Ada banyak anak muda yang pintar melukis, dia jual kaos-kaos dengan sablon dan desain yang menarik. Ada yang pintar bikin kue, jualan kue dengan tekun. Ada anak muda yang pintar menjahit mereka membuat usaha baju. Anak yang suka sosialisasi, mereka bisa jadi event organizer yang baik.Â
Dalam berusaha, sebenarnya apa yang dijual hingga mendapatkan keuntungan? Added value (nilai tambah)! Saya selalu ilustrasikan bahwa sebingkah kayu yang biasa disebut papan, mungkin hargnya hanya 20-30 ribu. Tapi begitu papan tadi jadi podium harganya bisa 200 ribu.Â
Apa yang menjadikannya mahal hingga 10 kali liat harga aslinya? Nilai tambah atau added value tadi. Nilai tambah ini dari mana? Kreativitas. Jadi, kreativitas membeli nilai tambah. Saat ini, kreativitas dan teknologi saling berpadu. Jadi, dengan bantuan teknologi, added value bisa makin ditambah dan harga jual sebuah produk jadi lebih menguntungkan.Â
Itulah yang tidak akan didapatkan di sekolah. Apakah ada pendidikan jurusan yang menjamin anda menjadi pengusaha? Tidak ada. Sendainya ada, misal ‘jurusan pengusaha,’ sudah makmur negara ini. Ada yang bilang kalau Indonesa butuh 2% pengusaha. Kurang itu! Itu berarti hanya 4 juta orang yang berusaha. Indonesia harus punya lebih banyak pengusaha! Soal pendidikan, itu hanya membentuk logika dan berpikir.Â
Setelah itu, semangat kreativitas, teknologi dan lain-lainnya yang harus anda punya. Saya berikan contoh seorang Chairul Tanjung (CT). Lulusan apa dia ini? CT itu lulusan dokter gigi Universitas Indonesia. Tapi kini dia bisa punya bank, stasiun TV, dan banyak lagi. Bapak saya, Hadji Kalla hanya sekolah sampai kelas 3 SD.Â
Tapi beliau punya bisnis yang maju pada waktu itu. Jadi yang penting adalah semangat untuk maju dan memulai.Â
Mau jadi pengusaha, tiru tagline dari Nike: just do it! Jadi mulai saja. Usaha itu memang mudah bisa dipelajari, tapi susah dipraktekkan. Maka dari itu, guru yang terbaik adalah pengalaman.
Dalam usaha, jangan anda pernah mengeluh soal modal uang. Kuncinya adalah semangat, lalu baru teknologi dan pengalaman. Uang datang belakangan setelah itu semua. Jadi usaha dulu baru anda dapatkan modal. Bank-bank atau orang-orang akan memberi anda modal dengan sendirinya bila usaha anda terbukti. Sekali lagi, pendidikan tak punya relevansi dengan pengusaha.Â
Anda sekolah apa saja bisa jadi pengusaha. Kalau anda fokus menjadi pengusaha, anda Insya Allah akan berhasil! Namun harus diingat, tidak ada usaha yang untung terus. Maka dari itu, harus semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H