Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Tinggal di Palembang

Penulis adalah Guru Ngaji di Rumah Tahfidz Rahmat Palembang, dan Penulis Buku "Revolusi Hati untuk Negeri" bekerja sebagai Jurnalis di KabarSumatera.com Palembang. (www.kabarsumatera.com) dan mengelola situs sastra : www.dangausastra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Balai Bahasa Sumsel Akan Terbitkan Ensiklopedia Sastra Modern Sumatera Selatan

19 November 2015   20:37 Diperbarui: 19 November 2015   20:56 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutnya, ensiklopedia adalah karya referensi sejenis kamus dan glosarium, meskipun ketiganya memiliki perbedaan di beberapa hal. Misalnya, dalam ensiklopedia teks yang ditulis menggunakan istilah artikel, sementara di kamus dengan istilah lema. “Artikel terdiri dari beberapa paragraf, sementara di kamus hanya bebera frasa,” ujarnya.

Dora juga mengemukakan tentang pentingnya template atau pola penulisan ensklopedia. Menurutnya, untuk penyusunannya ada pola yang seharusnya diikuti, meskipun Dora tidak memberi harga mati pola yang harus diikuti.

“Tentang polanya bagaimana, itu Mbak Dian dan kawan-kawan di Balai Bahasa Sumatera Selatan bisa punya kreatifitas sendiri. Tapi tetap mengacu pada template, misalnya paragraf pertama menjelaskan biografi tokoh, kemudian masuk ke paragraf kedua bicara tentang genre atau aliran sastra yang ditulis dan seterusnya. Sehingga pola penulisan dalam ensiklopedia ini akan lebih sistematis. Tapi menurut saya ini sudah hasil kerja yang baik, tinggal disempurnakan lagi,” tegasnya.

Menghindari Komplain

Pada sesi dialog Yos Elyas memberi apreasiasi positif terhadap Tim Balai Bahasa Sumatera Selatan yang telah menyusun draf ensiklopedia. Hanya saja, praktisi Teater APA Palembang ini mengeritisi akurasi data dalam draf.

Menurut Yos, akurasi data sangat penting dalam draf ini. Hal ini untuk menghindari kemungkinan adanya komplain dari pihak tertentu yang merasa dirugikan. “Termasuk memasukkan Teater APA dalam draf ini, saya akan beri data yang lebih akurat, juga lembaga lainnya harus demikian. Sehingga kalau buku ini nanti sudah diterbitkan, tidak akan menimbulkan persangkaan yang tidak baik, misalnya wah kenapa itu masuk dan saya tidak? Kenapa lembaga ini masuk dan teater itu tidak masuk? Nah ini yang harus dihindari,” tegasnya.

Sering dengan itu, Imron Supriyadi, salah satu pelaku sastra versus jurnalis di Palembang lebih menitikberatkan pada kriteria ketokohan yang juga menjadi salah satu mata point dalam ensiklopedia. Kritik dan saran Imron ini bermula dari pengamatannya dalam draf yang mencantumkan beberapa nama “orang muda” yang secara historis belum ikut dalam proses perjalanan sastra di Sumatera Selatan, namun tiba-tiba disebut tokoh.

“Saya pikir, sebagai masukan tim dari Balai Bahasa merumuskan kembali apa kriteria tokoh yang dimaksud dalam buku ini, sehingga ukurannya jelas, mengapa dia disebut tokoh? Tidak bisa penulis sastra yang baru muncul tiba-tiba disebut tokokh dalam ensiklopedia,” ujarnya.

Kalau dalam bahasa Yos Elyas, menempatkan penulis pemula sebagai tokoh, yang tidak ikut dalam proses panjang, hal itu akan berdampak psikologis pada yang bersangkutan, atau juga terhadap psikologis keluarga besar tokoh sekaliber alm Amran Halim. “Rasanya ini akan megangganggu secara kejiwaan, kok bisa anak yang baru muncul di era 90-an terus tiba-tiba jadi tokoh dalam buku ini, saya kira ini perlu dievaluasi,” tegas Yos.

Imron yang jumga mantan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palembang periode 2009-2013 mencotohkan, tidak setiap penulis sastra disebut tokoh. Atau tidak semua lembaga kebudayaan yang konsen terhadap sastra bisa dimasukkan dalam ensiklopedia. Sebab, menurut dosen Jurnalistik di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang ini, tidak semua lembaga atau penulis ikut serta dalam proses perjalan sastra di Sumatera Selatan.

”Ada penulis sastra untuk dirinya sendiri, atau lembaga yang hanya untuk penanda tanda ada efek dan kontribusi terhadap masyarakat sekitar. Maksud saya, baik lembaga atau pribadi, perlu ada ukuran yang jelas, sehingga dalam penyusunan ensiklopedia ini tidak akan ada sangkaan suka dan tidak suka, ada karena unsur pertemanan,” tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun