Mohammad Faizal Syahrur Rozi
Nim 204104010076
Prodi Ilmu Al Quran Dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin Adab Dan Humaniora UIN KHAS Jember
Email: kacoyboy@gmail.com
Â
AbstrakÂ
Indonesia sangat kaya dengan kebudayanya. Di indonesia banyak sekali budaya budaya yang patut dilestarikan dan dipertahankan eksistensinya. Biasanya budaya ini terbentuk pada kelompok kelompok tertentu atau bisa disebut budaya dari suku ke suku atau dari wilayah satu ke wilayah lainnya. Agama islam ini memiliki hubungan erat dengan budaya dan tradisi yang ada di indonesia. Hubungan agama islam dan isu isu lokal(indonesia) adalah gairah yang tidak pernah selesai. Hubungan antara keduanya disebabkan oleh kegairahan pengikut agama islam yang meyakini agamanya: shalihun li kulli zaman wa makan yaitu selalu baik untuk setiap waktu dan tempat. Penulis bertujuan meneliti asal usul suatu akulturasi budaya dan agama yang dalam artikel ini merupakan tentang tahlilan. Dalam artikel ini penulis memakai metode penelitian study pustaka karena dirasa cocok dengan judul yang diambil. Dalam artikel ini memili kesimpulan bahwasanya tahlilan ini memiliki asal usul yang kompleks atau banyak sekali gagasan tentang masalah asal usul tahlil ini. Disamping asal usul yang banyak versi, tentu ada beberapa hal yang kita bisa ambil dari mengetahui asal usul tahlilan ini. Yaitu akulturasi budaya dan agama adalah salah satu hal yang baik, dan harus di jaga dan dilestarikan sebagai warisan para ulama'.
Kata kunci: Budaya, Islam, Akulturasi, Nusantara.
Â
PENDAHULUAN
Masyarakat indonesia sangat kaya dengan kebudayanya. Di indonesia banyak sekali budaya budaya yang patut dilestarikan dan dipertahankan eksistensinya. Biasanya budaya ini terbentuk pada kelompok kelompok tertentu atau bisa disebut budaya dari suku ke suku atau dari wilayah satu ke wilayah lainnya.
Dalam budaya di indonesia ini tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi budaya itu sendiri. Salah satunya agama. Di indonesia terkenal dengan negara yang memiliki banyak penganut agama-agama di dalamnya. Salah satunya islam yang merupakan agama mayoritas penduduk di indonesia.
Agama islam ini memiliki hubungan erat dengan budaya dan tradisi yang ada di indonesia. Hubungan agama islam dan isu isu lokal(indonesia) adalah gairah yang tidak pernah selesai. Hubungan antara keduanya disebabkan oleh kegairahan pengikut agama islam yang meyakini agamanya: shalihun li kulli zaman wa makan yaitu selalu baik untuk setiap waktu dan tempat.
Maka dari redaksi di atas Islam akan selalu diajak bersentuhan dengan keanekaragaman budaya dan tradisi lokal. Agama dan budaya adalah dua faktor penting yang mempengaruhi dalam masyarakat. Saat syariat atau ajaran agama masuk ke suatu kebudayaan atau tradisi maka keduanya akan saling tarik menarik dalam kepentingan keduanya. Satu sisi di kepentingan agama di sisi lain di kepentingan budaya itu sendiri.
Islam yang hadir atau datang di indonesia tentunya tidak bisa lepas dari kebudayaan masyarakat indonesia itu sendiri. Sepertihalnya islam di arab dulu pada zaman nabi.
Dalam arikel ini penulis akan menjelaskan kebudayaan agama di nusantara. Yaitu salah satu kebudayaan di indonesia yang telah bercampur atau telah menyatu dengan ajaran ajaran islam yaitu tahlilan yang biasanya dilakukan pada tujuh hari setelah kematian, empat puluh, seratus dan seribu hari wafatnya orang di indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pustaka. Dengan mencari sumber kepustakaan yang sesuai dengan tema yang diambil pada artikel ini. Isi dari artikel ini diambil dari sumber artikel jurnal, buku, dokumen hasil penelitian dan lain lain.
