Nah! Saat kita menjalani proses sambil menunggu klimaksnya itu kan berarti kita bener-bener dalam kesadaran penuh bersabar. Artinnya, kita tau bahwa penantian itu akan berakhir ketika tuntas atau selesai. Lalu.. saat semuanya sudah selesai, gimana rasanya? Legaaa banget pastinya. Bukan koma tapi sungguh-sungguh titik! Sama sekali tanpa penyesalan. Plung-Lap! Bukankah itu yang dinamakan ikhlas?
Sabar, terjemahan bebasnya kan berarti "tau kapan waktunya", gak mau mendahului karena bakalan repot dan jangan pula terlalu jauh ketinggalan nanti susah ngejarnya. Ikhlas, terjemahan bebasnya kan berarti "bebas lepaas, plong.. titik!" bukan koma trus ada embel-embel atau tambahan kalimat njlimet lainnya...
Contohnya semisal gini loh: suatu saat kita makan ala warteg seharga 10 ribu - 20 ribu, lalu di saat lain kita berpesta kepiting atau lobster seharga 500-800 ribu per porsi. Ketika kita menjawab panggilan alam seperti di atas, apakah kita membedakan perlakuan keduanya? Yang abis makan warteg kita percepat saja keluarnya, trus yang abis makan kepiting/lobster kita lambatin karena harganya mahal? Ya pasti gak lah yauw.. sama saja perlakuannya: makin cepat makin baik.. dan setelah itu ploooong! bebas lepas dan gak bakalan diingat-ingat lagi alias dilupakan, tul?
Seperti itulah Bapak saya kasih nasihat, jadi orang itu harus sabar dan ikhlas seperti ilustrasi panggilan alam tadi. Kalo harapan kita belum terpenuhi ya sabar ajah sambil tetep berdoa dan berusaha, mungkin belum waktunya. Kalau berbagi sesuatu untuk orang lain ya harus ikhlas.. titik bukan koma kemudian lupakan jangan diingat-ingat lagi. Plung-Lap!
Okkayh Ki Sanak dan Ni Sanak sekalian, sekiyan dulu ya... kalau ada yang belum jelas, yuuuk kita bertanya pada rumput yang berguyaaang....
Salam Sabar & Ikhlas
21-07-20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H