Â
Saya pikir, hal-hal semacam ini bermula dari kebiasaan untuk tidak peduli. Â Masyarakat kita sudah keracunan sikap individualis-apatis, sehingga abai terhadap lingkungan dan apa saja yang ada di luar dari bagian entitas kita sendiri. Â Ketidakpedulian itu, yang membuka celah terhadap kejahatan-kejahatan yang terjadi di sekitar kita. Â Sikap individualistik yang linier dengan kapitalis memunculkan tingkah ke'aku'an yang lebih anarkis dengan memandang apa yang ada di luar itu "tidak penting", kecuali bermanfaat bagi diri sendiri. Â Sehingga, yang timbul adalah usaha untuk mengeksploitasi segalanya untuk memuaskan hasrat pribadi.
Â
Celakanya, meminjam istilah dari salah satu kawan saya, kita ini sekarang dikepung oleh sekelompok 'generasi ngacengan'. Â Yaitu generasi yang dikit-dikit ngaceng ketika lihat sesuatu yang menurutnya sensual, lebih sering berpikir untuk keperluan burungnya sendiri, disertai gagap pengetahuan, latah terhadap hal negatif dan terkikis sisi humanis-nya.
Â
Kemajuan teknologi yang kerap jadi kambing hitam itu lebih disalahpahami oleh generasi ngacengan ini sebagai media untuk mengeksplorasi hal-hal negatif, misal, streaming film porno.
Â
Apa pasal terciptanya generasi ngacengan ini?. Â Pertama jelas paham individualis yang menyerang dan mengelilingi masyarakat kita. Â Di satu sisi, masyarakat dijauhkan dari rasa tanggung jawab untuk menjaga pendidikan moral generasi penerus, karena sudah terlalu pusing berfikir tentang masalah ekonomi.
Â
Di sisi lain, bakal generasi ngacengan ini juga yang terbiasa diabaikan serta tidak mendapat pengetahuan yang cukup untuk menjadi manusia, yang ada, mereka yang terbiasa 'sendiri' ini terpupuk bibit individualisme-nya, justru mendapat asupan hal-hal yang asusila secara bebas tanpa pendampingan.
Â