INTERVENSI
Terdengar alunan merdu di sudut kota,
Dari seorang sutradara cerita ,
Yang belum jelas siapa dia,
Yang terdengar hanya irama,
Nadanya penekanan yang luar biasa,
Perintahnya melodi  yang tak bisa terbantahkan oleh waktu.
Lalu di kemudian hari,
Kidungnya fana,
Dan liriknya berserakan di beranda depan,
Terbawa angin
hingga sampai di lembar keputusan,
Ketika yang benar mulai tersudut,
Oleh bibir kerdil berwajah purnama,
Yang hadir seakan penyejuk dahaga,
Sementara
ada sekian perih dengan wajah-wajah gelisah,
Yang serba salah,
Kehilangan rangkaian nada,
Hanya tanda oktaf yang merenda di kepala.
Ratusan kuning  Akasia berjatuhan,
Menyaksikan tarian pena,
Merangkai kalimat yang tak putus dari musim panas di pinggir jalan depan  peraduan.
Pulau Seribu Masjid, 5 Maret 2022
Guru Penggerak Merdeka Belajar
KGP LOBAR