PEMBAHASAN
Tahlilan sebagai akulturasi antara nilai kebudayaan nusantara dan juga nilai agama islam. Tentunya tidak terjadi begitu saja, ada proses dibalik terjadinya percampuran nilai kebudayaan dan nilai agama islam itu sendiri. Jadi tahlil ini terbentuk karena ada suatu kebudayaan lama masyarakat nusantara dulu yang mungkin dulunya tidak dinamakan tahlil, yang kemudian saat islam masuk ke nusantara terjadilah akulturasi antara budaya lokal dan syiar islam. Kemudian istilah tahlilan ini muncul.
Jika dilihat dari sudut pandang etimologis, kata tahlil atau tahlilan berasal dari Bahasa Arab dengan bentuk mashdar dari fiil madli dari yang mengandung arti "ekspresi kesenangan" atau "ekspresi keriangan". Kata ini bisa juga memiliki arti mengucapkan kalimah thayyibah") Laa ilaaha illallah") atau dalam Bahasa Indonesia artinya "tiada tuhan yang patut disembah selain Allah" atau dengan kata lain yaitu "pengakuan seorang hamba yang mengitikadkan bahwa tiada tuhan yang wajib disembah selain Allah semata." Tahlil merupakan zikir yang dilakukan oleh umat Islam. Zikir ini dianggap memiliki nilai yang terbesar dan mempunyai banyak keutamaan. Kata tahlil sama dengan kata takbir (mengucapkan allahu akbar), tahmid (mengucapkan alhamdulillah), tasbih (mengucapkan subhanallah), Hamdalah (mengucapkan alhamdulillahi rabbilalamin), dan sebagainya.
Sedangkan pengertian tahlilan menurut istilah adalah: "bersama-sama mengucapkan kalimah thayyibah dan berdoa bagi orang yang sudah meninggal dunia". Dari gagasan  tersebut dapat disimpulkan bahwa tahlil adalah bersama-sama melakukan doa bagi orang yang sudah meninggal dunia. Tahlilan biasanya dilakukan di rumah-rumah, musholla, masjid atau majelis-majelis dengan harapan semoga diterima amalnya dan diampuni dosanya oleh Allah S.W.T. Istilah tahlilan kemudian lebih dipahami di lingkungan masyarakat Indonesia sebagai bagian dari ritual selamatan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam, yang mayoritas berada di Indonesia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal dunia.
Tahlilan biasa dilakukan pada hari pertama meninggalnya jenazah hingga memasuki hari ketujuh, lalu dilakukan pada hari keempat puluh, keseratus, kesatu tahun pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, bahkan hingga hari keseribu.Selama menjalani ritual tahlil, puji-pujian terhadap Tuhan(allah SWT) memang menjadi fokus utama. Biasanya dilakukan lewat bacaan ayat-ayat dan doa-doa tertentu. Surat Yasin menjadi bacaan utama, diiringi dengan Ayat Kursi dan lantunan tasbih (pensucian), tahmid (puji-pujian) dan istighfar (mohon ampunan). Â Tahlil juga biasanya dilakukan untuk selamatan rumah baru, panen raya dan hal hal lain yang berhubungan dengan selamatan.
Ritual selametan tahlilan memiliki beberapa versi asal usul, berbagai polemik dan prokontra terjadi  di berbagai kalangan pada kasus asal usul tahlilan. Versi pertama menyebutkan Sebelum agama budha, hindu dan islam masuk ke nusantara atau indonesia sebenarnya ritual selametan sudah ada sejak zaman dulu. Dimana dulu dilakukan orang orang atau masyarakat yang menganut faham animisme, dinamisme.
Menurut faham ini, roh yang sudah mati itu sangat menentukan kebahagiaan dan kecelakaan orang orang yang masih hidup. Selain itu menurut faham ini, orang orang yang meninggal itu tidak senang untuk meninggalkan alam dunia ini sendirian dan ingin mengajak keluarganya yang lain. Sehingga keluarga yang ditinggal mati ini, menggantinya dengan menyembelih sapi, kerbau, kambing dan ayam milik mayit. Agar binatang yang disembelih tersebut, menemani arwah si mayit. Agar tidak mengajak keluarga mayit. Dan keluarga menyediakan sesaji di tempat tempat tertentu, supaya ruh si mayit tidak marah kepada anggota keluarganya.
