Gafatar yang sudah hancur lebur ini masih menyisakan problem bagi para pengurus dan mantan anggotanya. Â Isu tentang penistaan agama masih menjadi isu utama untuk menolak sama sekali gagasan serta orang-orang yang sudah terlanjur bergabung. Â Kita menjadi ingat atas diskriminasi mantan anggota partai ataupun simpatisan PKI yang mendapat perlakuan serupa.
 Mahful benar dalam tindakannya ketika mengatakan bahwa dia secara pribadi sudah keluar dari islam mainstream, entah bagaimana maksudnya, yang jelas itu melepaskan dirinya dan eks anggota dari kejaran fatwa MUI yang selalu birahi kepada aliran sesat.  Mahful mungkin sudah sadar bahwa apa yang dia mulai ini begitu berbahaya, tidak saja bagi dirinya sendiri, namun bagi kapitalisme yang selalu terancam bila orang Indonesia sadar betapa berharganya tanah mereka dan hidup tidak bergantung kepada uang.  Tinggal, bagaimana memberdayakan eks anggota Gafatar yang hidup penuh penolakan dari masyarakat akibat isu yang carut marut.
Terlepas dari pergunjingan soal Gafatar ini, ada baiknya Indonesia mulai berbenah dalam melakukan revitalisasi nusantara, dan mulai serius untuk memperbaiki sistem pertanian dan pertanahan Indonesia. Â Tanah kita luas namun bukan rakyat mengelola, melainkan para pemilik modal yang membayar negara dengan uang yang tidak seberapa.
Â
*tulisan ini pernah dimuat di http://www.pojoksamber.com/gafatar-tumbal-kerakusan-dari-kapitalisme/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H