sumber: fifa.com
Nah, karena lupa menemukan penyebab mendasarnya, maka bisa dipastikan langkah-langkah yang diambil pun bukan langkah-langkah mendasar untuk memperbaiki penyebab mendasar ketiadaan prestasi sepakbola nasional. Kini, Imam Nahrawi semakin terjebak dengan pola "mau memperbaiki akibat (ketiadaan prestasi) dengan cara menyuplik dari akibat itu sendiri, yakni secara sadar atau gak sadar, beliau gemar menukar tekanan lama dengan tekanan baru, menukar masalah lama dengan masalah baru. Hal inilah yang menyebabkan niat mulia mereformasi tata kelola sepakbola nasional ini jalan di tempat kalau toh malu mengatakan telah mengalami kemunduran...
Sayang sih, Imam Nahrawi saat ini "alergi" dengan FIFA karena FIFA dinilainya sarang mafia juga.. padahal beliau bisa kok belajar bagaimana FIFA mereformasi dirinya sendiri seperti ditampilkan pada gambar di atas... Tim Sinergi yang dibentuk PSSI juga sudah melakukan hal yang sama, tapi tentunya Imam Nahrawi lebih alergi lagi sama PSSI... heu heu heu...
Ekosistem, Ekologi dan Ekonomi persepakbolaan nasional...
Ekosistem Sepakbola Nasional bisalah diartikan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh yang terbentuk oleh hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara stake holder  maupun antara stake holder sepakbola nasional dan lingkungannya. Ekologi Sepakbola Nasional bisa dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara stake holder maupun antara stake holder sepakbola nasional dan lingkungannya. Sedangkan Ekonomi Sepakbola Nasional adalah ilmu yang mempelajari aktifitas stake holder sepakbola nasional yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi sepakbola nasional itu sendiri.. heu heu heu...
[caption caption="ekosistem - ekologi - ekonomi. sumber: hsscream.blogspot.co.id"]
Â
Ketiga hal tersebut adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, maka menjadi mutlak siapa saja yang mengaku cinta sepakbola nasional harus menjaga keseimbangan ekosistem ini. Setiap stake holder maupun lingkungan di persepakbolaan nasional mempunyai peran penting dan unik. Upaya apalagi pemaksaan untuk menghilangkan peran salah satu komponen akan menyebabkan ketidakseimbangan. Pun demikian, nafsu untuk menghadirkan makhkuk jenis baru ke dalam ekosistem sama halnya dengan memaksakan mendatangkan bangsanya dinosaurus di zaman terkini. Namun.. evolusi positif terhadap ekologi sepakbola nasional tentu akan meningkatkan kualitas keseimbangan ekosistemnya menuju meningkatnya kualitas ekonomi sepakbola nasional.... ini baru bicara sepakbola nasional loh, belum masuk ke ranah ekosistem, ekologi dan ekonomi sepakbola global yang sekarang ini dipaksa diSTOP oleh seorang Imam Nahrawi...
Solusi...
Fakta... kini nasib persepakbolaan nasional utamanya ada di tangan Imam Nahrawi, karena PSSI sebagai federasi sepakbola negri ini yang satu dan satu-satunya sedang dipetieskan olehnya. Beberapa waktu yang lalu Imam mengatakan akan menunggu konggres FIFA pada akhir Februari ini. Artinya: Imam akan "menyerahkan" nasib persepakbolaan nasional kepada pihak lain dan bukan kepada stake holder sepakbola negeri ini. FIFA telah mencoba membantu mencarikan jalan keluar mengatasi persoalan sepakbola dalam negeri yang memang punya "siklus konflik", yakni Komite Ad Hoc FIFA/AFC dimana pemerintah dan stake holder lainnya harus bergabung untuk menentukan nasibnya sendiri. Dari satu hal ini saja bisa dipertanyakan pemahaman Imam tentang konsep Trisakti Bung Karno yang menjadi Ruh program pembangunan Presiden Jokowi.
[caption caption="Satu Untuk Semua - Semua Untuk Satu"]