6. Modal politik dengan adanya keterkaitan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintahan, serta
7. Modal Agama dan budaya dengan adanya tokoh-tokoh agama dan budaya yang berlaku di lingkungan yang bersifat kearifan lokal di daerah tersebut.
Berkaitan potensi kearifan lokal yang berada di lingkungan daerah Mojokerto yang menuju tergerus jaman yaitu kesenian Ludruk. Dulu saya waktu kecil, dikampung sering adanya "tanggapan ludruk" ( pertunjukan Ludruk ). Tetapi sangat sekarang sangat jarang. Ada beberapa ciri khas di kesenian Ludruk yaitu tari Remo, Jula-juli ( pesan moral yang disajikan yang dinyanyikan bisanya dengan humoris dengan iringan gending)Â
Saya berpendapat semakin ke sini kesenian Ludruk jarang di tayangkan baik berupa tanggapan di kampung, diperdengarkan di radio, ditayangkan di televisi. Sekolah memiliki tanggung jawab terhadap keberadaan kesenian dan budaya yang berlaku di daerahnya. Jangan biarkan budaya as8ng yang menguasai keberadaan murid yang notabene generasi penerus bangsa Indonesia.Â
Dikaitkan dengan pengolahan aset, hendaknya sekolah tidak terjebak pada berbasis pada kekurangan," kesenian tidak zaman now, tidak adanya sarana, memerlukan finansial yang besar, ribet, tidak adanya tokoh. Seharusnya sekolah sekolah melakukan pendekatan berbasis aset (asset-based approach) yang dinyatakan oleh Dr. Kathryn Cramer, dengan memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Sekolah dapat menggalang aset-aset yang ada:Â
 Modal manusia, dengan mencari data guru, tenaga kependidikan, siswa, dani orang tua yang potensial berkaitan dengan kesenian ludruk.Â
Modal sosial, dengan melakukan networking dengan dewan kesenian daerah, sanggar budaya Ludruk, atau komunitas berkaitan dengan ludruk
Modal fisik, adanya gamelan atau alat audio.Â
Modal finansial, dengan biaya yang didapat dari swadaya atau bantuanÂ
Modal politik, bekerjasama dengan Disporabudpar, Dinas pendidikan.