Media massa dalam dua hari belakangan ini menyoroti pengangkatan Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menggantikan Letjen TNI Burhanuddin Amin dan isu kontroversi di seputar persoalan tersebut. Pengangkatan tersebut dinilai oleh Ikrar Nusa Bhakti selain berindikasi percepatan karier putra kelima pahlawan almarhum Letjen TNI Sarwo Edhie Wibowo ke puncak pimpinan TNI, juga membuka peluang yang bersangkutan untuk meramaikan bursa pencalonan presiden (Pilpres) 2014.
Opini Percepatan karier
Pramono Edhie Wibowo adalah lulusan AKABRI 1980 dan mengawali karirnya sebagai Komandan Peleton Grup I Kopassandha (1980), Perwira Operasi Grup I Kopassandha (1981), Komandan Kompi 112/11 Grup I Kopassanda (1984) dan Perwira Intel Operasi Grup I Kopassus (1986). Pada tahun 1995, pria kelahiran Magelang ini dipercaya menjadi Komandan Batalyon 11/1 Kopassus, dan satu tahun kemudian dipercaya sebagai Wakil Komandan Grup I/Kopassus dan dua tahun kemudian jabatan Komandan GrupI/Kopassus dipercayakan pada alumni Sesko Angkatan Darat pada 1995. Lulusan Sesko TNI 2001 itu juga sempat menjadi Ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001 dan tiga tahun kemudian ia dipercaya sebagai perwira tinggi Staf Ahli Bidang Ekonomi Politik Sesko TNI dan pada 2005 diangkat sebagai Wakil Danjen Kopassus. Pada 2007, Pramono dipercaya sebagai Kasdam IV/Diponegoro. Dan kemudian diangkat menjadi Pangdam III Siliwangi. Pada saat menjadi bawahan Mayjen TNI Prabowo Subianto, beliau termasuk memiliki prestasi yang baik sehingga diberi tugas untuk memimpin pendakian Gunung Everest 1997. Dengan demikian, dari sisi karir dan prestasi, Pramono Edhie Wibowo cukup menonjol. Ditambahkan bahwa, kenaikan jenjang karir tidak ada kaitan nyata dengan ‘rekayasa’ untuk percepatan karir.
Pada saat menjadi Pangkostrad, usia beliau adalah 55 tahun. Memang dibandingkan dengan pejabat sebelumnya, yakni Letjen TNI Burhanudin Amin yang ketika diangkat usianya 58 tahun, masih tergolong lebih muda. Namun demikian, jika dibandingkan dengan usia Panglima TNI saat ini, usia Pramono Edhie Wibowo relatif sepadan, bahkan dapat dibilang agak terlambat untuk menduduki karir strategis. Hal Ini menunjukkan bahwa perjalanan karir Pramono Edhie Wibowo adalah sesuai dengan kaidah kelaziman yang berlaku di kalangan TNI. Prestasi Pramono Edhie Wibowo dalam meniti karir di TNI juga cukup signifikan, artinya wajar dan sangat pantas jika mendapatkan promosi jabatan.
Dari sisi usia, pada usia 55 tahun banyak perwira yang telah menduduki jabatan sebagai Panglima TNI, semisal Jenderal TNI Endriartono Sutarto, Jenderal TNI Djoko Santoso dan Laksamana TNI Agus Suhartono. Demikian juga banyak anggota TNI yang dipromosikan untuk memperoleh Bintang tiga seperti Letjen TNI Budiman dan Komjen Pol Imam Sudjarwo pada usia 55 tahun, bahkan kurang. Â Dengan demikian, jika Pramono Edhie Wibowo kemudian dipromosikan untuk memperoleh bintang tiga, dari kacamata usia sudah sangat layak. Bahkan mungkin agak terlambat, jika melihat prestasi yang bersangkutan memang cukup menonjol. Adalah sangat jelas bahwa isu adanya percepatan kenaikan karir yang diterima oleh Pramono Edhie Wibowo yang dilontarkan oleh Saudara Ikrar Nusa Bakti lebih merupakan isu tanpa dasar yang kuat.
Tabel di bawah ini menunjukkan perbandingan usia para pimpinan TNI ketika diangkat dalam jabatan strategis di lembaganya, sebagai berikut:
Nama
Promosi Sebagai
Tanggal Lahir
Tahun diangkat
Usia Diangkat (Tahun)
Lulus Tahun
Jenderal TNI Endriartono Sutarto
Panglima TNI
29/04/1947
2002
55
1971
Marsekal TNI DJoko Suyanto
Panglima TNI
02/12/1950
2006
56
1973
Jenderal TNI Djoko Santoso
Panglima TNI
08/09/1952
2007
55
1975
Laksamana TNI Agus Suhartono
Panglima TNI
22/08/1955
2010
55
1978
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Laksda TNI Soeparno
Kasal
22/08/1955
2010
55
1978
Letjen TNIÂ Budiman
Dankodiklat
25/09/1956
2010
54
1978
Komjen Pol Imam Sudjarwo
Kalemdiklatpol
05/11/1955
2010
55
1980
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Laksamana TNI Agus Suhartono
Kasal
22/08/1955
2009
54
1978
Laksdya TNI Soeparno
Wakasal
28/09/1955
2010
55
1978
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo
Pangkostrad
05/05/1955
2010
55
1980
Dari tabel di atas, adalah jelas bahwa dari sisi usia, pengangkatan Pramono Edhie Wibowo sebagai Panglima Kostrad sangat layak terlebih lagi didukung oleh prestasi yang bersangkutan dalam karier militer di kedinasannya.
Peluang Capres
Berkaitan dengan pencalonan presiden, bilamana merujuk peraturan yang berlaku, peluang menjadi capres merupakan hak setiap warga negara yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana diatur dalam undang-undang. Persyaratan tersebut akan diverifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada waktunya. Artinya, secara hukum dan etika hak tersebut memang dilindungi dan tidak dapat dihilangkan begitu saja.
Memang dari sisi peluang, dengan nama besar almarhum Sarwo Edhie Wibowo yang masih dikenang oleh masyarakat, niscaya menjadi modal efektif dalam mengantarkan Pramono Edhie Wibowo pada bursa capres 2014 bilamana yang bersangkutan menghendaki. Â Kepopuleran karena trah keluarga juga sesuatu yang melekat, seperti halnya Presiden Megawati yang populer karena merupakan putri Proklamator Bung Karno.
Namun demikian, pada akhirnya yang menjadi penentu capres adalah rakyat sesuai dengan sistem pemilu presiden yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Selain itu, jalan untuk menjadi presiden ataupun calon presiden tentunya tidak semudah yang diperkirakan banyak kalangan. Perjalanan menjadi capres masih panjang dan sesuai azas supremasi sipil, calon presiden tentunya lebih disukai jika yang bersangkutan bukan berasal dari kalangan militer aktif. Sebagaimana dipahami, mekanisme untuk menjadi capres perlu didukung oleh partai atau menjadi anggota dari partai politik tertentu.  Sedangkan, Pramono Edhie Wibowo tidak terlibat atau menjadi anggota partai politik tertentu. Dengan demikian, fenomena Pramono Edhie Wibowo yang memungkinkan tampil di Pilpres 2014 tidak perlu diperdebatkan..
Isu KKN
Adalah fakta bahwa Ibu Negara RI, Hj Ani Bambang Yudhoyono, merupakan kakak kandung Pramono Edhie Wibowo. Namun demikian, tidak ada satu aturanpun yang menyatakan bahwa kerabat pejabat pemerintah kehilangan hak untuk memperoleh promosi jabatan.
Perjalanan karir Pramono Edhie Wibowo, menunjukkan bahwa beliau lebih banyak menerima promosi justru sebelum SBY menjadi Presiden. Dengan demikian, isu kenaikan jabatan karena ada unsur KKN menjadi terkesan mengada-ada untuk disampaikan. Dalam banyak hal, sering terjadi peristiwa yang merupakan coincident (kejadian bersamaan tetapi tidak berhubungan). Pengangkatan Pramono Edhie Wibowo pada saat posisi SBY sebagai Presiden, dapat dianalogikan sebagai peristiwa alam yang demikian. Jika kita memaksakan sebagai fakta sebab akibat, ini disebabkan oleh fallacy (sesat fikir) akibat kekurangan informasi.
Pramono Edhie Wibowo tidak begitu tertarik dengan dunia politik. Sekalipun pada posisi yang beliau jabat sangat memungkinkan untuk berbuat demikian. Fakta ini didukung oleh contoh kasus dimana pada saat Pramono Edhie Wibowo menjabat sebagai Danjen Kopasssus, tidak pernah mengarahkan keluarga besar Kopassus untuk memilih SBY saat pemilu 2009 lalu dan justru mengarahkan agar seluruh jajaran Kopassus harus bersifat netral karena TNI adalah alat negara dan sesuai dengan UU bahwa TNI tidak boleh berpolitik. Â
Penutup
Menjadi sangat jelas bahwa pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh Ikrar Nusa Bakti, seorang peneliti senior LIPI, bahwa pengangkatan Pangkostrad merupakan upaya Presiden SBY untuk menjadikan Pramono Edhie Wibowo sebagai Capres pada tahun 2014, merupakan sebuah pernyataan yang tidak berdasar dan tidak memiliki referensi yang benar.
Semoga masyarakat Indonesia yang telah semakin dewasa dan dapat memahami politik dengan baik, tidak akan mudah untuk terpengaruh oleh berbagai isu-isu politik yang hanya berdasarkan pada komentar dan pandangan subyektif seseorang.
Jusuf,
Staf Khusus Presiden
Bid. Pangan dan Energi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H