Mohon tunggu...
ARES REVA
ARES REVA Mohon Tunggu... Administrasi - Bookish

Hi, visit me ya di Ceritaaresreva.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

NKRI BERSYARIAH/RUANG PUBLIK MANUSIAWI(Mengabstraksi Nasionalisme Syariah dalam Ranah Pendidikan)

12 Februari 2019   20:15 Diperbarui: 15 Februari 2019   09:18 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditelaah lebih dalam lagi mengenai makna dari pressure pada tajuk tersebut diterjemahkan sebagai tekanan. Dan dalam Kamus Bahasa Indonesia sendiri tekanan adalah desakan yang kuat atau paksaan. Sepuluh responden yang saya wawancarai (baik Non Muslim dan Muslim) bersekolah di negeri menjelaskan jika tidak ada peraturan tertulis, tetapi verbalitas itu digaungkan oleh guru mereka.

Tajuk dari artikel menyambungkan perdebatan antara Habib riziq dengan pernyataan Denny JA tentang NKRI Syariah yang seolah-olah tidak memberi kebahagiaan kepada negara. Beberapa responden saya lebih memilih untuk hidup sesuai pandangan mereka terhadap tatanan sosial. Kendatipun dalam pedoman masing-masing kitab mereka diwajibkan, mayoritas responden saya memilih untuk berseragam sesuai UU daripada mengikutkan agama sebagai gaya seragam mereka.

Padahal, ruang publik untuk siswa jelas sudah dicetuskan undang-undang penetapan pakaian seragam sekolah. “… harus dipastikan siapapun yang akan sekolah jangan sampai dipermasalahkan mengenai seragam sekolahnya, khususnya pengguna seragam sebagai identitas keagamaan,” ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Mohammad Nuh, melalui Didsik.depok.go.id.

Andreas Harsono, seorang peneliti Hak Asasi Manusia menjelaskan bila pemakaian konsep syariah di dunia pendidikan telah ada sejak TK hingga SMA yang telah dibuat sebagai peraturan oleh kepala sekolah dan pemerintahan seolah-olah tidak merasa tergangu dengan adanya peraturan seperti itu.

Namun, bukan berarti konsep syariah tidak bisa menjadi peraturan secara konseptual untuk mendirikan Negara. Di saat berkembangnya monoteisme, yang muncul di semenanjung Arabia pada abad ke-7--Islam, yang awalnya agama ini letaknya paling tersudut di dunia dengan jumlah pengikut paling sedikit, namun dalam kejutan sejarah yang bahkan lebih cepat nampu menerobos keluar dari gurun Arabia dan menaklukan wilayah luar biasa luas yang membentang dari Samudera Atlantik sampai India. Tidak mengecualikan bila NKRI syariah telah diselipkan masuk ke rana pendidikan bila melihat sesuai dengan sejarah, bagaimana islam adalah agama yang paling cepat menyebar, diantara agama-agama yang lainnya.

Namun, menelaah buku Emha Ainun Nadjib “Islam Itu Islam” pada Slilit Sang Kiai, yang mengutarakan “Pengaruhilah dunia sehingga tidak memeluk islam. Hasilnya islam ya tetap islam. Islam tidak menjadi lebih tinggi karena islam baqa kebenarannya. Manusia sajalah yang terikat untung rugi. Manusia sudah tiba di abad ke-20 yang maha cerdas. Islam tidak punya kepentingan terhadap manusia, manusialah yang berkepentingan terhadap islam”. Begitu pula dengan menyangkutpautkan islam kepada ideologi dasar negeri ini, sebab Islam sejak dulu tidak pernah terikat dengan manusia apalagi sebuah negara.

Sepuluh responden saya menyatakan bahwa sebagian di antara mereka menuai kontra bilamana agama ikut dimasukkan dalam sekolahan publik dengan pakaian sebagai alasan. Hal ini dapat juga menyambungkan, untuk kebahagiaan bangsa dan negara, diperlukan ideologi yang adil dan proporsional, yaitu Pancasila. Sebab juga, sejatinya keberhasilan sebuah negara didasarkan karena kemajuan teritori, kenaikan populasi, dan pertumbuhan GDP.

DAFTAR PUSTAKA 

Dinas Pendidikan Kota Depok.2014. Kemdikbud Keluarkan Aturan Baru Tentang Seragam Sekolah (http://disdik.depok.go.id/?p=5733 diakses tanggal 26 Januari 2019)

Harari, Yuval Noah. 2018. HOMODEUS Masa Depan Umat Manusia. Terjemahan oleh Yanto Musthofa. Ciputat: Pustaka Alvabet.

Harari, Yuval Noah. 2017. SAPIENS Riwayat Singkat Umat Manusia. Terjemahan oleh Damaring Tyas Wulandari PalarJakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun