Mohon tunggu...
Kabati
Kabati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ruang Kerja Budaya

Penulis dan aktivis sosial budaya berdomisili di Padang Sumatera Barat

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Kekerasan Berbasis Gender di Sumbar: Haruskah Gubernur Minta Maaf?

10 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 10 Mei 2024   17:39 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kita memerlukan alat analisis yang tajam untuk membaca berbagai fenomena sosial terkait kasus kekerasan seksual berbasis gender ini agar tidak terjadi kesalahan dalam menulis berita," ujar Nita yang dibenarkan oleh anggota FJPI lainnya.

Nova Anggraini dari www. haluan.com bahkan mengatakan bahwa selama ini dia mengira yang dimaksud kekerasan itu hanyalah yang bersifat fisik sehingga dia merasa tidak begitu penting untuk menulis isu-isu kekerasan yang sifatnya verbal. Hal ini juga dibenarkan oleh Yuke dari Singgalang.

"Padahal kami tidak sekali dua kali mengikuti pelatihan dan liputan dengan tema kesetaraan dan keadilan gender. Namun streotipe di masyarakat cukup kuat sehingga kita jurnalispun kadang kala menjadi bias dalam menulis berita," aku Atviarni, jurnalis senior surat kabar Harian Haluan.

Kedatangan rombongan FJPI ini disambut oleh tim kerja  LP2M, Ramdhaniati (direktur LP2M Periode 2018-2024), Tanty Herida (Menejer Program) dan Vebyan Syafitra Staf Information Communication Technology (ICT). Selain memperdalam pengetahuan tentang akar-akar persoalan kekerasan seksual, pada kesempatan kunjungan kerja tersebut rombongan FJPI juga mendapat pembekalan materi tentang pemanfaatan ruang digital untuk kampanye-kampanye anti kekerasan.    

"Kami menganggap kunjungan ini penting karena wartawan sebagai ujung tombak penyebar informasi. Kawan-kawan wartawanlah seharusnya paham dulu tentang akar persoalan kekerasan ini, sehingga tidak melakukan kesalahan dalam menulis berita," ujar Tanti.

Lebih lanjut dikatakan Tanti bahwa isu terbaru berkenaan dengan kekerasan seksusal ini adalah  perdagangan anak serta pernikahan usia dibawah 19 tahun.

 "Kalau akar persoalannya tidak terpecahkan maka kekerasan ini akan terus berulang," ujar Tanti dalam bincang yang diadakan di kantor LP2M Jalan Semeru Raya No 12 Gunung Pangilun Padang Utara Padang tersebut.

dokpri
dokpri

Menurut Nita, selain menimba ilmu, kunjungan FJPI ini juga sebagai bentuk kepedulian atas tingginya tingkat kekerasan berbasis gender di Indonesia. FJPI bekerjasama dengan kedutaan besar Australia untuk Indonesia menggalang kampanye memalui lomba vidio Kampanye Anti Kekerasan Seksual terhadap perempuan. Lomba ini diadakan khusus anggota FJPI di seluruh Indonesia.

"Kedatangan kami ke LP2M juga untuk belajar bagaimana membuat konten-konten media yang berbasis kesadaran gender ini. Untuk itu kami berterimakasi banyak kepada kawan-kawan di LP2M yang bersedia berbagi pengetahuan dengan kami. Mudah-mudahan bisa terjalin kerjasama berkelanjutan," ujar Nita.

Semoga apa yang dilakukan kawan-kawan jurnalis perempuan ini bisa sedikit mengurai benang kusut persoalan kemiskinan kita.*** Ka'bati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun