Namun karena aktivitas politiknya yang dianggap membahayakan, dia ditolak. Kekecewaannya mengantarkan sikapnya untuk mengembalikan bintang jasa Oranje Nassau miliknya kepada pemerintah kolonial dengan sambil mengenakannya di bokongnya. Hal ini sebagai bentuk kekecewaannya terhadap pemerintah kolonial.
Sumber:
[1] Bergen, Leo van, Liesbeth Hesselink, and Jan Peter Verhave, eds., Gelanggang Riset Kedokteran Di Bumi Indonesia : Jurnal Kedokteran Hindia-Belanda 1852-1942 (Jakarta: Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), 2019)
[2] Hasanah, Siti, ‘Kebangkitan Dokter Pribumi Dalam Lapangan Kesehatan: Melawan Wabah Pes, Lepra, Dan Influenza Di Hindia Belanda Pada Awal Abad XX’, Jurnal Masyarakat Indonesia, Vol.46.2 (2020), 208–20
[3] Reksodihardjo, Soegeng, Dr. Cipto Mangunkusumo (Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992)
[4] Safitry, Martina, ‘Kisah Karantina Paris of the East: Wabah Pes Di Malang 1910-1916’, Jurnal Sejarah, Vol.3.1 (2020), 116–20
[5] Shiraishi, Takashi, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat Di Jawa, 1912-1926 (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997)
Terimakasih telah membaca.
Silahkan mengklik profil penulis untuk membaca tulisan-tulisan sejarah lainnya.
Disusun oleh Christian Novendy Agave - Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H