Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Bersinergi Bersama BRI untuk Mewujudkan Kemandirian Ekonomi

9 Desember 2023   23:12 Diperbarui: 9 Desember 2023   23:12 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai salah seorang nasabah BRI, saya merasa bangga dan bersyukur. Selama 128 tahun BRI setia memberi makna Indonesia melalui prestasi. Dedikasi BRI dalam pemberdayaan UMKM merupakan prestasi BRI yang paling berarti di hati saya. 

Melalui upaya bersinergi bersama BRI dalam pemberdayaan UMKM, impian semua orang untuk mewujudkan kemandirian ekonomi, tidak lagi mustahil. Jadi, di usia BRI yang genap 128 tahun pada 16 Desember 2023, tidak hanya BRI yang tumbuh hebat dan kuat, tetapi juga bangsa Indonesia. 

Foto penulis dengan bingkai logo HUT BRI ke-128. Sumber: penulis/twibbon
Foto penulis dengan bingkai logo HUT BRI ke-128. Sumber: penulis/twibbon

Pemberdayaan UMKM di lingkungan lembaga pendidikan formal merupakan salah satu terobosan BRI yang saya nantikan. Mayoritas masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa golongan berpendidikan (kaum terpelajar) merupakan kelompok rentan mengalami kemiskinan. Pemberdayaan UMKM di lingkungan lembaga pendidikan formal akan mencegah lembaga pendidikan formal memproduksi pengangguran yang menjadi beban masyarakat dan negara.  


Pahlawan UMKM Indonesia

       

Sejak berdiri 16 Desember 1895 dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden, kontribusi BRI untuk Indonesia sudah tidak terbilang lagi, terutama dalam mewujudkan kemandirian ekonomi di kalangan warga miskin melalui pemberdayaan UMKM. 

Infografis BRI pra kemerdekaan. Sumber: tirto.id
Infografis BRI pra kemerdekaan. Sumber: tirto.id

Seorang pelaku usaha UMKM dalam pameran UMKM di Yogyakarta. Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Seorang pelaku usaha UMKM dalam pameran UMKM di Yogyakarta. Sumber: dokumentasi pribadi penulis

Berbagai terobosan inovatif terus diupayakan insan-insan kreatif BRI untuk memberdayakan UMKM sesuai dengan kemajuan zaman. Di masa sekarang, upaya BRI dalam pemberdayaan UMKM termanifestasi dalam Kredit Mikro BRI; KUR Super Mikro, KUR Mikro, KMK Tangguh, dan berbagai terobosan lainnya. Terobosan-terobosan inovatif tersebut menjadi solusi yang efektif pelaku usaha UMKM yang mengalami kendala modal usaha. 


Selain bantuan pengadaan modal usaha, BRI juga membuka lapangan kerja yang termanifestasi dalam kehadiran Agen BRIlink. BRI pun aktif dalam pembinaan UMKM melalui wadah Rumah BUMN. Untuk meningkatkan keahlian pelaku usaha UMKM, BRI pun aktif dalam menyelenggarakan pelatihan melalui BRIIncubator.  

Penulis (baju hitam) dengan produk UMKM binaan Rumah BUMN & BRI. Sumber: dokumen pribadi. 
Penulis (baju hitam) dengan produk UMKM binaan Rumah BUMN & BRI. Sumber: dokumen pribadi. 

Dari tahun ke tahun, BRI terus berinovasi. Kemudahan yang dihadirkan teknologi digital mendorong insan-insan kreatif BRI menciptakan digitalisasi BRI dalam pemberdayaan UMKM. Melalui digitalisasi BRI, sistem pemasaran menjadi lebih sederhana dan ringkas. Transaksi menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien.  

Indeks bisnis UMKM BRI. Sumber: BRI/Balikpapan Pos
Indeks bisnis UMKM BRI. Sumber: BRI/Balikpapan Pos

Keberadaan BRImo merupakan salah satu inovasi digitalisasi BRI. Berkat BRImo, hambatan jarak atau kendala geografis antara pelaku usaha dan konsumen bisa diatasi, sehingga banyak transaksi dalam UMKM bisa berjalan tanpa perlu pertemuan fisik.   


Kontribusi BRI dalam UMKM telah teruji dalam berjejer masa krisis di Indonesia. Di antara berjejer masa krisis tersebut, krisis yang ditimbulkan pandemi covid-19 mengukuhkan integritas dan dedikasi BRI dalam pemberdayaan UMKM di Indonesia. 

Prestasi BRI untuk capaian tahun 2020. Sumber: suara.com
Prestasi BRI untuk capaian tahun 2020. Sumber: suara.com

Berkat kontribusi BRI dalam pemberdayaan UMKM, pemerintah bisa menurunkan angka pengangguran yang dipicu pandemi covid-19. Berkat kontribusi BRI dalam pemberdayaan UMKM pula, banyak warga dari golongan ekonomi lemah, berhasil mewujudkan kemandirian ekonomi.

Kontribusi BRI di sektor UMKM masih akan terus berlanjut di tahun-tahun ke depan. Tidak mustahil, dedikasi tersebut terus mengalir sampai ratusan tahun ke depan. Dengan demikian, rasanya tidak berlebihan bila kita gelari BRI sebagai Pahlawan UMKM. 

Suasana pameran UMKM di Yogyakarta. Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.
Suasana pameran UMKM di Yogyakarta. Sumber: Dokumentasi pribadi penulis.

Untuk mengoptimalkan pemberdayaan UMKM, BRI bisa mengadopsi teknik pembentukan perilaku dalam bisnis sosial yang dicetuskan Muhammad Yunus. Keberadaan teknologi digital akan mempermudah dan memperluas jangkauan upaya tersebut. Bila terobosan tersebut diterapkan,  upaya untuk mengentaskan kemiskinan diseluruh penjuru Indonesia, bisa berjalan lebih merata. 


Belajar pada Bisnis Sosial

Muhammad Yunus, ekonom peraih Hadiah Nobel Perdamaian dari Bangladesh tahun 2006, sering menyatakan bahwa entrepreneur adalah kodrat manusia. Semua orang adalah entrepreneur. Jiwa entrepreneur telah tertanam dalam setiap sel darah kita. Jiwa entrepreneur adalah manifestasi dari naluri manusia yang beradab untuk bertahan hidup. Semua orang, terutama orang dewasa, sesungguhnya telah memiliki keterampilan yang bisa dijadikan sebagai bekal untuk membangun usaha. Bila mereka diberi modal usaha, semua orang khususnya wong cilik, bisa membangun usaha yang menuntun mereka untuk berdaya. Untuk mengoptimalkan upaya mengentaskan kemiskinan di Bangladesh, Muhammad Yunus menciptakan program pemberdayaan UMKM yang dinamakan bisnis sosial.


Pendirian Grameen Bank merupakan salah satu langkah bisnis sosial yang dipelopori Muhammad Yunus. Melalui Grameen Bank yang didirikannya, Muhammad Yunus berupaya memberikan modal usaha bagi masyarakat miskin di Bangladesh. Modal yang menjadi hambatan besar dalam langkah awal untuk mendirikan UMKM menjadi bisa diatasi. 

Keberadaan Grameen Bank di Bangladesh akan mengingatkan kita pada BRI di Indonesia. Walaupun berdiri di ruang dan waktu yang berbeda, Grameen Bank dan BRI memiliki terobosan yang identik, yaitu pemberdayaan UMKM dengan jalan penyaluran modal UMKM yang dikhususkan bagi pelaku usaha dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Melalui bantuan penyaluran modal usaha, pelaku usaha dari golongan masyarakat ekonomi lemah, bisa meningkatkan kuntitas dan kualitas produksi produk kreatif, serta memperluas jangkauan pemasaran.     

BRI yang didirikan masa kolonial. Bertujuan untuk menghindari lintah darat berbunga tinggi. Sumber: tirto.id
BRI yang didirikan masa kolonial. Bertujuan untuk menghindari lintah darat berbunga tinggi. Sumber: tirto.id

Selain pendirian Grameen Bank, Muhammad Yunus beserta tim bisnis sosial, berupaya melakukan pembentukan perilaku yang sangat relevan dengan teori programming yang dikenalkan Bruce Lipton. Berdasarkan teori pragramming yang dicetuskan Bruce Lipton, kekayaan dan kemiskinan berawal dari pola perilaku. 

Pola perilaku itu dikendalikan pikiran bawah sadar yang terbentuk melalui proses progamming. Proses programing telah dimulai sejak usia tujuh tahun yang disebut fase hypnosis. Di masa itu, seseorang mengembangkan theta (imajinasi) dalam pikiran bawah sadarnya. Imajinasi tersebut bersumber dari informasi yang direkam dan diolah otaknya dari lingkungan.

 


Seorang anak yang lahir dalam keluarga yang mandiri secara ekonomi (kaya-raya) akan terpicu untuk mandiri secara ekonomi. Hal ini disebabkan anak tersebut memiliki imajinasi pembentuk pikiran bawah sadar yang menggerakkan pola perilakunya untuk meraih kemandirian ekonomi. 

Demikian pula sebaliknya. Seorang anak yang lahir dalam keluarga yang lumpuh secara ekonomi (miskin) akan cenderung terpicu pula untuk memiliki imajinasi pembentuk pikiran bawah sadar yang menggerakkan pola perilakunya untuk mengalami kelumpuhan ekonomi.

 

Pada konteks pengentasan kemiskinan di Bangladesh, upaya pembentukan pikiran bawah sadar adalah melalui pemrograman ulang. Setiap berkumpul, warga miskin Bangladesh yang tergabung dalam program bisnis sosial, bersama-sama mengucapkan kalimat-kalimat yang membangun kepercayaan diri dan keyakinan untuk membangun bisnis sendiri. Mereka pun dibentuk dalam kelompok-kelompok yang saling meneguhkan dan menguatkan keyakinan. 


Upaya-upaya tersebut adalah afirmasi yang menanamkan imajinasi konstruktif dalam pikiran bawah bawah sadar untuk membentuk pola perilaku progresif. Bila dilakukan repetisi secara konsisten, upaya tersebut akan membentuk pikiran bawah sadar yang menggerakkan pola perilaku sesuai dengan tujuan yang kita harapkan, khususnya dalam dalam mewujudkan kemandirian ekonomi. 

Melalui upaya itu, pikiran bawah sadar seseorang yang lahir di lingkungan yang mengalami kelumpuhan ekonomi, bisa dibenahi dan diarahkan untuk memiliki imajinasi berupa kemandirian ekonomi. Hasilnya luar biasa. Warga miskin yang buta aksara pun, mampu berdaya dalam meraih kekayaan melalui pendirian UMKM. Tidak heran bila keberadan bisnis sosial berhasil menurunkan angka kemiskinan di Banglades secara signifikan.  

Upaya pembentukan perilaku sosial tersebut tampaknya sudah dilakukan insan-insan kreatif BRI yang secara khusus mengelola pemberdayaan sektor UMKM. Tetapi tampaknya, upaya tersebut belum berjalan secara optimal. Tidak heran bila penurunan angka pengangguran Indonesia sulit mencapai titik nol. 

Besar harapan saya BRI bisa membuat terobosan inovatif supaya pola perilaku sosial tersebut bisa memicu perubahan secara masif dan holistik, sehingga angka pengangguran bisa ditekan sampai titik nol juta jiwa. Terdapat beberapa langkah yang efektif untuk membentuk perilaku sosial yang memusatkan fokus pada pemberdayaan UMKM, antara lain: 

Pertama, komuniksi dan sosialisasi sadar UMKM secara intensif melalui media massa, media digital, film, dan seluruh saluran komunikasi. 

Kedua, pelibatan figur publik, tokoh masyarakat, dan influencer dalam pengembangan UMKM.

Ketiga, peningkatan kulitas pemberdayaan UMKM di daerah.

Keempat, perluasan jaringan digitalisasi BRI di daerah terpencil yang dikukuhkan dengan pengadaan teknologi digital (jaringan internet) yang akomodatif. 

Kelima, sinergi dan kolaborasi antarkomunitas dan antarpelaku usaha UMKM 

Keenam, viralisasi gerakan UMKM melalui media sosial.

Ketujuh, sinergi dengan pemerintah daerah unttuk menjadukan UMKM sebagai gerakan massal dan wajib diikuti seluruh warga.

Kedelapan, pembentukan komunitas pelaku UMKM dengan mengimitasi konsep bisnis sosial yang telah digerakkan di Bangladesh oleh Muhammad Yunus. 

Pemberdayaan UMKM di Libgkungan Lembaga Pendidikan Formal

Berdasarkan data BPS pada Mei 2023, pengangguran di Indonesia mengalami penurunan. BPS mencatat angka pengangguran di Indonesia mencapai 8,42 juta jiwa dan 7,99 juta pada Agustus 2022. 

Infografik statistik pengangguran. Sumber. Antaranews.com
Infografik statistik pengangguran. Sumber. Antaranews.com

Penurunan angka pengangguran tersebut belum bisa kita klaim sebagai angin segar dalam upaya pengentasan kemiskinan akibat pengangguran. Angka 7,99 juta orang penganggur merupakan angka yang tergolong besar. Tidak ada jaminan dunia perekonomian akan bebas dari masa krisis karena perubahan selalu bisa muncul tanpa prediksi seperti kasus covid-19. Keberadaan golongan berpendidikan dalam barisan pengangguran membuktikan bahwa kontribusi pendidikan formal untuk mewujudkan kemandiran ekonomi semakin meragukan.  

Kita akui atau tidak, lembaga pendidikan formal di Indonesia merupakan salah satu ‘pabrik’ pengangguran terbesar di Indonesia. Selama lebih dari dua dekade terakhir, lembaga pendidikan khususnya perguruan tinggi, secara aktif berkontribusi dalam menaikkan grafik penganggur dalam data statistik Indonesia. 

Di Indonesia terdapat ribuan perguruan tinggi dengan jutaan mahasiswa. Semuanya adalah calon pengangguran. Kita tidak memungkiri keberadaan lulusan pendidikan formal yang bisa langsung mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Tetapi, keberadaan kaum berpendidikan yang bisa mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, tidak sebanding dengan kaum berpendidikan yang pengangguran dan sulit untuk mewujudkan kemandirian ekonomi. 

Realitas tersebut terungkap dengan data statistik pengangguran bergelar sarjana yang relatif masih tinggi. Dengan demikian, upaya mendapatkan pekerjaan dan penghiduan yang layak bagi golongan berpendidikan, tidak ubahnya mengundi nasib.       

 

Sebaran pengangguran dari kalangan pendidikan tahun 2020-2021. Sumber. CNBCIndonesia.com
Sebaran pengangguran dari kalangan pendidikan tahun 2020-2021. Sumber. CNBCIndonesia.com

Keberadaan lembaga pendidikan sebagai pabrik pengangguran tidak hanya terjadi di Indonesia. Fenomena tersebut telah menjadi wabah yang bersifat masif. Bahkan, Amerika Serikat yang dikenal sebagai negara maju, tidak lepas dari kasus keberadaan lembaga pendidikan sebagai pabrik pengangguran. Tidak sulit menemukan pengangguran yang menyandang gelar akademis setara S3 (doktoral/Ph.D) di Amerika Serikat. 

Memoar Robert T. Kiyosaki yang tertuang dalam buku Rich Dad, Poor Dad semakin menunjukkan bahwa pendidikan formal bisa menghambat upaya untuk meretas kemandirian ekonomi. Pada konteks buku tersebut, Rich Dad (Ayah Kaya) justru sosok yang tidak memedulikan pendidikan formal. Sang Rich Dad mendedikasikan hidup untuk pola perilaku yang terfokus sepenuhnya untuk memberdayakan diri dan mewujudkan kemandirian ekonomi. Di sisi lain, sang Poor Dad (Ayah Miskin) justru seorang yang berpendidikan tinggi dan menjalani profesi sebagai tenaga pendidik di lembaga pendidikan formal. Setelah kematian mereka, sang Rich Dad meninggalkan harta kekayaan yang berlimpah ruah. Di sisi lain, sang Poor Dad meninggalkan hutang.  

Sampul buku Rich Dad, Poor Dad. Sumber: gramedia.com
Sampul buku Rich Dad, Poor Dad. Sumber: gramedia.com

Melalui berbagai ceramahnya, Muhammad Yunus yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian dari Bangladesh, sering mengungkapkan kekeliruan paradigma pendidikan formal. Mayoritas pendidikan formal mendidik orang untuk mencari pekerjaan, bukan mendidik orang untuk menciptakan pekerjaan. Selepas menjalani pendidikan, orang berbondong-bondong mencari pekerjaan. Ketika tidak mendapatkan pekerjaan, orang tidak bisa menciptakan pekerjaan, sehingga menjadi pengangguran. Dengan demikian, ketika kita menjadikan ‘mencari pekerjaan’ sebagai tujuan pendidikan, sesungguhnya kita sedang dalam proses untuk membatasi potensi diri.


Padahal, mayoritas kaum berpendidikan merupakan generasi muda yang masih kaya dengan energi kehidupan. Mereka sangat potensial dijadikan sebagai agen perubahan untuk mewujudkan kemajuan progresif, terutama dalam memajukan kemandirian ekonomi. Sungguh sangat disayangkan bila mereka menjadi pengangguran dan beban masyarakat. Maka, pemberdayaan UMKM di lembaga pendidikan formal merupakan salah satu solusi yang sangat tepat untuk menekan potensi pengangguran dari golongan berpendidikan. 

BRI, sebagai salah satu agen perubahan sektor UMKM yang sangat mumpuni di Indonsia, sebaiknya melakukan terobosan pemberdayaan UMKM di lingkungan lembaga pendidikan formal.

Terdapat beberapa langkah penting yang dapat ditempuh BRI untuk mewujudkan pemberdayaan UMKM di lembaga pendidikan, antara lain:   

Pertama, pemberdayaan tenaga pendidik dasar dan menengah di bidang UMKM.

Kedua, pengembangan UMKM di sekolah tingkat menengah dan dasar.

Ketiga, pemberdayaan UMKM di kalangan pelajar sekolah dasar dan menengah. 

Ketiga, pengembangan literasi keuangan di lembaga pendidikan.

Kelima, komunikasi dan sosialisasi cerdas finansial secara intensif melalui media massa dan media digital.

Keenam, pengajuan UMKM sebagai bagian dari pelajaran (ekstrakurikuler/muatan lokal) bagi pelajar pendidikan menengah dan dasar. 

Ketujuh, pemberdayaan UMKM di jenjang perguruan tinggi. 

Dapat kita simpulkan bahwa BRI tidak menjadi tua dan lemah ketika memasuki usia 128 tahun, melainkan tumbuh hebat dan kuat yang dikukuhkan dengan jerjejeran prestasi. Di antara jejeran prestasi itu, integritas dan konsitensi dalam pemberdayaan UMKM menjadi prestasi BRI yang luar biasa.

Selama ini, upaya BRI dalam pemberdayaan UMKM cenderung memusatkan fokus pada golongan lemah khususnya masyarakat miskin. Di sisi lain, pemberdayaan UMKM di lingkungan lembaga pendidikan formal cenderung belum.optimal. Padahal, golongan terpelajar (berpendidikan) termasuk golongan yang rentan mengalami kemiskinan. Pemberdayaan UMKM di lembaga pendidikan perlu dijalankan supaya lembaga pendidikan berhenti menjadi pabrik pengangguran. Kontribusi BRI dalam pemberdayaan UMKM di lembaga pendidikan formal akan semakin menegaskan bahwa BRI merupakan mitra yang tetap untuk bersinergi dalam mewujudkan kemandirian ekonomi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun