Mohon tunggu...
Muhammad MunadiAkhsani
Muhammad MunadiAkhsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jatuh hati dengan dunia bermandikan kalimat fiksi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Museum Keris Nusantara: Sebuah Usaha Merawat Warisan Leluhur

2 Juni 2024   22:56 Diperbarui: 2 Juni 2024   23:19 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diaroma di bagian Cipta Adiluhung lantai 4  yang menunjukkan ilustrasi proses pembuatan keris tahap greneng dan mengasah bilah, Rabu (29/05/24) /Dok pribadi

SOLO. Ditengah hiruk pikuk Jalan Bhayangkari di Kecamatan Sriwedari,  berdiri Museum Keris Nusantara yang menjadi salah satu  objek wisata bernuansa budaya dan sejarah di Kota Solo. Museum Keris Nusantara dibangun pada tahun 2017 yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Pendirian museum yang berada di bawah naungan UPTD Museum kota Surakarta ini merupakan keberlanjutan dari adanya pengakuan dunia terhadap eksistensi keris.

"Terbentuknya museum tak terlepas dari pengakuan dari dunia oleh UNESCO pada tanggal 25 November tahun 2005 di Paris, Perancis bahwa keris adalah peninggalan sejarah budaya tak benda" jelas Putri, pemandu wisata di museum tersebut, Rabu (29/5/24).

Putri juga menambahkan bahwa pengakuan dunia terhadap keris tak terlepas dari adanya nilai filosofi yang luhur dan kental pada keris. Museum ini layaknya sebuah benteng yang bukan hanya menjaga keris itu sendiri melainkan juga mengokohkan dan menjaga filosofi pusaka budaya sarat sejarah.

Seperti namanya, museum ini menjadi rumah dari keris-keris yang ada di Indonesia. Putri, pemandu wisata di museum tersebut menjelaskan terdapat 495 keris yang terpajang jumlah tersebut belum termasuk keris-keris lainya yang masih tersimpan di ruang perawatan.

Seluruh keris yang terdapat di museum ini merupakan pemberian hibah yang sebagian besar dari hibah perseorangan. Seperti keris Pandawa yang merupakan hibah dari Ir Suyono. Keris ini memiliki ciri hitam legam dengan jenis pamor Keleng. Pamor merupakan motif yang terdapat dalam tubuh keris. 

Filosofi keris ini tak jauh-jauh dari kata Pandawa yang mana keris ini merupakan simbolisasi dari sebuah harapan agar pemilik keris diwariskan sifat luhur layaknya anggota Pandawa Lima.

Penampakan keris Kyai Tengara yang merupakan hibah dari Presiden Joko Widodo Di bagian Estining Lampah, lantai 5./Dok Pribadi
Penampakan keris Kyai Tengara yang merupakan hibah dari Presiden Joko Widodo Di bagian Estining Lampah, lantai 5./Dok Pribadi

Keris hibah lainya yang menjadi salah satu masterpiece adalah keris Kyai Tengara yang merupakan keris pemberian dari Presiden Joko Widodo. Keris dengan gaya luk atau bergelombang  ini memiliki ciri adanya penonjolan motif liman atau gajah bersayap pada bagian gandik dimana motif tersebut dikaitkan dengan penguasaan wilayah darat, laut, dan udara. 

Warangka atau penutup dari keris ini bewarna merah yang melambangkan kepemimpinan, pada bagian mendhak warangka juga ditonjolkan motif alas-alasan yang merupakan simbolisasi hewan-hewan yang pada keris ini tersurat motif kulit ular dengan penambahan detail gambar-gambar hewan seperti singa, kancil, gajah.

Semakin lama pengunjung menyelami museum pengunjung seolah-olah dicerahkan bahwa keris bukan hanya sebatas senjata yang bermuatan magis. Keris merupakan representasi dari kehidupan masyarakat nusatara yang amat filosofi dan simbolik utamanya dalam hal ini adalah masyarakat jawa. 

Tak banyak orang tahu bahwa dalam ranah masyarakat Jawa keris memiliki nama lain, yakni wangkringan yang nama tersebut mencakup tiga filosofi keris yakni Duwung, Curiga, dan Keris. Duwung menggambarkan bentuk dapur keris. 

Curiga menggambarkan unsur pembentuk bilah keris seperti ricikan, bentuk, bahan dan pasikon. Sedangkan keris merupakan istilah dalam bahasa Jawa rendah yang menerangkan bahwa bilah keris dibuat melalui keahlian kriya pande yang pembuatanya melalui cara pelipatan sehingga keris dapat dibedakan dengan senjata lainya.

Keris utamanya dalam masyrakat Jawa juga telah dianggap sebagai pusaka yang memiliki kedudukan yang luhur indikasi tersebut salah satunya tampak pada sistem pewarisan keris. 

Keris dianggap sebagai pusaka yang diturunkan dari ayah kepada sang anak. Seperti kisah Sunan Pakubawana V dimana ia mewariskan keris-kerisnya kepada anak-anaknya melalui surat wasiat yang ia tulis. Ia mewariskan keris dan tombak kepada anak laki-lakinya, sedangkan anak perempuanya akan mewariskan keris tanpa tombak. Bahkan keris menjadi salah satu unsur kesempurnaan pria Jawa diluar unsur lain seperti garwa, turangga dan kukila.

Berbicara tentang keris tak lengkap bilamana tidak menyinggung kawruh sinengker sebuah istilah Jawa yang digunakan untuk menyebut sebuah ilmu yang dirahasiakan. Ilmu keris juga tak luput dari kawruh sinengker dimana pemahaman tentang keris tidak bisa diberikan begitu saja. Ilmu tentang keris dapat diberikan saat seseorang memasuki usia yang telah matang atau setidaknya akil balik. 

Dalam budaya Jawa setelah seseorang sah untuk belajar tentang keris ia akan mendapatkkan busana khusus yang mungkin sebagian orang jawa mengetahuinya yakni busana jawi jangkep. 

Tak hanya sekadar menjadi rumah bagi keris museum ini bak menjadi ruang yang sarat akan pengetahuan budaya dan sejarah. Museum ini juga menjadi ruang emas bagi kelestarian salah satu objek budaya dan sejarah dibalut dengan nuansa yang artistik nan modern membuat museum ini memiliki citra nya tersendiri bahkan di mata pengunjung mancanegara.

"Museum ini dapat menjaga kelestarian keris dibalut dengan arsitektur modern," jelas Dika, salah satu pengunjung.

Hal yang sama juga dituturkan Kunfajri salah satu satpam di museum tersebut dimana ia menyambut baik akan hadirnya museum ini sebagai bentuk adanya kegiatan nguri-nguri budaya. Ia juga menambahkan adanya museum ini dapat menjadi salah satu cara untuk mempertontokan budaya dan sejarah yang amat berharga kepada anak-anak muda.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun