Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menghitung Hari Nasib Sepakbola Nasional

8 Februari 2016   08:17 Diperbarui: 8 Februari 2016   12:19 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="mafia sepakbola indonesia. sumber gambar: gulalives.com"][/caption]Sepekan lagi SK Menpora RI yaitu Pemberian Sanksi Administratif berupa seluruh kegiatan PSSI tidak diakui Pemerintah ("pembekuan") akan berumur 10 bulan! Gak terasa ya, cepat benar waktu yang diberikan gratis oleh Sang Pencipta Alam Semesta ini berjalan. Sang Waktu berjalan sangat terukur dan pasti! Gak bisa dipercepat, gak bisa diperlambat dan tentu saja gak bisa diulang kembali!...

Selama kurun waktu menuju 10 bulan ini, banyak sekali dinamika persepakbolaan nasional yang terjadi dan terekam dengan sangat baik. Ada dua sudut pandang tentunya: bagi para pengidols fanatik Imam Nahrawi, tentu semua langkah dan perilaku Imam Nahrawi itu baik adanya... tapi bagi para pecinta sepakbola nasional, tentu tindakan politikus muda asal PKB yang dipercaya Presiden Jokowi untuk mengemban amanah sebagai Menpora RI itu banyak blundernya meski kalau dengan susah payah diinventarisasi mungkin ada lah yang baik...

Imam Nahrawi "Pemimpin Khas Indonesia"?

Karena ini kanal bola, maka sub judul sebaris di atas itu hanya dilihat dari langkahnya mengurus persepakbolaan nasional, gak mengupas hal2 lain yang menjadi tupoksi Imam Nahrawi sebagai Menpora RI. Maka, sebagai pemimpin setidaknya ada 2 hal sangat penting yang bisa dijadikan tolok ukur tipikal kepemimpinan sosok yang murah senyum ini.

[caption caption="gaya pemimpin "bos" bukan pemimpin "pelayan". sumber gambar: wahanacorp.blogspot.co.id"]

[/caption]

   1# Visioner: mampu memandang sangat jauh gambaran masa depan persepakbolaan nasional. Slogan-slogan atau statement orang muda berpembawaan kalem ini bisa jadi bisa mengerucutkan beliau sebagai pemimpin yang visioner: sepakbola berprestasi, sepakbola bersih dari mafia, sepakbola bersih dari praktek pengaturan skor, sepakbola bersih dari pemain yang tidak digaji, sepakbola bersih dari pemain yang mati kelaparan, sepakbola yang transparan keuangannya dan gambaran besar masa depan lainnya. Tentu, bukan cuman Imam Nahrawi.. kompasianer super cerdas seperti Mafruhin, Hery, zen Mutaqqin dan Batok pun pasti sangat trampil melontarkan hal-hal seperti tadi.. Visi bisa lah diartikan sebagai gambaran besar masa depan yang sangat tinggi, yang menggetarkan jiwa, yang membuat buku kuduk ini merinding.. seolah-olah gambaran besar itu tidak akan mungkin tercapai...

   2# Visible

Visible bisa lah diterjemahkan secara bebas sebagai "kelihatan". Kalau orangnya yakni Imam Nahrawi ya pasti kelihatan lah, karena beliau kan salah satu dari begitu banyak ciptaan Tuhan paling unggul yaitu manusia. Dalam urusan persepakbolaan nasional ini, tentu yang dimaksud adalah langkah-langkah penting menuju "reformasi tata kelola persepakbolaan nasional" harus kelihatan. Mengapa harus kelihatan? ya karena "niat mulia" itu akan ditujukan kepada banyak orang (rakyat sepakbola nasional), akan dilakukan oleh banyak orang dan mau tidak mau, suka tidak suka, disengaja atau gak disengaja, cepat atau lambat, disadari atau gak disadari.. itu akan mempengarui hidup banyak orang tadi. Fakta penting konteks ini: sampai detik ini, yang namanya "blue print dan roadmap reformasi tata kelola sepakbola nasional" ala Imam Nahrawi ternyata masih disimpan rapat di lemari besi di kantor Kemenpora. Gak pernah dibuka, gak pernah diperlihatkan, gak pernah dipresentasikan kepada rakyat sepakbola nasional dengan alasan kuatir diganggu oleh pihak-pihak yang gak ingin persepakbolaan nasional direformasi. heu heu heu...

Tertuju pada akibat, bukan penyebab: kesalahan fatal?

Kalau mau susah payah diinventarisasi maka pernyataan-pernyataan dan langkah-langkah Imam Nahrawi timbangannya lebih berat kepada soal "akibat" bukan fokus pada "penyebab" mandegnya prestasi sepakbola nasional baik organisasinya, klub2nya maupun timnasnya. Tentu saja, untuk mendapatkan peta penyebab mendasarnya haruslah didalami berbagai persoalan yang saat ini menjadi akibatnya.

[caption caption="roadmap FIFA Reform 2016"]

[caption caption="roadmap FIFA Reform 2016"]
[/caption]

sumber: fifa.com

Nah, karena lupa menemukan penyebab mendasarnya, maka bisa dipastikan langkah-langkah yang diambil pun bukan langkah-langkah mendasar untuk memperbaiki penyebab mendasar ketiadaan prestasi sepakbola nasional. Kini, Imam Nahrawi semakin terjebak dengan pola "mau memperbaiki akibat (ketiadaan prestasi) dengan cara menyuplik dari akibat itu sendiri, yakni secara sadar atau gak sadar, beliau gemar menukar tekanan lama dengan tekanan baru, menukar masalah lama dengan masalah baru. Hal inilah yang menyebabkan niat mulia mereformasi tata kelola sepakbola nasional ini jalan di tempat kalau toh malu mengatakan telah mengalami kemunduran...

