Mohon tunggu...
Bayu Setiawan
Bayu Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Seorang pahlawan pisang goreng dengan makanan favorit telur setengah matang buatan mama. Anti sama Lurah mata duitan!.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gafatar: Tumbal Kerakusan dari Kapitalisme

3 April 2016   09:40 Diperbarui: 3 April 2016   09:41 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gafatar yang sudah hancur lebur ini masih menyisakan problem bagi para pengurus dan mantan anggotanya.  Isu tentang penistaan agama masih menjadi isu utama untuk menolak sama sekali gagasan serta orang-orang yang sudah terlanjur bergabung.  Kita menjadi ingat atas diskriminasi mantan anggota partai ataupun simpatisan PKI yang mendapat perlakuan serupa.

 Mahful benar dalam tindakannya ketika mengatakan bahwa dia secara pribadi sudah keluar dari islam mainstream, entah bagaimana maksudnya, yang jelas itu melepaskan dirinya dan eks anggota dari kejaran fatwa MUI yang selalu birahi kepada aliran sesat.  Mahful mungkin sudah sadar bahwa apa yang dia mulai ini begitu berbahaya, tidak saja bagi dirinya sendiri, namun bagi kapitalisme yang selalu terancam bila orang Indonesia sadar betapa berharganya tanah mereka dan hidup tidak bergantung kepada uang.  Tinggal, bagaimana memberdayakan eks anggota Gafatar yang hidup penuh penolakan dari masyarakat akibat isu yang carut marut.

Terlepas dari pergunjingan soal Gafatar ini, ada baiknya Indonesia mulai berbenah dalam melakukan revitalisasi nusantara, dan mulai serius untuk memperbaiki sistem pertanian dan pertanahan Indonesia.  Tanah kita luas namun bukan rakyat mengelola, melainkan para pemilik modal yang membayar negara dengan uang yang tidak seberapa.

 

*tulisan ini pernah dimuat di http://www.pojoksamber.com/gafatar-tumbal-kerakusan-dari-kapitalisme/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun