Mohon tunggu...
K1_Dwiki Anugerah Atmojo
K1_Dwiki Anugerah Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Catar STMKG 2021

NPT: 21.21.0007 Kelas: Klimatologi 1 Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aksi Nyata Pemuda akan Tanggap Perubahan Iklim Dunia

5 Desember 2021   22:54 Diperbarui: 5 Desember 2021   23:32 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama                          : Dwiki Anugerah Atmojo

Kelas                           : Klimatologi 1

NPT                             : 21.21.0007

Dosen Pengampu        : Bapak Fendy Arifianto, M.Si.

Perubahan Iklim dan Peran Pemuda dalam Tanggap Bencana Hidrometeorologi

Perubahan iklim pada saat ini terjadi secara ekstrim dan terkesan secara tiba-tiba adanya. Menurut badan organisasi meteorologi dunia atau world meteorological organization (WMO) yang meneliti dan menangani tentang keadaan cuaca, iklim, dan air yang terdapat di bumi ini, mengkaji berdasarkan kurang lebih lima data-data dan aset. 

WMO menyatakan dan mengonfirmasi bahwa pada rentang tahun 2011-2020 adalah dekade terpanas yang relatif terjadi secara terus-menerus dalam catatan historis dan tren perubahan iklim jangka Panjang. 

Menurut data WMO, enam tahun terpanas yang terjadi di bumi ini semuanya terjadi sejak tahun 2015 dan pada tahun 2016, 2019, 2020 menjadi 3 tahun yang mengalami panas yang tertinggi. 

Pada tahun 2020 menjadi tahun terpanas ke-2, meskipun ada terjadinya peristiwa La Nina, yang seharusnya memiliki efek pendinginan sementara. 

Dari data dan analisis yang dinyatakan oleh WMO, ini adalah indikasi yang jelas bahwa sinyal global dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia yang sekarang sama kuatnya dengan kekuatan dari alam itu tersebut.

Di Indonesia sendiri, waspada terhadap perubahan iklim dan peningkatan resiko bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh La Nina sudah dibicarakan dan diperingatkan oleh BMKG kepada masyarakat melalui berbagai media dan berita. 

Banyak berita dan informasi yang tersebar mengenai perubahan iklim yang disebabkan oleh La Nina ini menjadi topik dan perhatian untuk kita semua bahwa hal ini bukan hanya disebabkan oleh pengaruh La Nina saja, akan tetapi juga disebabkan oleh pola kehidupan manusia yang berpengaruh dan berdampak pada iklim yang terjadi di bumi ini. 

Kita tidak boleh meremehkan atau menganggap sepele mengenai perubahan iklim yang sedang terjadi, karena kita tidak tahu dampak besar apa yang akan berakibat kepada manusia saat ini.

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina. Ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina yang akan diperkirakan akan berlangsung hingga Februari 2022. 

Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatam, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan diatas normalnya. 

Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

 Sebagai pemuda dan juga penerus bangsa, aksi yang dapat ditunjukkan dan dapat diaplikasikan yaitu dengan pemahaman terhadap informasi iklim, adaptasi perubahan iklim yang terjadi, dan program literasi tentang iklim kepada masyarakat. 

Dengan adanya informasi dan perubahan iklim, kita terutama pemuda yang dizaman ini yang tidak luput dari berita-berita dan informasi terbaru, harusnya dapat memahami dan mempelajari mengenai iklim dan cuaca yang terjadi. 

Dimana dengan informasi-informasi yang sangat cepat beredar melalui media sosial, kita dapat mengidentifikasi, menakar, memantau terhadap perubahan iklim yang terjadi. Dengan adanya informasi ini, resiko terjadinya bencana akan dapat terminimalisir dan dapat meningkatkan kapasitas peringatan dini bencana. 

Pemanfaatan pengetahuan, inovasi dan Pendidikan untuk membangun budaya selamat dan Tangguh di semua level masyarakat. Informasi ini juga dapat mengurangi factor bencana dengan data resiko basis lokasi, serta penguatan kesiapsiagaan bencana untuk respon efektif di semua level masyarakat.

Selain dengan adanya informasi terkait perubahan iklim, aksi kita sebagai pemuda juga dapat dilakukan dengan memitigasi dan beradaptasi terhadap perubahan iklim yang akan terjadi. Mitigasi perubahan iklim merupakan segala bentuk aksi yang dapat mengurangi laju perubahan iklim, melalui pembatasan atau pencegahan emisi gas rumah kaca dan peningkatan aktivitas yang dapat menyerap gas-gas tersebut dari atmosfer. 

Sedangkan adaptasi sendiri yaitu proses untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi perubahan iklim yang tengah dirasakan atau diharapkan akan terjadi, beserta dampak-dampak yang ditimbulkan. Adanya advokasi perubahan iklim merupakan bagian dari udaha dalam mengikutsertakan masyarakat untuk peduli terhadap perubahan iklim dan turut mendukung aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 

Pemuda merupakan golongan potensial yang dapat menjadi motor penggerak atau influencer dalam memberikan advokasi perubahan iklim. Dengan menggunakan sistem informasi seperti sosial media yang merupakan platform yang paling tepat serta efektif sebagai media terhadap perubahan iklim kepada masyarakat banyak.

Terkait proses mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, terdapat lima sektor yang berfokus terhadap aksi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), yaitu di sektor kehutanan, sektor energi, sektor industry/IPPU, sektor limbah, dan sektor pertanian. Pada (1) Sektor Kehutanan dilakukan dengan Menyusun kebijakan dan penetapan Kawasan hutan, peningkatan produksi kayu dari Hutan Tanaman Industri, pengelolaan Hutan Alam Lestari, menurunkan degradasi hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pencegahan karhutla, dan pemanfaatan Kawasan konservasi. 

Di (2) Sektor Energi, penurunan emisi GRK dilakukan dengan penggunaan energi terbarukan, penerapan energy efficiency, menerapkan eco airport, pengembangan jalur kereta api nasional, dan reklamasi pasca-tambang. (3) Sektor Industri/IPPU, dapat dilakukan dengan penggunaan wasteheat boiler yang memanfaatkan kembali panas yang terbuang, pemilihan katalis yang lebih dapat mengoptimalkan penggunaan energi pada reactor, dan menurunkan konsumsi panas dalam setiap proses produksi. 

Mengenai (4) Sektor Limbah, dilakukan penerapan prinsip pengurangan dan penanganan sampah, penerapaan prinsip 3R melalui bank sampah, pelaksanaan program Adipura, peningkatan pemanfaatan gas metan oleh pabrik kelapa sawit, pengolahan air limbah dengan penangkap gas. Pada (5) Sektor Pertanian ini pengurang emisi GRK dilakukan dengan cara, yaitu dengan aspek pembibitan sumber daya genetik yang lebih mampu beradaptasi dengan perubahan iklim dan penyediaan bibit pakan yang unggul.

Dalam adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu (1) Ketahanan Pangan yang beradaptasi di sektor pertanian cerdas iklim, pertanian berkelanjutan, dan permakultur. Selanjutnya ada (2) Ketahanan Ekosistem yang beradaptasi terhadap kelestarian ekosistem hutan, ekosistem essensial, dan keanekaragaman hayati. (3) Ketahanan Air harus beradaptasi terhadap terjaminnya ketersediaan air. (4) Kemandirian energi dengan promosi terhadap energi baru terbarukan. (5) Kesehatan dengan peningkatan kesadaran Kesehatan. (6) Permukiman Perkotaan dan Perdesaan dengan penyesuaian rencana tata ruang Kawasan perkotaan, dan peningkatan kualitas infrastruktur dan fasilitas di bawah perkotaan. (7) Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mulai pengembangan pertanian pesisir, dan bangunan pantai tahan bencana. (8) Peningkatan Kapasitas dengan memperbaiki kemampuan para pemangku kepentingan dan masyarakat.

Dalam mengatasi perubahan iklim yang terjadi, pemuda juga sangat berperan dalam melaksanakan program literasi iklim dan cuaca kepada masyarakat dan bahkan berbagai komunitas yang terdapat di masyarakat. 

Program literasi dan aksi iklim yang ada di BMKG merupakan bentuk usaha agar informasi mengenai iklim, bencana iklim, dan perubahan iklim menjadi mainstream dan menjadi bagian dalam kesadaran publik. Program literasi ini terdiri menjadi 3 tahapan, yaitu sosialisasi/Edukasi iklim, aksi iklim, dan advokasi. Literasi dan edukasi perubahan iklim ini harus diterapkan ke semua golongan masyarakat. 

Penyampaian informasi berdasarkan data dan fakta, tepat, dan mudah dipahami oleh masyarakat serta dapat mendorong peningkatan kapasitas masyarakat dalam inisiasi aksi iklim nyata dan problem lingkungannya, juga sekaligus prospek keberlanjutannya. 

Di BMKG sendiri telah melaksanakan literasi iklim dalam beberapa bentuk dan sasaran, seperti sekolah lapangan iklim untuk sektor pertanian, sekolah lapangan cuaca nelayan untuk sektor pesisir dan laut, climate roadshow BMKG goes to school untuk pelajar, literasi iklim generasi muda dan masyarakat berbasis komunitas untuk pemuda, karang taruna, komunitas pegiat lingkungan, dan lain.

             

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bela Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun