Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampung Pondok, Tiongkok Kecil di Ranah Minang

3 Maret 2023   23:18 Diperbarui: 1 April 2023   01:55 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelenteng See Hien Kiong di Kampung Pondok. Sumber: M. Noli Hendra/CendanaNews.com

Walaupun pengaruh kebudayaan Tiongkok sangat kuat di Kampung pondok, kebudayaan Minangkabau tidak terkikis habis. Di Kampung Pondok tidak sulit untuk kita temukan jejak kebudayaan Minangkabau yang tercermin pada rendang, musholla beserta masjid, dan bangunan dengan atap bergonjong. Karena itu, tidak berlebihan bila kita menyebut Kampung Pondok sebagai Tiongkok Kecil di Ranah Minang.

Kampung Lurah Kampung Pondok beratap gonjong. Sumber: infopublik.id
Kampung Lurah Kampung Pondok beratap gonjong. Sumber: infopublik.id

Kolaborasi dan Toleransi di Kampung Pondok

Kemampuan etnis Tionghoa dan etnis Minang dalam berkolaborasi merupakan kunci emas eksistensi Kampung Pondok. Di Kampung Pondok ini-lah etnis Tionghoa dan etnis Minang bahu-membahu mengarungi arus nasib hari demi hari. 

Tidak jarang warga etnis Tionghoa-Minang menggelar dagangan di bawah satu atap kedai. Tidak sedikit pula etnis Minang yang menjadi karyawan di toko milik warga etnis Tionghoa. Tidak heran bila asap hio dan aroma wangi rendang bisa mengepul pada satu meja di Kampung Pondok. 


Selain itu, warga Kampung pondok sangat menjunjung toleransi. Di Kampung Pondok inilah kelenteng dan masjid bisa berdiri megah. Di Kampung Pondok ini pula Tahun Baru Imlek dirayakan semeriah Hari Raya Iedul Fitri. Di Kampung Pondok ini pula lazim dijumpai etnis Tionghoa yang menganut Islam.   

Kita tidak menafikkan keberadaan potensi konflik sosial di Kampung Pondok. Tetapi, potensi tersebut relatif masih rendah dan bisa diredam, seperti persaingan dalam perdagangan di Pasar Kongsi. Konflik inipun tidak termasuk rasial, wajar, manusiawi, bisa terjadi antarsesama etnis, dan bisa diredam warga Kampung Pondok.   

Kolaborasi dan toleransi yang sudah mengakar kuat dalam kesadaran kolektif etnis Tinghoa dan etnis Minang di Kampung Pondok. Mereka tidak hanya seiring ketika senang, tetapi juga tetap sejalan pula di masa susah, seperti menghadapi situasi konflik anti-Tionghoa tahun 1998.           

Berdasarkan keterangan Erniwati yang disiarkan kanal YouTube ( Padangkita, 12 Februari 2021) tidak seorang pun warga etnis Tionghoa yang mengalami tindak kekerasan ataupun korban jiwa pada masa kerusuhan anti-Tionghoa di tahun 1998. Alih-alih etnis Minang pun tidak segan-segan melindugi warga Tionghoa, seperti karyawan etnis Minang yang melindungi toko milik warga etnis Tionghoa tempat mereka bekerja.         

Kolaborasi dan toleransi antaretnis Tionghoa-Minang di Kampung Pondok membuktikan bahwa seluruh bangsa di dunia bisa bersinergi untuk menciptakan tatanan kehidupan yang sinergis, dinamis, produktif, dan progresif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun