Pendidikan bertujuan untuk menuntun siswa sesuai kodratnya, yaitu kodrat alam dan zaman. Siswa juga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Maka siswa perlu dibimbing oleh pamong yang memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran yang didalamnya terdapat nilai-nilai : yang berpihak kepada murid dalam pembelajarannya, memiliki pola pikir inovatif, mampu berkerja sama dengan berbagai pihak atau kolaboratif, berjiwa mandiri tidak bergantung pada orang lain, dan melakukan reflektif pada pelajaran atau kegiatan yang telah lakukan.Â
Pamong hendaknya juga memiliki well being berupa kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan ketrampilan berelasi. Guru sebagai pamong juga cerdik peluang dengan berbasis aset untuk diimplementasikan untuk kemajuan pembelajaran dikelas, untuk perkembangan sekolahnya, dan kemajuan masyarakat sekitar sekolah.
Jika menilik intern sekolah, sekolah adalah ekosistem yang terdiri dari lingkungan biotik dan abiotik. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah: murid, kepala Sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolang, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah. Sedangkan faktor-faktor abiotik adalah keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan alam, yang berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Sekolah merupakan sebuah komunitas, yang memiliki aset yang mendukung terlaksananya pendidikan yang bermutu dan berpihak pada murid.Â
Apa sajakah aset yang dimiliki sekolah ?
Ada tujuh aset utama sekolah sebagai komunitas, antara lain:
1. Modal manusia, berupa: pengetahuan dan keterampilan warga sekolah meliputi guru, tenaga kependidikan, siswa, dan orang tua siswa
2. Modal sosial, meliputi: kepercayaan dan network
3. Modal fisik meliputi: bangunan, infrastruktur,Â
4. Modal alam/lingkungan: pemanfaatan lahan di sekolah untuk berkebun, pembuatan kolam ikan,
5. Modal finansial berupa: tabungan, investasi, dan usaha kecil
6. Modal politik dengan adanya keterkaitan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintahan, serta
7. Modal Agama dan budaya dengan adanya tokoh-tokoh agama dan budaya yang berlaku di lingkungan yang bersifat kearifan lokal di daerah tersebut.
Berkaitan potensi kearifan lokal yang berada di lingkungan daerah Mojokerto yang menuju tergerus jaman yaitu kesenian Ludruk. Dulu saya waktu kecil, dikampung sering adanya "tanggapan ludruk" ( pertunjukan Ludruk ). Tetapi sangat sekarang sangat jarang. Ada beberapa ciri khas di kesenian Ludruk yaitu tari Remo, Jula-juli ( pesan moral yang disajikan yang dinyanyikan bisanya dengan humoris dengan iringan gending)Â
Saya berpendapat semakin ke sini kesenian Ludruk jarang di tayangkan baik berupa tanggapan di kampung, diperdengarkan di radio, ditayangkan di televisi. Sekolah memiliki tanggung jawab terhadap keberadaan kesenian dan budaya yang berlaku di daerahnya. Jangan biarkan budaya as8ng yang menguasai keberadaan murid yang notabene generasi penerus bangsa Indonesia.Â
Dikaitkan dengan pengolahan aset, hendaknya sekolah tidak terjebak pada berbasis pada kekurangan," kesenian tidak zaman now, tidak adanya sarana, memerlukan finansial yang besar, ribet, tidak adanya tokoh. Seharusnya sekolah sekolah melakukan pendekatan berbasis aset (asset-based approach) yang dinyatakan oleh Dr. Kathryn Cramer, dengan memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Sekolah dapat menggalang aset-aset yang ada:Â
 Modal manusia, dengan mencari data guru, tenaga kependidikan, siswa, dani orang tua yang potensial berkaitan dengan kesenian ludruk.Â
Modal sosial, dengan melakukan networking dengan dewan kesenian daerah, sanggar budaya Ludruk, atau komunitas berkaitan dengan ludruk
Modal fisik, adanya gamelan atau alat audio.Â
Modal finansial, dengan biaya yang didapat dari swadaya atau bantuanÂ
Modal politik, bekerjasama dengan Disporabudpar, Dinas pendidikan.
Sungguh potensi yang luar biasa yang dapat digunakan untuk mengembangkan kesenian Ludruk.
Event yang perlu diadakan yang mempertunjukkan penampilan siswa berkaitan dengan kesenian Ludruk dimulai dari hal yang sederhana semisal tari Remo massal, stand up Jula-juli, dan pertunjukan Ludruk saat HUT daerah.
Mari melalui sekolah, dengan mengembangkan kesenian Ludruk dengan menggali aset, lalu merencanakan dan melakukan action.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI