Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gaya Hidup Minimalis untuk Mewujudkan Nol Emisi Karbon

30 Juni 2023   23:01 Diperbarui: 30 Juni 2023   23:56 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emisi karbon. Sumber: lindungihutan.com

Upaya membuat ruangan menjadi lengang memang memengaruhi pola konsumsi, tetapi tidak menjadikan pengurangan emisi sebagai tujuan utama. Di luar ruangan, aktifitas yang memicu jejak karbon masih berjalan khususnya pembakaran lahan untuk kepentingan industri. Tidak heran bila Jepang masuk dalam jejeran negara penyumbang emisi terbesar di dunia.   

Berdasarkan Carbon Brief 2021, Jepang menempati peringkat kedelapan sebagai negara penyumbang karbon kumulatif terbesar di dunia dengan dengan total karbon kumulatif 68, 002 Giga ton (68,002 GtCO2). Di sisi lain, Indonesia berada di peringkat lima dunia dengan emisi karbon kumulatif mencapai 102,562 GtCO2. 

Peringkat emisi kumulatif. Sumber:databoks
Peringkat emisi kumulatif. Sumber:databoks

Meretas Gaya Hidup Minimalis Holistik 

Pada dasarnya, gaya hidup minimalis berarti menyederhanakan standar hidup. Melalui slogan Less is more, penganut gaya hidup minimalis mengajak umat manusia sedunia untuk mengurangi segala sesuatu yang berlebihan dalam hidup dan memusatkan prioritas pada segala sesuatu yang benar-benar penting. 

Optimalisasi gaya hidup minimalis bisa menjadi solusi dalam pengurangan emisi. Hal ini dapat ditempuh dengan implementasi secara holistik. Dengan kata lain, gaya hidup minimalis holistik berarti menata ulang standar hidup supaya sederhana secara menyeluruh. 

Dalam gaya hidup minimalis holistik, kita mempertimbangkan siklus keberadaan barang/jasa sebelum dikonsumsi. Segala sesuatu yang kita konsumsi bersifat sederhana dalam penciptaan, sederhana ketika dikonsumsi, dan sederhana pula setelah dikonsumsi. Agar siklus keberadaan bahan konsumsi bersifat sederhana dan tidak menghasilkan zat bersifat polutan seperti emisi karbon.  

 

Saya tertarik menjalani gaya hidup minimalis holistik sejak masih kanak-kanak. Waktu itu, saya membaca sebuah buku bacaan untuk anak-anak mengenai perubahan iklim. Berkat buku tersebut, saya menyadari bahwa dari sebungkus kripik yang kita konsumsi, telah mengular panjang jejak pencemaran lingkungan akibat emisi karbon. Sebelum sampai di tangan kita, sebungkus kripik telah melalui proses penciptaan yang melibatkan bahan bakar fosil yang mengeluarkan emisi karbon.  

Sayangnya, saya tidak ingat judul buku itu. Maklum, saya membacanya di awal tahun 1990-an atau sekitar tiga puluh tahun yang lalu. Kendati demikian, dari buku tersebut, saya telah memulai konsisten mengurangi jejak karbon harian sejak usia dini. Beberapa langkah nyata saya dalam mengupayakan gaya hidup minimalis holistik antara lain:  

Pertama, tidak memiliki kendaraan bermotor pribadi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun