Mohon tunggu...
Karina Putri Iskandar
Karina Putri Iskandar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Andalas

Seorang mahasiswa S1 Program Studi Psikologi Universitas Andalas yang tertarik pada bidang neuroscience

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Lansia Rentan Mempercayai Berita Palsu?: Peninjauan dari Aspek Kognitif dan Psikologis

19 Juni 2024   23:37 Diperbarui: 19 Juni 2024   23:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lansia yang menggunakan gawai dari https://benefitscheckup.org

Berdasarkan pemrosesan tipe 1, dual-process theory mengabaikan aspek memori yang meningkat seiring bertambahnya usia, seperti pengetahuan (Brashier & Schacter, 2021). Hal ini mengimplisitkan bahwa lansia akan tetap berpegang pada apa yang mereka ketahui dan menolak kebenaran yang bertentangan dengan pengetahuan mereka (Umanath & Marsh, 2014). Ini menyebabkan lansia lebih mempercayai berita palsu karena informasi dalam berita tersebut sesuai dengan keyakinan mereka.

Selain itu, perasaan dan emosi turut menjadi faktor dalam penilaian kebenaran suatu berita. Hal ini didukung dari adanya feelings as information theory yang menyatakan bahwa individu menafsirkan perasaan dari suatu pengalaman sebagai bukti kebenaran (Schwarz, 2012). Lebih lanjut, Brashier & Schacter (2020) menyatakan bahwa lansia lebih mengandalkan perasaan subjektif ketika memori mereka gagal mengingat fakta suatu informasi. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Istibsaroh (2021) menyatakan bahwa penambahan usia menyebabkan terjadinya perubahan penurunan fungsi memori. 

Selain itu, berita palsu biasanya menggugah emosi seorang individu, sehingga seseorang lebih cenderung mempercayai berita palsu ketika berita tersebut memancing tingkat emosi yang tinggi saat pertama kali melihatnya (Martel, dkk. 2020). Oleh karena itu, ketika memori lansia sulit menemukan kembali suatu informasi, mereka akan mengandalkan perasaan sebagai penilaian kebenaran dan sensitivitas berita palsu terhadap emosi lansia juga mendorong lansia mempercayai berita yang salah.

Terakhir, jaringan sosial lansia yang semakin kecil mengakibatkan lansia mudah mempercayai berita yang tidak valid kebenarannya. Hal ini dikarenakan lansia berasumsi bahwa individu yang ada di media sosialnya merupakan orang terdekatnya, seperti anggota keluarga dan teman, sehingga mereka mempercayai bahwa informasi yang disampaikan dari lingkungan sosialnya itu akurat dan terpercaya, sekalipun merupakan berita palsu (Brashier & Schacter, 2021). 

Mendukung pernyataan sebelumnya, Poulin & Haase (2015) mengungkapkan bahwa kepercayaan antarpribadi meningkat seiring bertambahnya usia, ditambah lagi jika informasi didapat dari orang terdekat. Selain itu, lansia biasanya memprioritaskan hubungan interpersonal daripada akurasi berita. Mereka menggunakan teknologi untuk terhubung dengan orang lain, bukan untuk mendapatkan informasi baru (Sims, dkk. 2017).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka lansia cenderung mudah terpapar berita hoaks karena beberapa faktor utama. Keterbatasan dalam memahami dan menggunakan teknologi informasi menyebabkan mereka sulit membedakan antara berita yang benar dan palsu. Selain itu, penurunan kognitif yang terjadi seiring bertambahnya usia membuat lansia lebih rentan terhadap berita yang tidak terbukti kebenarannya. Tidak hanya itu, faktor sosial turut berperan, di mana lansia sering kali mengandalkan informasi dari lingkaran sosial terdekatnya yang tidak selalu dapat dipercaya. Oleh karena itu, diperlukan upaya edukasi untuk lansia mengenai literasi digital dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi agar mereka dapat lebih waspada terhadap berita hoaks.

REFERENSI

Antara. (2021). Kominfo sebut penggunaan digitalisasi pada lansia masih rendah.

Brashier, N, M., & Marsh, E, J. (2020). Judging truth. Annual Review of Psychology.

Brashier, N, M., & Schacter, D, L. (2020). Aging in an era of fake news. Curr Dir Psychol Sci, 29(3), 316-323.

Istibsaroh, F. (2021). Hubungan antara pemenuhan kebutuhan tidur dengan penurunan daya ingat pada lansia. Indonesian Health Science Journal, 1(1), 7-14.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun