan diri kepada tuhan dalam perayaan hari raya nyepi. Dalam catur brata penyepian juga diperlukan pengendalian diri mulai dari amati geni yaitu tidak boleh menyalakan api selama perayaan hari raya nyepi, kemudian amati karya artinya tidak boleh bekerja selama hari raya nyepi, amati lelungaan artinya tidak boleh bepergian, dan amati lelanguan artinya tidak boleh bersenang-senang atau berfoya-foya selama perayaan nyepi dilaksanakan.
2. Contoh konkrit dari sloka dalam bhagavad gita 7:21
"Yo-yo y- y tanu bhakta raddhayrcitum icchati, asya tasy cal radd tm eva vidadhmy aham"
 Terjemahan: "Kepercayaan apa pun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap"
Seloka diatas dilihat dari terjemahannya memiliki makna bahwa setiap manusia berhak dalam memilih keyakinan dan kepercayaanya masing-masing dan akan tetap diberikan berkat yang sama, karena sesungguhnya Tuhan itu Tunggal namun disebut dengan banyak nama dan dipuja dengan berbagai cara sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Contoh konkritnya yaitu terciptanya berbagai agama yang di anut oleh umat manusia seperti agama hindu, islam, Kristen, budha dan lainnya. Selain itu juga manusia dapat melakukan berbagai cara dalam menyembah tuhan, seperti dalam agama hindu contohnya melakukan yadnya seperti persembahan berupa banten, canang dan sarana lainnya dengan dasar ketulus ikhlasan diri sebagai wujud bakti kepada Tuhan.
3. Seloka "Apan iking dadi wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wnang ya tumulung awaknya sangkeng sangsra, makasdhanang ubhakarma, hinganing kotamaning dadi wwang".
"(Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia". (Sarasamucaya I.4).