Kampung Pondok merupakan salah satu 'surga' bagi etnis Tionghoa. Telah ratusan tahun etnis Tinghoa badunsanak (bersaudara) dengan etnis Minang di Kampung Pondok.
Berjejer tragedi kemanusiaan dan krisis multidimensi tidak bisa memutuskan ikatan persaudaraan antaretnis Tionghoa-Minang Kampung Pondok. Kemesraan antaretnis Tionghoa-Minang Kampung Pondok seolah abadi dan tidak pernah lekang dikikis zaman.
Kampung Pondok berupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Padang Barat Provinsi Sumatera Barat. Di Kampung Pondok inilah salah satu pemukiman etnis Tionghoa yang terkenal di Sumatera Barat atau lazim disebut 'pecinan'.
Bila Anda termasuk traveller atau wisatawan low budget, Kampung Pondok merupakan destinasi wisata yang very highly recommended untuk Anda kunjungi. Banyak spot yang instagramble khas Tiongkok bertebaran di Kampung Pondok. Mulai dari rumah duka, gapura, pasar, kelenteng, hingga rumah pribadi.
Tanpa perlu paspor atau visa, Anda bisa menjumpai bangunan-bangunan berarsitektur khas Tiongkok di seluruh penjuru Kampung Pondok. Mengunjungi Kampung Pondok akan membuat Anda mengalami sensasi aktor atau aktris dalam film Mandarin.
Bagi Anda pecandu wisata kuliner, Pasar Kongsi merupakan destinasi yang wajib Anda kunjungi di Kampung Pondok. Di sini tersedia beragam kuliner khas Tionghoa.
Mulai dari mie, cakwe chi-tho, bakpau, bakcang, dan lumpia. Selain bakcang, panganan khas Tionghoa tersebut terbuat dari bahan-bahan yang bersifat 'halal', sehingga aman untuk dikonsumsi kaum Muslim.
Selain bisa mencicipi kuliner khas Tionghoa, pemandangan Pasar Kongsi akan memanjakan mata Anda. Bagunan Pasar Kongsi dibangun dengan sentuhan teknik bangunan khas Tiongkok. Pada masa Tahun Baru Imlek, Pasar Kongsi semarak dengan ornamen khas Tiongkok, seperti angpau dan dewa-dewa.
Walaupun pengaruh kebudayaan Tiongkok sangat kuat di Kampung pondok, kebudayaan Minangkabau tidak terkikis habis. Di Kampung Pondok tidak sulit untuk kita temukan jejak kebudayaan Minangkabau yang tercermin pada rendang, musholla beserta masjid, dan bangunan dengan atap bergonjong. Karena itu, tidak berlebihan bila kita menyebut Kampung Pondok sebagai Tiongkok Kecil di Ranah Minang.
Kolaborasi dan Toleransi di Kampung Pondok
Kemampuan etnis Tionghoa dan etnis Minang dalam berkolaborasi merupakan kunci emas eksistensi Kampung Pondok. Di Kampung Pondok ini-lah etnis Tionghoa dan etnis Minang bahu-membahu mengarungi arus nasib hari demi hari.
Tidak jarang warga etnis Tionghoa-Minang menggelar dagangan di bawah satu atap kedai. Tidak sedikit pula etnis Minang yang menjadi karyawan di toko milik warga etnis Tionghoa. Tidak heran bila asap hio dan aroma wangi rendang bisa mengepul pada satu meja di Kampung Pondok.
Selain itu, warga Kampung pondok sangat menjunjung toleransi. Di Kampung Pondok inilah kelenteng dan masjid bisa berdiri megah. Di Kampung Pondok ini pula Tahun Baru Imlek dirayakan semeriah Hari Raya Iedul Fitri. Di Kampung Pondok ini pula lazim dijumpai etnis Tionghoa yang menganut Islam.
Kita tidak menafikkan keberadaan potensi konflik sosial di Kampung Pondok. Tetapi, potensi tersebut relatif masih rendah dan bisa diredam, seperti persaingan dalam perdagangan di Pasar Kongsi. Konflik inipun tidak termasuk rasial, wajar, manusiawi, bisa terjadi antarsesama etnis, dan bisa diredam warga Kampung Pondok.
Kolaborasi dan toleransi yang sudah mengakar kuat dalam kesadaran kolektif etnis Tinghoa dan etnis Minang di Kampung Pondok. Mereka tidak hanya seiring ketika senang, tetapi juga tetap sejalan pula di masa susah, seperti menghadapi situasi konflik anti-Tionghoa tahun 1998.
Berdasarkan keterangan Erniwati yang disiarkan kanal YouTube ( Padangkita, 12 Februari 2021) tidak seorang pun warga etnis Tionghoa yang mengalami tindak kekerasan ataupun korban jiwa pada masa kerusuhan anti-Tionghoa di tahun 1998. Alih-alih etnis Minang pun tidak segan-segan melindugi warga Tionghoa, seperti karyawan etnis Minang yang melindungi toko milik warga etnis Tionghoa tempat mereka bekerja.
Kolaborasi dan toleransi antaretnis Tionghoa-Minang di Kampung Pondok membuktikan bahwa seluruh bangsa di dunia bisa bersinergi untuk menciptakan tatanan kehidupan yang sinergis, dinamis, produktif, dan progresif.
Di mana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung
Berdasarkan informasi seorang warga lokal Kampung Pondok yang tidak ingin penulis sebutkan identitasnya, mengunjungi Kampung Pondok sebaiknya didampingi warga lokal Kampung Pondok. Agar Anda bisa mendapat bimbingan dan pengarahan untuk travelling di Kampung Pondok dengan cara yang tepat.
Bila tidak didampingi warga lokal Kampung Pondok, sebaiknya Anda mempelajari atau menggali informasi mengenai etika yang berlaku di pemukiman etnis Tinghoa ini, seperti 'larangan' atau 'anjuran' dan 'tabu' atau 'tidak tabu'.
Misalnya, bila berinterkasi dengan warga etnis Tionghoa Kampung Pondok, sebaiknya kita tidak mengucapkan kosakata 'Cina' seperti dalam kata 'Orang Cina' atau 'kuliner Cina'. Kosakata 'Cina' bisa disebut tabu untuk diucapkan di Kampung Pondok. Sebagian etnis Tionghoa Kampung Pondok tidak nyaman mendengar sebutan 'Cina' tersebut.
Fenomena ketidaknyamanan yang ditimbulkan kosakata 'Cina' menimbulkan dua indikasi. Pertama, Kampung Pondok menjadi salah satu daerah tujuan etnis Tionghoa dari luar Sumatera Barat mengungsi ketika terjadi tragedi kemanusiaan anti-Tionghoa.
Pengungsi membawa pengalaman traumatis yang memerciki kesadaran sebagian warga Kampung Pondok. Kedua, informasi mengenai tragedi kemanusiaan anti-Tionghoa menyebar ke Kampung Pondok, menularkan pengalaman traumatis, dan menimbulkan efek paranoid.
Untuk menghindari kosakata yang memiliki konotasi negatif terhadap etnis Tonghoa seperti 'Cina', kita bisa mengganti dengan kosakata yang lebih aman. Misalnya, kata 'Orang Cina' diganti 'Orang Tionghoa'. Anda bisa langsung menyebutkan nama jenis makanan ketika wisata kuliner khas Tionghoa. Alih-alih mengucapkan 'kuliner khas Cina'.
Tentunya, bukan sekadar etika dalam menggunakan bahasa yang perlu Anda pelajari sebelum mengunjungi Kampung Pondok. Terdapat pula etika dalam berperilaku, seperti minta izin terlebih dahulu ketika mengambil foto di tempat khusus atau membawa surat resmi ketika melakukan penelitian.
Meskipun hanya berkunjung sesaat, pepatah 'dimana bumi dipijak, di situ langit di junjung' tetap berlaku di Kampung Pondok ini. Mempelajari etika yang berlaku di Kampung Pondok akan membuat pengalaman berkunjung lebih nyaman dan berkesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H