Sayang sih, Imam Nahrawi saat ini "alergi" dengan FIFA karena FIFA dinilainya sarang mafia juga.. padahal beliau bisa kok belajar bagaimana FIFA mereformasi dirinya sendiri seperti ditampilkan pada gambar di atas... Tim Sinergi yang dibentuk PSSI juga sudah melakukan hal yang sama, tapi tentunya Imam Nahrawi lebih alergi lagi sama PSSI... heu heu heu...

Ekosistem, Ekologi dan Ekonomi persepakbolaan nasional...

Ekosistem Sepakbola Nasional bisalah diartikan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh yang terbentuk oleh hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara stake holder  maupun antara stake holder sepakbola nasional dan lingkungannya. Ekologi Sepakbola Nasional bisa dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara stake holder maupun antara stake holder sepakbola nasional dan lingkungannya. Sedangkan Ekonomi Sepakbola Nasional adalah ilmu yang mempelajari aktifitas stake holder sepakbola nasional yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi sepakbola nasional itu sendiri.. heu heu heu...

[caption caption="ekosistem - ekologi - ekonomi. sumber: hsscream.blogspot.co.id"]

[/caption]

 

Ketiga hal tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka menjadi mutlak siapa saja yang mengaku cinta sepakbola nasional harus menjaga keseimbangan ekosistem ini. Setiap stake holder maupun lingkungan di persepakbolaan nasional mempunyai peran penting dan unik. Upaya apalagi pemaksaan untuk menghilangkan peran salah satu komponen akan menyebabkan ketidakseimbangan. Pun demikian, nafsu untuk menghadirkan makhkuk jenis baru ke dalam ekosistem sama halnya dengan memaksakan mendatangkan bangsanya dinosaurus di zaman terkini. Namun.. evolusi positif terhadap ekologi sepakbola nasional tentu akan meningkatkan kualitas keseimbangan ekosistemnya menuju meningkatnya kualitas ekonomi sepakbola nasional.... ini baru bicara sepakbola nasional loh, belum masuk ke ranah ekosistem, ekologi dan ekonomi sepakbola global yang sekarang ini dipaksa diSTOP oleh seorang Imam Nahrawi...

Solusi...

Fakta... kini nasib persepakbolaan nasional utamanya ada di tangan Imam Nahrawi, karena PSSI sebagai federasi sepakbola negri ini yang satu dan satu-satunya sedang dipetieskan olehnya. Beberapa waktu yang lalu Imam mengatakan akan menunggu konggres FIFA pada akhir Februari ini. Artinya: Imam akan "menyerahkan" nasib persepakbolaan nasional kepada pihak lain dan bukan kepada stake holder sepakbola negeri ini. FIFA telah mencoba membantu mencarikan jalan keluar mengatasi persoalan sepakbola dalam negeri yang memang punya "siklus konflik", yakni Komite Ad Hoc FIFA/AFC dimana pemerintah dan stake holder lainnya harus bergabung untuk menentukan nasibnya sendiri. Dari satu hal ini saja bisa dipertanyakan pemahaman Imam tentang konsep Trisakti Bung Karno yang menjadi Ruh program pembangunan Presiden Jokowi.

[caption caption="Satu Untuk Semua - Semua Untuk Satu"]

[/caption]

sumber: kreasi dan koleksi pribadi

Masih hangat ketika diberitakan Imam Nahrawi mengirim surat ke FIFA soal permintaan 10 hal terkait reformasi tata kelola sepakbola nasional, lagi-lagi apa itu 10 hal gak mau diberitakan kepada rakyat sepakbola nasional. Belum dingin pula, bagaimana FIFA merespon surat menpora tersebut yang intinya menyarankan, sebaiknya pemerintah bergabung di Komita Ad Hoc itu dan bersama-sama komponen ekosistem sepakbola nasional merumuskan "blue print dan road map reformasi tata kelola sepakbola nasional"... Mengatakan bahwa "wakil pemerintah akan kalah voting" dan "masak pemerintah di bawah PSSI ya kudu di atasnya dong..".. cuman semakin menunjukkan kekerdilan Imam Nahrawi.. inga.. inga... si pecundang akan selalu mencari-cari alasan, sedangkan sang pemenang akan selalu mencari dan menciptakan peluang....

Saat ini, Presiden Jokowi sedang memimpin gerakan "kembali ke jati diri Bangsa Indonesia" melalui 4 pilar: Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. Pancasila adalah Jiwanya, NKRI adalah Raganya, UUD 1945 adalah Sistemnya dan Bhineka Tunggal Ika adalah Sumber Dayanya..

Sepakbola Nasional adalah "miniatur Indonesia", maka 4 pilar ini haruslah dijaga: Pancasila (Jiwanya), PSSI (Raganya), Statuta (harus berevolusi-Sistemnya) dan Stake Holder (Sumber Dayanya)...

Dengan segala hormat.. mohon maaf kepada Bapak Imam Nahrawi.. semakin berat untuk mengatakan bahwa Anda adalah Menpora RI, karena Menpora RI adalah batiniah yang abadi.... 

Sekian, trima kasih...

 

101 Satu Untuk Semua - Semua Untuk Satu 101

Indonesia Harmony - Indonesia Mercusuar Dunia

************

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun