Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kartini, Guru Bangsa yang Menginspirasi Sepanjang Masa

21 April 2022   20:04 Diperbarui: 21 April 2022   20:34 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: alviankosim.com

Kita sebaiknya menyikapi kontroversi Kartini dengan bijaksana. Kita harus menyadari bahwa sebagai manusia, Kartini tidak lepas dari keterbatasan dan kompleksitas psikologis, sehingga mustahil untuk memenuhi seluruh ekspekstasi idealis orang lain. 

Ahli sejarah boleh saja meragukan eksistensi Kartini sebagai pahlawan berdasarkan riset yang dipertanggungjawabkan di ruang akademis; tetapi tetap saja tidak akan pernah bisa menjangkau realitas empiris yang dialami Kartini secara pribadi. Apalagi, banyak kemungkinan yang masih misteri dalam kehidupan Kartini.

Tidak menutup kemungkinan, Kartini rela menjadi korban poligami sebagai siasat. Hal ini disebabkan Kartini memiliki modal sosial dan otoritas yang jauh lebih besar ketika menjadi istri keempat Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat; daripada ketika dibandingan modal sosial dan otoritas yang dimilikinya ketika menjadi putri Bupati Jepara, RMA A Sosroningrat. 

Dengan demikian, pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat, dimaksudkan untuk membuatnya bisa memperluas sayap perjuangan emansipasi. Bila Kartini menolak lamaran Bupati Rembang tersebut, kemungkinan besar dirinya akan mendapatkan konsekwensi berupa diskriminasi dan hukuman adat yang akan menjauhkan dirinya dari emansipasi yang dicita-citakannya.  

Tidak menutup kemungkinan pula, hubungan mesra yang dijalin Kartini dengan pemerintah kolonial Belanda, berupa siasat pula. Hubungan mesra itu timbul karena Kartini mengetahui bahaya pemerintah kolonial Belanda karena membaca buku Max Havelaar karya Multatuli.

Pada salah satu surat pada tanggal 6 November 1899 yang terdokumentasikan dalam Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang), Kartini mengakui pada salah seorang sahabat penanya yang akrab dipanggil Stella, bahwa dirinya memiliki Max Havelaar dan mencintai Multatuli. Buku tersebut sangat berbahaya dan mengguncang bangsa Belanda karena mengungkap kejahatan penjajahan kolonial Belanda di Lebak, Banten.

Berkat buku tersebut, Kartini mengetahui kekuatan dan kekejaman pemerintah kolonial Belanda yang sangat besar dalam menjajah dan menghancurkan. Kartini menyadari bahwa perlawanan terang-terangan terhadap pemerintah kolonial Belanda akan menimbulkan bahaya besar. 

Upaya yang tepat untuk mewujudkan kemerdekaan adalah memerdekakan pemikiran dengan ilmu pengetahuan (pendidikan) dan upaya memiliki keahlian/keterampilan untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi. Agar penjajahan bisa dilumpuhkan tanpa menjatuhkan banyak korban dan kerugian besar, sebagaimana Mahatma Gandhi dalam memimpin rakyat India melumpuhkan penjajahan kolonial Inggris.

GTHK, Buku yang Wajib Dibaca!


Sebelum berwujud buku saku dengan kemasan yang cantik, GTHK pernah tersiar sebagai liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo April 2013. Wartawan yang tergabung dalam Tim Tempo telah bekerja keras dalam menelusuri jejak Kartini pada konteks kekinian. Tidak sekadar melakukan investigasi jurnalistik, Tim Tempo juga melakukan berbagai riset mutakhir dan wawancara dengan tokoh-tokoh yang mumpuni di bidang kajian Kartini.

Berkat kontribusi Leila S. Chudori (Leila Salikha Chudori) yang sangat besar dalam penyuntingan, kepingan-kepingan tulisan hasil liputan Tim Tempo tersebut dapat disusun menjadi sebuah buku yang menarik, menggelitik, dan sesuai dengan spirit kekinian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun