Tahukah Anda? Gaya hidup minimalis bisa jadikan sebagai solusi pengurangan emisi karbon. Melalui gaya hidup minimalis, kita bisa menata ulang pola konsumsi agar sederhana. Bila kita optimalkan, gaya hidup minimalis bisa menjadi jembatan emas dalam mewujudkan Nol Emisi Karbon di Indonesia dan dunia.
Gaya Hidup Minimalis di Jepang
Gaya hidup minimalis sangat populer dalam masyarakat Jepang. Di Negeri Sakura tersebut, orang berlomba-lomba untuk mengosongkan rumah dari perabotan atau benda-benda yang tidak bermanfaat. Rumah tidak lagi disesaki benda-benda yang berfungsi sebagai hiasan atau benda-benda yang yang memiliki hubungan emosional dengan kita (kenangan).
Selain itu, bagi penduduk Jepang, kepemilikan pada kendaraan bermotor tidak lagi menjadi simbol kemakmuran. Orang-orang Jepang di kawasan kota lebih nyaman bersepeda atau menggunakan kendaraan umum rendah emisi untuk tujuan ke sekolah atau ke kantor. Untuk jarak tempuh yang relatif dekat, mereka memilih untuk jalan kaki.
Mayoritas orang Jepang yang masih menggunakan kendaraan pribadi khususnya mobil adalah orang Jepang yang tinggal di perdesaan atau pedalaman. Sebagian besar penggunaan mobil bertujuan mengangkut logistik atau hasil pertanian untuk dijual ke kota.
Sayangnya, gaya hidup minimalis yang populer Jepang belum optimal. Konsep tersebut cenderung masih terbatas pada pengurangan barang di rumah sebagaimana yang dikenalkan Marie Kondo.
Bila dicermati, gaya hidup minimalis yang dikenalkan Marie Kondo mengadopsi konsep tata ruang kuil. Upaya menata ulang (decluttering) yang mengadopsi tata ruang kuil, mengharuskan ruang menjadi lengang.