Setelah aku menyicipinya, memastikan bahwa rasanya sempurna. Aku pun mengangkat masakan tersebut ketempat yang sudah tersedia.
"Wah, baunya aja enak banget. Pasti rasanya nggak kalah enak," celetuk ibu tiba-tiba, berdiri dibelakangku membuatku sedikit terkejut.
"Ibuk itu, ngagetin aku," ujarku berpura-pura merasa kesal.
"Hheheeh, maaf nduk," jawabnya dengan cengirannya yang khas.
Setelah semuanya selesai, aku kembali menuju ruang tengah untuk melihat apa yang sedang ibu tonton tadi.Â
Seketika, seulas senyum itu kembali mengembang, melihat bulan sabit yang melengkung dipipi bidadari tak bersayapku sedang mengambil gulai ayam yang tadi aku masak. Kebahagiaanku begitu melimpah, hanya dengan melihat senyuman dari ibuku.
"Nopo nduk, kok mesam-mesem dewe. Ayo lek maem," tegurnya membuatku tersadar dari lamunanku
"Hehehe, enggak ada apa-apa kok buk. Nanti aja, ibuk makan dulu Amma belum laper," jawabku tersenyum
"Oh," jawabnya hanya ber-oh ria
Mulai detik ini, aku berjanji kepada diriku sendiri untuk selalu membuat ibuku tersenyum seperti halnya saat ini.
Aku dan keluargaku memang tak memiliki kekayaan apapun untuk dibangga-banggakan, namun hidup sederhana dengan kebersamaan yang tiada habisnya ini membuatku sangat bersyukur. Bahkan memiliki harta dan tahta yang melimpahpun tak menjamin kebahagiaan yang tenteram.