Tidak memiliki kendaraan bermotor pribadi merupakan salah satu manifestasi gaya hidup minimalis holistik yang saya jalani. Padahal, usia saya sudah nyaris kepala empat. Sehari-hari saya terbiasa berjalan kaki atau bersepeda dengan jarak tempuh rata-rata 1 km sampai 3 km. Aktifitas ini meningkatkan kualitas kesehatan saya dan membuat saya tetap bugar.
Sebagai sarana transportasi untuk jarak tempuh lebih dari itu, saya memaksimalkan kendaraan umum atau meminta bantuan saudara yang memiliki kendaraan bermotor. Saya memang tetap melakukan aktifitas yang memicu jejak karbon, tetapi aktifitas tersebut sangat terbatas dan penuh pertimbangan.
Kedua, hemat energi untuk konsumsi sehari-hari
Sehari-hari, saya sering memasak nasi sekaligus mengukus sayur dan lauk dalam satu wadah khusus. Lauk serta sayur matang berkat panas yang ditimbulkan proses memasak nasi. Aktifitas memasak pun secara rutin hanya sekali dalam sehari. Selain hemat energi listrik karena hanya sekali memasak, saya tidak perlu alat memasak berbahan bakar fosil.
Ketiga, pendidikan sistem daring (online)
Dalam menjalani pendidikan, saya memilih pendidikan dengan sistem daring secara penuh di Universitas Terbuka.
Dengan jalan ini, saya tidak perlu mengendarai kendaraan bermotor nyaris setiap hari untuk keperluan pendidikan.
Keempat, bekerja dengan sistem daring
Sejauh ini, saya juga menjalani profesi sebagai penulis lepas, sehingga bisa dijalankan secara daring. Saya bisa mengerjakan penulisan naskah di rumah dan mengirimkan naskah hasil pekerjaan saya melalui surel. Dengan demikian, saya tidak perlu pula menggunakan kendaraan bermotor berbahan fosil untuk tujuan ke kantor.