Mohon tunggu...
Bayu Setiawan
Bayu Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Seorang pahlawan pisang goreng dengan makanan favorit telur setengah matang buatan mama. Anti sama Lurah mata duitan!.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi "ngacengan"

7 Mei 2016   18:56 Diperbarui: 7 Mei 2016   19:06 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris!, biadab!, asu!, jiaangkreek!.

 

Ingin rasanya saya mengencingi wajah-wajah keduabelas tersangka yang dengan keji memperkosa anak SMP hingga meninggal itu, tapi sayang, saya sudah kencing tadi.  Peristiwa memilukan yang terjadi di Rejang Lebong, Bengkulu itu harusnya menjadi puncak yang mengawali momentum besar kita untuk membuka mata, bahwa, Indonesia ini sedang dalam keadaan rawan pelecehan seksual.

 

Bagaimana tidak, selain kasus diperkosa sampai matinya anak umur 14 tahun oleh 14 pemuda setelah mabuk 14 liter tuak, lalu jenazahnya ditemukan membusuk di hutan tanggal 4 bulan 4 kemarin, di kota Metro ada lagi kasus pelecehan seksual kepada anak TK yang diduga dilakukan justru oleh penjaga di dalam lingkungan institusi pendidikan itu sendiri, di tempat yang harusnya aman bagi siapa saja, terutama anak-anak.

 

Kasus-kasus di atas hanyalah beberapa frame dari sekian panjang rentetan potret kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di Indonesia.  Menilik data KPAI dari tahun 2010 hingga 2014, ada lebih dari 12 juta kasus pelanggaran seksual kepada anak Indonesia.  Jika dibuat permisalan, kasus di atas hanya sejumlah dua potong frame dari sekitar 12 juta frame kasus atau 300.000 roll negatif film yang jika dibentangkan akan mencapai 365 kilometer.  Itu baru terhadap anak, dan belum data 2015-2016, bagaimana total secara global?.

 

Ada apa dengan negara yang katanya kental dengan budaya religius ini?, jika kita menengok ke India yang sarat dengan ragam aliran spiritual itu, mungkin pikiran nakal kita akan menghubungkan tingkat religiusitas terhadap tingkat kekerasan seksual, alih-alih mengharapkan keduanya berbanding terbalik, justru kita malah melihat garis-garis dalam diagram statistik itu seolah mesra berjalan ke arah yang sama.  Arab?, Malaysia?, silahkan cari tahu sendiri datanya.

 

Berbagai teori tentang sebab-musabab terjadinya aksi pelecehan dikemukakan oleh para pakar, rancangan dan ide-ide hukum untuk membuat jera para pelaku digelontorkan, termasuk hukuman kebiri(Saya jadi ingat almarhum kucing saya dulu yang mati kesepian selepas dikebiri).  Tapi efektifkah menekan angka pelecehan seksual?, tidak juga, buktinya makin banyak saja kasusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun