Mohon tunggu...
Justin Evan Halim Saputra
Justin Evan Halim Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa Kolese Kanisius

Hobi menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Baik dan Buruknya Teks Anekdot sebagai Penyalur Kritik

19 Mei 2023   17:53 Diperbarui: 19 Mei 2023   17:59 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa yang tidak kenal Gusdur? Gusdur dengan nama lengkap Abdurrahman Wahid merupakan presiden ke-4 Republik Indonesia yang humoris. Semasa kepresidenannya, Gusdur sering kali menyisipkan teks anekdot lucu dalam menyampaikan pidatonya. Teks anekdot yang ia sampaikan berhasil membuat masyarakat tertarik dengan pidatonya bahkan sampai tertawa lepas.  

Teks anekdot merupakan cerita yang menarik karena kesan dan kelucuannya. Walaupun teks anekdot merupakan cerita lucu, seringkali teks anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik dan saran dalam ranah politik. Oleh karena itu, apabila teks anekdot tidak dibungkus dengan cara penyampaian yang cerdas, maka dapat menyebabkan berbagai pihak salah paham. 

Contoh sebuah teks anekdot dari Justin Evan Halim Saputra yang berjudul "Jalur Sepeda" : 

Pada suatu hari, Bima dan Rizki sedang berjalan menyusuri jalur sepeda sambil makan batagor. Melihat begitu banyak motor yang parkir di jalur sepeda, Bima pun kesal dan bertanya kepada Rizki. 

Bima: "Riz, memangnya jalur sepeda gunanya untuk parkiran motor ya Riz? Lihat tuh, motor dimana-mana sudah seperti pangkalan ojek saja." 

Rizki: "Wajar dong Bim, namanya aja jalur sepeda, berarti jalur buat sepeda dong Bim?" 

Bima: "Iya Riz, kalo itu aku udah tahu." 

Rizki: "Terus kenapa kesal, Bim?" 

Bima: "Ya ini ditempatin motor Riz bukan sepeda." 

Rizki: "Ya kan motor itu sepeda motor Bim." 

Sambil memakan batagornya, Bima sampai geleng-geleng kepala akan jawaban Rizki. Bima pun segera membetulkan jawaban Rizki. Bima: "Riz, jalur sepeda tuh buat sepeda yang digowes bukan sepeda motor Riz." 

Hal menarik dalam teks anekdot di atas adalah di mana tokoh Rizki malah memperbaiki perilaku para ojek yang sedang memangkal di jalur sepeda, dengan alasan motor juga merupakan sepeda, sepeda motor.

Teks anekdot diatas memiliki fungsi untuk menyindir progam pemerintah yaitu jalur sepeda, di mana progam tersebut dinilai tidak efektif dan efisien karena malah menjadi parkiran motor. Sehingga pesepeda yang ingin melintasi jalur yang seharusnya dikhususkan kepadanya menjadi terhalang. Sedangkan humor yang ada pada teks anekdot diatas hanya sebagai pemanis agar kritik dapat tersampaikan secara halus.  

Teks anekdot di atas juga didasari oleh pengalaman dan peristiwa nyata karena memang jalur sepeda yang terletak di kawasan Stasiun Gondangdia malah dibuat untuk parkiran motor khususnya ojek online, bahkan parkiran mobil sampai tempat berjualan. Tetapi walaupun sesuai dengan fakta yang ada, teks anekdot di atas tetap dapat menimbulkan kontroversial di mana dianggap menghina pihak ojek khususnya ojek online. 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks anekdot merupakan pedang bermata dua karena dapat menimbulkan kontroversial. Tetapi alangkah baiknya teks anekdot tetap digunakan sebagai metode untuk menyampaikan kritik maupun saran agar kritik dan saran tersebut tersampaikan dengan baik, dengan syarat teks anekdot yang disampaikan harus merujuk pada suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dan kepada pihak yang spesifik. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman antar pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun