Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Lelaki yang Patah Hati 999 Kali

23 Mei 2022   11:06 Diperbarui: 24 Mei 2022   06:37 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AIDA tidak ingin menjadi perawan tua. Ketika Lelaki Pertama datang membawa cinta, ia menggenggam erat-erat dan bertekad untuk tidak melepaskannya.

"Jika kau hidup seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun dikurangi satu hari. Dengan begitu, aku tidak pernah hidup tanpa dirimu [1]", kata Lelaki Pertama sambil menyerahkan setangkai mawar. Dua minggu setelah Aida menerima bunga dari dirinya, lelaki itu tewas dalam kecelakaan pesawat.

Pesawat yang ditumpangi Lelaki Pertama itu, dari Bandara Juanda Surabaya untuk tujuan Bandara Changi Singapura, tenggelam di perairan Selat Karimata. Jenazahnya ditemukan pada hari kesepuluh pencarian. Waktu ditemukan, bakteri-bakteri pembusuk telah menggerogoti setiap sel di tubuhnya, hingga ia tidak bisa lagi dikenali. Aida menyirami nisannya dengan airmata. 

Aida patah hati untuk pertama kalinya. Cinta pertama berakhir dengan kecewa dan trauma. Meski tetap masuk kantor, rekan-rekan dan para kolega mencemaskan Aida. Tubuh Aida menjadi kurus dan wajahnya menjadi tirus khas perempuan-perempuan makan hati. Tujuh hari setelah pemakaman Lelaki Pertama, tubuh Aida tinggal sebesar lidi. Tidak jarang, Aida mengoceh sendiri dan mencoret-coret semua kertas yang ia temukan dengan sketsa wajah Lelaki Pertama.

"Patah hati tidak bagus untuk kesehatan," tutur Bos Aida, Bu Deviana, dalam sebuah coffe break. “Lama-lama, bisa terserang komplikasi penyakit."

"Lalu, kita harus bagaimana, Bos?" tanya rekan kerja Aida, Lulu.

"Aida harus jatuh cinta lagi!" jawab Bu Deviana tegas sebagaimana ciri khasnya. "Lelaki ada ribuan yang butuh soulmate, masak harus terus-menerus memikirkan seorang yang telah tiada?"

'Benar, Bu Bos. Benar!" sahut Lulu. "Dan, kalau untuk urusan mencarikan lelaki, serahkan saja pada Amelia.

Semua mata pun memandang Amelia. Membuat staf marketing yang terkenal sebagai Mak Comblang itu tersipu malu. 

Selama ini, Amelia tidak pernah gagal menjodohkan teman-temannya. Ia memiliki bakat alami dalam urusan perjodohan. Ia lebih ampuh daripada jasa kontak jodoh di halaman-halaman majalah ataupun koran. Keesokan harinya, pada jam istirahat, ia menghampiri Aida yang masih melamun di meja kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun