Di alun-alun Batang Hari, setiap sore ramai dengan aktivitas olahraga seperti jogging dan jalan santai, Bang Zulfakar, S.Pd., menjalani rutinitas unik setiap musim durian. Dari sore hingga malam. Ia membuka usaha sampingan sederhana di bawah pohon rindang, menata durian enak dari kebunnya dan  beberapa dari pemilik kebun orang lain. Meskipun penjualannya sederhana, ada satu hal yang menarik perhatian pelanggan, Semboyannya yaitu DAK ENAK DAK USAH BAYAR menjadi ciri khasnya.
Namun, pembeli durian Bang Zulfakar bukanlah orang-orang yang sibuk berolahraga disitu. Justru, pelanggannya kebanyakan datang dari kalangan akademika kampus UNISBA, sahabat-sahabat senior, dan teman-teman sebayanya.
"Yang olahraga kadang olahraga bae, kadang hanya senyum atau tanyo hargo. Tapi kawan-kawan sayo, terutama yang dari kampus, sering mampir habis aktivitas atau pulang ngajar," cerita Bang Zul sambil tersenyum.
Lapak Bang Zulfakar di alun-alun bukan sekadar tempat jual durian, tapi juga menjadi ruang kumpul dan diskusi santai. Para sahabatnya sering duduk bersama di tikar, berbagi cerita tentang kampus, pendidikan, atau sekadar berbincang ringan sambil menikmati durian di tempat.
Hingga malam, suasana lapak Bang Zul tetap hidup. Alun-alun yang mulai sepi dari aktivitas olahraga berubah menjadi tempat santai anak muda. Lampu jalan menerangi tikar sederhana di mana ia dan para pelanggannya berbincang dan berdiskusi sambil membelah buah durian di tempat dan menikmati legitnya buah durian untuk di cicipi ke pelanggannya.
"Meskipun jualan durian ni hanya sampingan, tapi setiap musim rasanya seperti reunian kecil. Sahabat-sahabat senior, teman seangkatan, semuanya ado yang mampir. Kadang malah ramai nian," ujarnya.
Alun-alun Batang Hari yang juga dipenuhi berbagai UMKM lain seperti penjual makanan ringan, minuman, dan penjual durian lainnya, menjadi tempat ideal untuk suasana santai. Bang Zul merasa bangga karena durian yang ia jual bisa menjadi bagian kecil dari kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.
"Ini bukan soal jualan bae, tapi soal kumpul, ketemu kawan lama, dan berbagi cerita. Duriannya mungkin akan habis, tapi kenangan di tempat ini dak akan hilang," tutupnya dengan senyum hangat.
Bagi Bang Zulfakar, lapak sederhana di alun-alun bukan hanya tempat mencari rezeki, tapi juga ruang untuk mempererat tali silaturahmi dengan sahabat-sahabatnya. Sebuah pengabdian kecil yang ia nikmati setiap musim durian tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H