Versi kedua, Â Menengok Kebudayaan di indonesia pada zaman dulu(nusantara) tentunya kental dengan tradisi hindu dan budha. Melihat pada zaman kerajaan dulu masyarakat nusantara dipimpin oleh raja raja yang beragama hindu atau budha.
Tradisi selametan muncul pada saat masa hindu dan budha dimana pada kitab brahmana yang mengatur tata cara pelaksanaan korban, sajian untuk dewa dan upacara untuk menghormati nenek moyang. Ada sebuah aturan yang dinamakan Yajna Besar dan Yajna Kecil. Yajna Besar dibagi menjadi dua bagian yaitu Hafiryayajna dan Somayjna. Somayjna adalah upacara khusus untuk orang-orang tertentu. Adapun Hafiryayajna untuk semua orang.
Hafiryayajna terbagi menjadi empat bagian yaitu : Aghnidheya, Pinda Pitre Yajna, Catur masya, dan Aghrain. Dari empat macam tersebut ada satu yang sangat berat dibuang sampai sekarang bagi orang yang sudah masuk Islam adalah upacara Pinda Pitre Yajna yaitu suatu upacara menghormati atau mendoakan roh-roh orang yang sudah mati.
Dalam upacara pinda pitre yajna, ada suatu keyakinan bahwa orang setelah mati, sebelum memasuki karman, yaitu menjelma kembali ke dunia sebagai dewa, manusia, tumbuhan, binatang, batu dan lain lain sesuai amal perbuatannya ketika hidup dulu. Dari hari ke 1 sampai 7 roh orang mati tersebut diyakini masih berkeliling di sekitar rumah.
Pada hari ke empat puluh, seratus dan seribu dari kematiannya, roh tersebut datang lagi ke rumah keluarganya. Sehingga, pada hari-hari tersebut harus diadakan upacara saji-sajian dan bacaan mantera-mantera serta nyanyian suci untuk memohon kepada dewa-dewa agar rohnya si mayit tersebut menjalani karma menjadi manusia yang baik, jangan menjadi yang lainnya.
Pelaksanaan upacara tersebut diawali dengan aghnideya, yaitu menyalakan api suci (membakar kemenyan) untuk kontak dengan para dewa dan roh si mayit yang dituju. Lalu  diteruskan dengan menghidangkan saji-sajian berupa makanan, minuman dan lain-lain untuk dipersembahkan kepada para dewa, kemudian dilanjutkan dengan bacaan mantra-mantra dan nyanyian-nyanyian suci oleh para pendeta agar permohonannya dikabulkan.
Pada zaman itu, para wali kemudian berkumpul untuk memusyawarahkan persoalan tradisi selametan yang terdapat pada kitab brahmana seperti yang telah disebutkan di atas. Hasil dari musyawarah itu tradisi pada budaya hindu Pinda Pitre Yajna dilestarikan oleh orang-orang Islam aliran Tuban yang kemudian dikenal dengan nama Nelung Dino, Mitung Dina, Matang Puluh, Nyatus, dan Nyewu.
Terlepas dari berbagai pendapat atau gagasan di atas tentang asal usul tahlilan yang keduanya berpendapat selametan (tahlilan) muncul dari budaya sebelum islam, kemudian islam muncul lalu mencampur dengan budaya budaya terdahulu yang tentu tidak keluar dari syariat syariat islam. Tapi malah pada saat itu islam sangat diterima karena masuk melalui budaya terdahulu salah satunya. Dan sekarang menjadi agama mayoritas yang ada di indonesia.
Selametan(tahlilan) versi islam memiliki bacaan zikir di dalamnya. Tentu bacaan bacaan ini disusun oleh orang orang yang faham tentang islam(ulama'). Dalam buku sejarah tahlil. Penulis pernah membahas soal siapa yang pertama menyusun tahlil. Hal ini dibahas di forum batsul masail oleh para kyai thoriqot. Mereka berpendapat bahwa yang pertama menyusun tahlil adalah sayyin abdullah bin alawi al haddad.
Tahlil atau tahlilan sebagai akulturasi budaya dan agama, Sampai sekarang masih di laksanakan atau di amalkan di indonesia. Tentu tahlil ini sendiri adalah sesuatu amalan yang baik. Ada banyak manfaat yang dapat diambil dalam pengamalan talilan. Pertama, sebagai ummat muslim kita melakukan syariat islam yang tentu akan dibalas dengan pahala oleh allah. Kedua, menyambung silaturahmi sesama ummat muslim, karena pada saat pengamalan tahlil tentu kita akan membuat majlis atau perkumpulan beberapa orang untuk melaksanakan tahlil tersebut. Dan mungkin masih banyak lagi manfaat atau hikmah dari salah satu kegiatan akulturasi budaya dan agama ini.(tahlilan).
KESIMPULAN
Tahlilan sebagai akulturasi antara nilai kebudayaan nusantara dan juga nilai agama islam. Tentunya tidak terjadi begitu saja, ada proses dibalik terjadinya percampuran nilai kebudayaan dan nilai agama islam itu sendiri. Jadi tahlil ini terbentuk karena ada suatu kebudayaan lama masyarakat nusantara dulu yang mungkin dulunya tidak dinamakan tahlil, yang kemudian saat islam masuk ke nusantara terjadilah akulturasi antara budaya lokal dan syiar islam. Kemudian istilah tahlilan ini muncul.
Ada beberapa perbedaan gagasan tentang asal usul tahlil ini sendiri. Dari versi animisme dinamisme sampai hindu budha. Terlepas dari berbagai pendapat atau gagasan di atas tentang asal usul tahlilan yang keduanya berpendapat selametan (tahlilan) muncul dari budaya sebelum islam, kemudian islam muncul lalu mencampur dengan budaya budaya terdahulu yang tentu tidak keluar dari syariat syariat islam. Tapi malah pada saat itu islam sangat diterima karena masuk melalui budaya terdahulu salah satunya. Dan sekarang menjadi agama mayoritas yang ada di indonesia.
Tahlil atau tahlilan sebagai akulturasi budaya dan agama, Sampai sekarang masih di laksanakan atau di amalkan di indonesia. Tentu tahlil ini sendiri adalah sesuatu amalan yang baik. Ada banyak manfaat yang dapat diambil dalam pengamalan talilan. Pertama, sebagai ummat muslim kita melakukan syariat islam yang tentu akan dibalas dengan pahala oleh allah. Kedua, menyambung silaturahmi sesama ummat muslim, karena pada saat pengamalan tahlil tentu kita akan membuat majlis atau perkumpulan beberapa orang untuk melaksanakan tahlil tersebut. Dan mungkin masih banyak lagi manfaat atau hikmah dari tahlilan.
Â
Â
DAFTAR PUSTAKA
Kh. Muhammad danial royyan, sejarah tahlil, https://www.nu.or.id/pustaka/sejarah-tahlil-JPnpB diakses pada 16 juni 2022 jam 00.31.
https://peristiwaindonesia.com/sejarah-lahirnya-tahlilan-dalam-upacara-kematian-khususnya-di-tanah-jawa-indonesia/ diakses pada 15 juni 2022 jam 22.46.
https://pcnukendal.com/tradisi-tahlilan-sebuah-refleksi-sejarah/ diakses pada 15 juni 2022 jam 21. 59
https://pcnukendal.com/tradisi-tahlilan-sebuah-refleksi-sejarah/ diakses pada 15 juni 2022 jam 21.46
Andi warisno, "tradisi tahlilan upaya menyambung silaturahmi." https://media.neliti.com/media/publications/328262-tradisi-tahlilan-upaya-menyambung-silatu-ece0c7ea.pdf diakses pada 15 juni 2022 jam 23.53
Bukhori, "islam dan tradisi lokal nusantara", artikel iain pontianak, (2 november 2017) 230
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H