Senada dengan Imron, Penyair AP Bayu menandaskan, belajar dari ensiklopedia yang pernah ditulis Hasanudin WS, yang diterbitkan angkasa. Sampai beberapa tahun, disbeut AP Bayu, buku itu masih menjadi perdebatan, karena data yang dibuat tidak akurat.
Oleh sebab itu menurut AP Bayu, penyusunan ensiklopedia yang terpenting adalah kebenaran sejarah, validitas informasi sehingga ensiklopedia ini tidak bernasib sama dengan bukunya Hasanudin WS.
“Menurut saya, ensiklopedia yang terpenting adalah kebenaran informasi dan pertanggungjawaban terhadap data. Sehingga tidak akan ada komplain dari pihak manapun. Sebab, ini adalah penulusuran sejarah. Salah kita menyusun buku ini, nanti generasi penerus kita akan salah juga memahami sejarah sastra di Sumsel,” tegasnya.
Pada acara itu, Balai Bahasa mengundang sejumlah pelaku sastra, penulis dan para pelaku seni di Sumatera Selatan. Selain itu, mendampingi Dr Dora Amalia, hadir juga Dewi Puspita, Kasub Konservasi dari Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Jakarta. Acara yang digelar berakhir pada pukul 12.00 WIB. Direncanakan, sebagai follow up dari sarasehan ini, dalam waktu dekat akan digelar Forum Grup Discussion (FGD) sebagai penguatan teks dalam ensiklopedia Sastra Modern Sumatera Selatan.
TEKS / EDITOR : T PAMUNGKAS
FOTO : DOK.KS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H