Sampurasun,
" Yang sabar yaaa.... Yang ikhlas yaaa... "
Kalimat pendek semacam itu sering banget kita dengar dari saudara atau teman-teman kita saat kita ditimpa kemalangan atau mengalami musibah. Pun demikian, kalimat itu juga gak jarang kita ucapkan kepada saudara atau sobat kita yang lagi dilanda kesedihan atau sedang berduka...
" Saya sabar koq.... saya bener-bener ikhlas "
Kalimat lain yang senada pun sering kita dengar atau kita ucapkan saat saudara/sobat atau kita sendiri mengalami kejadian tertentu yang kurang mengenakkan atau kurang diharapkan.
Namun, kalau kita teliti dan renungkan dengan sungguh-sungguh, kalimat hiburan itu benar-benar mencerminkan sikap hati kita ketika mengucapkannya? Apakah cuman sekedar basa-basi doang ajah?
Gini loh.. ada kalanya saat kita menghibur orang lain dengan "yang sabar yaaa.. yang ikhlas yaaa", itu di mulut.. tapi di dalam hati ternyata nyembul kalimat goib "sukurin lo.. rasain lo.." Â Atau di acapkali mulut kita ngomong " saya sabar.. saya ikhlas ", lha dari dalem ternyata ada bisikan: ".. siwalan, semua gara-gara lo atau gara-gara dia.. "... heu heu heu...
Ya memang gak mudah mengukur tingkat kesabaran dan tingkat keikhlasan. Jangankan mencoba mengukurnya untuk orang lain, lha wong ngukur buat diri sendiri aja bukan main susahnya. Yang bikin susah kan kita sendiri nyaris selalu gak bisa jujur sama diri sendiri, apalagi sama orang lain...
Saya jadi inget nasihat Bapak saya tentang sabar dan ikhlas ini, meskipun sangat sederhana, kabar baik ini tak rasa perlu untuk diwartakan di lapak ini... Sebenarnya kita bisa koq ngukur tingkat kesabaran dan tingkat keikhlasan kita dengan cara sederhana. Bukan cuman ngukur sih, tapi kita juga bisa belajar bagaimana sabar dan ikhlas itu sebenarnya.Â
Ki Sanak, Ni Sanak dan saya pasti punya kegiatan rutin saban hari, yaitu buang air kecil atau bak atau pipis dan buang air besar atau bab atau (maap nih) e'ek.. Saat kita kebelet pipis dan berkesempatan langsung menunaikannya di tempat yang pas, gimana rasanya? Ploooong atau nyesel"? Ya pasti plong lah! Trus saat kita mules tergopoh-gopoh ada panggilan alam lalu nongkrong di suatu tempat khusus, gimana? Ditungguin sampai selesai atau dibatalkan sebelum selesai? Ya pastinya dituntaskan to ya?
Nah! Saat kita menjalani proses sambil menunggu klimaksnya itu kan berarti kita bener-bener dalam kesadaran penuh bersabar. Artinnya, kita tau bahwa penantian itu akan berakhir ketika tuntas atau selesai. Lalu.. saat semuanya sudah selesai, gimana rasanya? Legaaa banget pastinya. Bukan koma tapi sungguh-sungguh titik! Sama sekali tanpa penyesalan. Plung-Lap! Bukankah itu yang dinamakan ikhlas?
Sabar, terjemahan bebasnya kan berarti "tau kapan waktunya", gak mau mendahului karena bakalan repot dan jangan pula terlalu jauh ketinggalan nanti susah ngejarnya. Ikhlas, terjemahan bebasnya kan berarti "bebas lepaas, plong.. titik!" bukan koma trus ada embel-embel atau tambahan kalimat njlimet lainnya...
Contohnya semisal gini loh: suatu saat kita makan ala warteg seharga 10 ribu - 20 ribu, lalu di saat lain kita berpesta kepiting atau lobster seharga 500-800 ribu per porsi. Ketika kita menjawab panggilan alam seperti di atas, apakah kita membedakan perlakuan keduanya? Yang abis makan warteg kita percepat saja keluarnya, trus yang abis makan kepiting/lobster kita lambatin karena harganya mahal? Ya pasti gak lah yauw.. sama saja perlakuannya: makin cepat makin baik.. dan setelah itu ploooong! bebas lepas dan gak bakalan diingat-ingat lagi alias dilupakan, tul?
Seperti itulah Bapak saya kasih nasihat, jadi orang itu harus sabar dan ikhlas seperti ilustrasi panggilan alam tadi. Kalo harapan kita belum terpenuhi ya sabar ajah sambil tetep berdoa dan berusaha, mungkin belum waktunya. Kalau berbagi sesuatu untuk orang lain ya harus ikhlas.. titik bukan koma kemudian lupakan jangan diingat-ingat lagi. Plung-Lap!
Okkayh Ki Sanak dan Ni Sanak sekalian, sekiyan dulu ya... kalau ada yang belum jelas, yuuuk kita bertanya pada rumput yang berguyaaang....
Salam Sabar & Ikhlas
21-07-20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H