Mohon tunggu...
Ahla Jennan
Ahla Jennan Mohon Tunggu... -

Iam simple and open mind

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Teroris Idolaku

11 September 2012   11:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:37 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya ia mengulangi pertanyaannya, namun tetap saja aku tak bisa mencerna, dan aku menyuruhnya mengulangi lagi. Yang akhirnya kutahu bahwa ia mencari toko yang menjual bawang merah.

Batinku yang usil saat itu langsung terkikik geli, “ganteng-ganteng beli bawang merah.”

Dia memang saat itu berpakaian formal, mengenakan terusan hitam dan qutrah putih di kepalanya. Ini sudah kali kedua aku bertatap muka dengannya, yang pertama ketika mereka sekeluarga baru datang, masih mengenakan ihram baru datang dari umrah. Saat itu aku sedang terburu-buru membereskan dapur apertemen yang akan mereka tinggali dan terpaksa lari terbirit-birit lari ke pintu lain karena malu.

“Disana.” Jawabku menunjuk asal-asalan ke daun pintu gerbang.

“Syukran.”

“Afwan.”

Orang yang aneh, masa bertanya beli bawang merah ke perempuan, kan di luar sana banyak orang lalu-lalang. Lagian aku juga ga ngasih jawaban, aku kan hanya menunjuk “kesana”, padahal tokonya aku juga belum tahu. Tapi kenapa ia berterimakasih dan seolah sudah paham pada jawabanku yang ga jelas. Aneh.

Pertanyaan yang aneh, di ucapkan pemuda yang menurutku aneh, dan suaranya yang begitu bening seperti emas itu, juga lebih aneh lagi. Aneh+aneh+aneh= bikin penasaran.

Ini bukan masalah penasaran kepada lawan jenis, tapi sebatas rasa ingin tahu.seperti penasaranku pada penyanyi legendaris Arab, Umm Khulsum kenapa ia selalu membawa sehelai sapu tangan ketika manggung? Sempat kutanyakan pada salah seorang anak majikan, jawabnya untuk menghapus air mata sebab lagu-lagunya kebanyakan bertemakan cinta (Ga nyambung)

Juga rasa ingin tahu dan kagumku pada Syekh Abdurrahman Sudaish, imam Masjidil Haram yang suaranya begitu lembut, serasa menerbangkan ruh-ruh bagi yang mendengarnya. Tak bosan rasanya mendengar suaranya melantunkan ayat-ayat suci. Ayat yang dibacanya selalu panjang-panjang ketika mengimami shalat Tarawih, hingga beberapa jamaah terlihat berdiri sambil membuka Alquran. Atau pada sosok Amr Khalid yang berdakwah dengan bahasa Arab Mesir sehari-hari yang kerap kulihat di ART TV, walau tak bisa mencerna apa yang ia katakan, namun gaya bahasanya yang terlihat renyah begitu aneh, tidak seperti para pendakwah lainnya yang identik dengan bahasa Arab klasik.

Akhirnya kudapatkan keterangan dari kedua adiknya yang cantik dan lucu berumur 5 tahun dan 7 tahun, yang setiap jam tarawih akan mengunjungi dapurku berharap aku sudi membuatkan mi instan, lalu dengan takjub aku akan melotot ketika mereka berdua makan mi rebus yang baru keluar dari panci dengan jari seolah tangannya terbuat dari bahan anti panas. Tak dapat kubayangkan bagaimana jika makan bubur panas dengan tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun