Bagi Ivan Adilla, Navis justru bukan hanya seorang pengarang belaka tetapi seorang intelektual. Persoalannyg dikupas dalam karyanya bukan hiburan tapi kritik sosial. Pak Navis, menurut Ivan, seorang perupa, jauh sebelum menulis dia sudah melukis. Karena itu dia detil sekali, punya modal, untuk menggambarkan karakter orang. Sama  dengan penulis legendari Sumatera Barat lainnya yang sezaman, Wisran Hadi yang juga pelukis. Sehingga tokoh yang digambar dalam karya mereka agak nyata dan mudah dihadirkan dalam imajinasi siapa saja. "Navis punya kemampuan mengamati secara sangat detil," ujarnya.
Gemala Ranti, anak perempuan AA Navis yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas P3AP2KB juga tampak hadir dalam acara peringatan 99 tahun ayahnya. Bagi Ranti, perayaan 100 tahun Navis yang akan diperingatai secara internasional serta pengakuan UNESCO terhadap kepengarangan AA Navis adalah sesuatu yang diluar dugaan.
"Kami tidak pernah tahu siapa yang mengusulkan dan memperjuangkannya secara personal. Tetapi tentu ini usaha pemerintah pusat dan tim yang ditugaskan untuk itu. Â Berita ini datang sebagai kejutan sekaligus kabar kehormatan," ujarnya dalam perbincangan santai selepas acara diskusi.
Tahun depan dunia akan memperingati hari kelahiran sastrawan kita ini. Dunia. Saya berharap di Sumatera Barat kita juga turut memperingatinya. Siapapun yang akan memimpin daerah ini nanti, dia harus benar-benar paham bahwa tanpa kebudayaan, tanpa sastra dan tanpa nalar para intelektual yang dituliskan Sumatera Barat ini tak akan ada, tak ada apa-apanya. (Ka'bati)
note: tulisan ini juga pernah dimuat di sumbarsatu.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI